"Enggak, Sayang. Sekarang di sudah setuju, kok. Dia sudah menerima kamu sebagai anaknya. Kamu mau, ya?"
"Walaupun dia udah setuju, anak-anak kandungnya belum tentu setuju juga, Ma. Lebih baik aku tinggal di sini aja."
"Kalau kamu di sini gak ada yang jagain dan urusin kamu, Setya."
"Siapa bilang? Aku masih punya Bi Bulan yang dari dulu selalu rawat aku. Bahkan dia jauh lebih baik dari mama. Dia lah, ibu aku yang sebenarnya, bukan Anda!" Setya langsung melangkah panjang meninggalkan ibunya menuju kamar. Dia muak. Sangat muak.
Dada Kasih terasa amat sesak. Air mata lolos dari pelupuk matanya. Dia sangat terluka dengan perkataan darah dagingnya sendiri. Seseorang yang pernah membuatnya mempertaruhkan nyawa.
Kenapa saat Setya sudah tak lagi mengharapkan kehadirannya, dia malah kembali datang? Luka yang Kasih ciptakan pada putranya dulu sudah cukup membuat Setya kecewa sampai saat ini. Di mana waktu itu, Kasih mengkhianati harapan Setya.