Chereads / Kasih Tak Terbalas / Chapter 3 - Bab 3 Pendekatan

Chapter 3 - Bab 3 Pendekatan

Zivana memasuki lobby kantor dengan senyum mengembang. Setiap karyawan yang berpapasan dengannya selalu ikut tersenyum saat melihat senyum yang ditampilkan Zivana.

"Seneng bangat lo Van. Ada apa ni?." Pungkas Lola salah satu staf divisi keuangam juga.

"Gak. Emang harus semangat kan tiap pagi?. Makanya harus seneng tiap hari." Jawab Zivana seraya memasuki ruangan divisi keuangan.

"Keliatan lo sama si Dewa dekat ya Van. Gue maklum sih, sama-sama baru. Jadinya jalannya juga baru, gak ngajak-ngajak kita kalau mau nongkrong." Kata Lola menggoda Zivana.

Zivana hanya menjelaskan bahwa dirinya hanya membahas kerjaan juga dengan Dewa karena deadline yang diberikan sang mananger sudah dekat. Dan apalagi mereka sama-sama masih baru, jadi mereka melakukan sebaik mungkin. Karena itu merupakan laporan pertama mereka tanpa melibatkan senior.

"Gak gue gak percaya kalau itu hanya karna laporan itu si Dewa ngajak lo. Gue yakin 100% kalau si Dewa naksir sama lo. Hati-hati lo, entar jatuh hati lagi. Tapi, gak masalah si, sama-sama jomblo juga." Kekeh Lola setelah berhasil menggoda Zivana.

***

Hari ke hari Dewa terlihat lebih memperhatikan Zivana. Bahkan pria itu sering mengantar Zivana pulang dan tidak malu memperlihatkan ketertarikannya kepada Zivana. Zivana menyambut maksud Dewa. Dia juga sering menerima ajakan Dewa untuk jalan-jalan bertiga dengan Zion dikala waktu senggang atau akhir pekan.

Seperti hari ini, mereka bertiga sudah berada di taman kota meskipun belum banyak orang beraktivitas. Dewa sengaja memilih waktu pagi hari untuk melakukan olahraga sekalian mengajak jalan-jalan Zion. Mereka bertiga sudah seperti keluarga muda yang bahagia.

Sepanjang perjalanan, Zion selalu anteng digendongan Mamanya. Sekali-kali Dewa yang menggendong. Zion selalu tertawa bahagia nelihat ramainya pengunjung taman dan banyaknya anak-anak yang bermain. Meskipun bayi gembul itu belum bisa berbicara dengan baik, tapi Zion termasuk bayi yang cerdas dan aktif, jadi untuk menunjukkan apa maunya tidaklah susah untuk Zion.

"A u uuuu." Seru Zion heboh dengan merengek ke Mamanya untuk mendekati perosotan khusus bayi.

Zivana yang mengerti apa maksud anaknya, dengan sigap sudah mendahului Dewa untuk ke area perosotan berada, namun baru saja Zivana akan memposisikan badan Zion, lengan sudah ditahan oleh seseorang, siapa lagi pelakunya kalau bukan Dewa?. Dewa menawarkan diri untuk menjaga Zion selama bermain perosotan. Jadi terlihatlah mereka seperti sebuah keluarga harmonis yang sangat menyayangi anaknya.

"Wah, anaknya senang banget ya mas?. Ganteng lagi anaknya, sama kayak bapaknya. Eh, tapi ibunya juga cantik sih, jadi gak salah kalau anaknya ganteng gini.". Celoteh salah seorang ibu saat mendapati mereka bertiga tertawa bersama karena tingkah Zion yang lucu.

Sontak perkataan itu membuat Zivana dan Dewa bersemu, karena mereka dipikir sudah menikah dan memiliki anak. Bahkan saking malu-malunya mereka, sampai mereka tidak menjelaskan ke ibu tersebut tentang status mereka yang sebernya.

***

Hari ini di divisi keuangan terlihat sangat sibuk, ya karena hari ini merupakan akhir bulan, jadi wajar para staf di divisi ini mengejar deadline dari para atasan mereka.

"Meskipun sibuk, tapi gak harus juga lo lupain makan siang lo." Tutur Dewa sambil meletakkan bungkusan makan siang ke atas meja kerja Zivana.

Zivana yang melihat itu hanya bisa mengatakan terima kasih dan menenangkan degup jantungnya yang menggila. Bahkan saking berusahanya dia menenangkan degup jantungnya, dia sampai salah tingkah diuat Dewa. Akhirnya mereka berdua menyelesaikan makan siang mereka dengan tenang dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.

Malam ini hampir seluruh staf divisi keuangan lembur. Zivana dan Dewa mengakhiri pekerjaan mereka tepat pukul 22.30. Mereka berdua menyusuri lobby kantor yang sangat sepi bahkan hanya terdengan hentakan sepatu dari mereka berdua. Zivana berniat memesan taxi online, tapi tentunya Dewa dengan sangat baik hati untuk mengantarkan Zivana balik ke apartmen wanita itu.

"Van, sebaiknya lo pulang bareng gue. Dan kali ini gue gak menerima penolakan dalam bentuk apapun, ini udah larut bangat. Gak baik seorang perempuan pulang sendiri di tengah kota metropolitan ini, banyak kejahatan yang merajalela." Pungkas Dewa.

Sontak hal itu membuat Zivana sangat diistimewakan oleh Dewa. Apalagi mereka berdua belakangan ini sangat dekat, bahkan Zivana merasa seperti dihujani kasih sayang dan perhatian dari Dewa. Zivana merasa Dewa sangat memperdulikannya, bahkan tanpa Zivana cegah, Dewa sudah bisa masuk ke dalam hati Zivana.

Dalam perjalanan pulang ke apartment Zivana keadaan mobil begitu hening. Baik Dewa maupun Zivana, keduanya sama-sama bergelut dengan pikiran masing-masing. Dewa dengan pemikiran bagaimana dia bisa menaklukkan hati Zivana, sedangkan Zivana sedang berpikir maksud dari semua tindakan Dewa akhir-akhir ini, apakah semua ini menandakan bahwa Dewa mencintai Zivana ataukah Dewa hanya peduli semata padanya sebagai sesama rekan kerja?.

Keduanya tiba di basement apartment Zivana. Keduanya masih belum membuka suara sampai akhirnya Dewa memilih keluar terlebih dahulu dan diikuti oleh Zivana. Tanpa berbicara apapun, Dewa segera menarik tangan Zivana dan mengantarkan Zivana ke ke lantai unit apartment Zivana. Dalam perjalanan menuju lantai unit apartment Zivana, keduanya masih bungkam, tapi tidak dengan tautan tangan mereka yang seolah-olah mengatakan untuk jangan saling melepaskan.

Ketika tiba di depan unit Zivana, Zivana membuka smart lock door nya. Ketika pintu unit apartment nya terbuka, akhirnya Dewa yang pertama membuka percakapan diantara mereka yang sedari tadi hanya diam.

"Kamu masuk, nanti pagi aku jemput. Masuk dan langsung istirahat, jangan lupa mimpikan aku ya. Salam juga buat calon anakku." Tutur Dewa dengan tulus dan jantung yang berdebar kencang, kemudian Dewa agak sedikit mendorong Zivana agar masuk dan menutup pintu unit apartment Zivana dari luar.

Zivana masih termangu di tempatnya memikirkan ucapan Dewa barusan. Dia sungguh amat sangat bingung dengan keadaannya sekarang. Jantung Zivana berdegup kencang saat mendengar perkataan Dewa tadi, dirinya seperti orang linglung. Apakah Dewa tidak salah berucap?. Apa dia mabuk? Gak mungkin dia mabuk, karena tidak tercium sedikitpun aroma alkohol, bahkan bisa dikatakan hampir seharian ini Dewa berada di ruangan divisi keuangan, khususnya meja kerjanya. Dewa bahkan hanya terlihat keluar dan masuk kembali dengan membawa makan siang tadi. Tapi tunggu, bahkan tadi perkataan Dewa bukan hanya terdengar gila dengan mengatakan memimpikan dia dan menitip salam untuk calon anak, tapi ada perkataannya yang aneh, Dewa mengganti kata lo gue menjadi aku kamu.

Zivana membersihkan dirinya dan kini Zivana sudah berada di samping Zion. Anak gembul itu terlihat sangat lelap dalam tidurnya. Tadi saat Zivana memasuki kamarnya, dia mendapati pengasuh anaknya dalam keadaan tertidur sambil memeluk Zion. Zivana merasa bersalah karena sudah pulang selarut itu. Tapi dia tidak bisa melalaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai staf di divisi keuangan. Karena dari sanalah dia bisa membesarkan Zion, meskipun memiliki orang tua yang amat sangat mampu membiayai dia dan anaknya, tapi Zivana mau membesarkan Zion dengan jerih lelahnya sendiri.

Ditengah keasyikan Zivana dalam memandangi wajah anaknya, terdengar handphone Zivana berbunyi menandakan sebuah pesan di aplikasi chatting berbunyi.

📩 Istirahatlah, aku tahu kamu sudah merindukanku. Tidurlah agar kita bisa bertemu dalam mimpimu. Jangan lupa besok pagi akan kujemput. Berikan kecup sayangku pada jagoanku juga.