Chereads / Kasih Tak Terbalas / Chapter 8 - Bab 8 Bentakan Pertama

Chapter 8 - Bab 8 Bentakan Pertama

3 Tahun Kemudian

Malam ini Zivana diam termenung di dalam kamarnya. Sudah masuk tahun ke 4 mereka menikah tapi Zivana belum juga hamil. Pertanyaan kapan hamil sudah selalu dia dengar bahkan dari 3 tahun lalu saat Zion berusia 2 tahun sampai sekarang genap Zion berusia 5 tahun hari ini.

Perekonomian Zivana juga semakin membaik. Zivana yang sudah menjabat sebagai Associate Unit Manager (AUM), sudah memiliki 2 mobil SUV, bahkan sudah bisa mencicil rumah di salah satu kawasan elit di Ibu Kota. Zivana juga sudah memiliki sebuah cafe kekinian karena bantuan dari pamannya.

Bukannya Zivana dan Dewa tidak memeriksakan diri mereka ke dokter, tapi mereka sudah beberapa kali ke dokter, dan dokter mengatakan bahwa keduanya sehat.

Lamunan Zivana terhenti saat Dewa ke kamar mereka. Zivana memperhatikan penampilan Dewa yang begitu berantakan.

"Kamu dari mana saja Mas?. Kenapa setelah selesai perayaan Zion, kamu tidak terlihat lagi?." Tanya Zivana.

Terlihat Dewa menghembuskan nafas kasarnya.

"Bisakah kamu jangan banyak bertanya Van?. Aku capek." Kata Dewa dengan raut wajah dan suara yang datara.

Zivana diam. Memang Dewa belakangan ini banyak berkata ketus dan terlihat berbeban berat. Setelah berkata demikian kepada Zivana, Dewa bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Seperti biasa Zivana akan menyiapkan pakaian Dewa. Setelah berpakaian, Dewa langsung merebahkan dirinya memunggungi Zivana tanpa menyapa Zivana sedikitpun.

***

"Zion hari ini ke sekolah mau bareng papa ya ma. Papa kan udah janji sama Zion." Tutur Zion kepada Zivana dengan wajah penuh harap.

"Iya sayang. Nanti bareng papa ya. Sebentar mama panggila papa dulu ya." Tukas Zivana

"Aku gak bisa antar Zion. Aku hari ini ada meeting bersama seluruh divisi. Dan aku diwajibkan hadir bersama manager divisiku Van." Jawab Dewa sembari berjalan menuruni tangga ke arah ruang makan.

"Ya udah mas gak papa, biar aku aja yang antar Zion." Balas Zivana memaklumi kesibukan Dewa.

Mereka bertiga berangkat dengan tujuan yang berbeda. Dalam perjalanan Zion seperti gelisah di tempatnya.

"Kenapa nak?. Ada yang sakit?." Tanya Zivana.

"Gak ma. Zion hanya merasa papa udah gak sayang Zion lagi." Ucap Zion murung.

Zivana terhenyak, dia kaget dengan penuturan Zion. Zion adalah tipe anak perasa. Dia cepat peka dengan lingkungan dan perlakuan orang lain terhadapnya.

"Gak nak. Itu hanya pikiran Zion saja. Papa kan sibuk nak. Papa kan kerja juga buat kita nak. Biar bisa buat kita makan, sekolah Zion, ajak Zion jalan-jalan." Jelas Zivana pada Zion sembari mengelus kepala anaknya.

Zion hanya mengangguk tanda memahami. Tapi dalam benaknya merasakan bahwa sang papa sudah tidak menyayanginya lagi.

Saat jam makan siang di kantor, Zivana menyambangi sekolah Zion untuk menjemputnya. Hari ini Zivana berniat menjempu Zion di sekolahnya dan mengajak anaknya ke salah satu tempat makan cepat saji, untuk mengobati sedih Zion tadi pagi.

"Yuk kita makan, Zion mau apa aja, mama turuti ya. Asalkan jangan sedih-sedih lagi. Nanti mama jadi ikut sedih lihat Zion." Kata Zivana.

Zion memilih makanan sesuai keinginannya, Zivana menemani anaknya itu sembari bertanya perkembangan sekolah Zion.

"Tadi Zion dapat nilai seratus Ma. Bintangnya 5. Kata bu guru Zion harus tetap pertahankan bintangnya 5." Tutur Zion semangat.

Zivana sangat bersyukur Zion adalah anak yang cerdas dan sangat penurut.

Ditengah keseruan ke dua ibu dan anak ini, Zivana melihat seseorang yang sangat mirip dengan Dewa terlihat melintasi tempat makan mereka dan masuk ke salah satu restoran jepang di dalam mall tersebut dengan menggandeng seorang wanita.

Zivana cepat-cepat menyelesaikan makannya bersama Zion dan pura-pura melewati resto tersebut, kebetulan tempat duduk Dewa masih bisa terlihat dari luar resto.

Deg!

Jantung Zivana serasa dihantam palu kasat mata saat melihat Dewa bermesraan dengan wanita manuda tersebut. Bahkan sikecil Zion bisa melihat papanya itu membelai-belai wajah wanita tersebut.

"Ma, ayo kita pulang Ma." Zion mengagetkan Zivana dengan suara pelan dan menarik Zivana dari sana. Sudah dibilangkan, Zion adalah anak yang cerdas dan perasa, dia sudah dapat membaca situasi yang ada.

Kini mereka dalam perjalanan pulang, karena Zivana meminta izin untuk pulang ke rumah lebih cepat dengan alasan sakit.

"Ma, mama jangan kepikiran ya." kata Zion menenangkan mamanya. Zivana sangat bersyukur memiliki Zion disaat seperti ini.

***

Saat makan malam berlangsung Dewa juga belum pulang ke rumah. Malam ini ibu mertua Zivana datang bertamu bersama kedua anak perempuannya yaitu Dewi dan Dita.

"Gimana Van, udah ada perkembangan belum Van?. Ibu itu udah gak sabar ingin punya cucu." Ketus Risa.

"Bu, sabar ya bu. Kita tetap berusaha bu. Ibu juga bantu doanya ya bu." Tutur Zivana lembut.

"Dari dulu kamu selalu bilang lagi usaha, usaha! Tapi gak ada hasilnya Van!." Bentak Risa.

Zivana terkejut dengan bentakan mertuanya. Selama ini memang Risa selalu bertanya tentang momongan. Tapi tidak pernah sekasar ini.

"Sekarang dimana Dewa?. Ibu ada perlu sama dia." Ketu Risa lagi.

"Mas Dewa belum pulang bu. Kalau ibu gak keberatan, ibu bisa sampaikan ke Vana bu. Nanti Vana kasih tahu ke mas Dewa bu." Tawar Zivana masih dengan lembut.

"Ya udah. Kamu tolong bilang ke Dewa kalau minggu depan itu acara pertunangan Dewi. Tolong kamu kasih tahu dia untuk tanggungjawabnya sebagai pengganti bapak ke adik-adiknya." Ketus Risa lagi.

Zivana menyanggupi hal tersebut. Tidak lama dari itu, ibu mertua dan kedua adik Dewa pulang.

Tepat pukul 10 malam Dewa baru pulang. Dia langsung masuk ke kanar tanpa memperdulikan Zivana yang menunggu di ruang keluarga sembari menahan kantuknya.

Zivana masuk ke kamar dan mendapati suara gemericik air di dalam kamar mandi menandakan Dewa sedang membersihkan dirinya.

Tak lama terdengar bunyi 'klik' menandakan Dewa sudah selesai membersihkan dirinya.

"Mas, tadi ibu kesini sama Dewi dan Dita. Katanya minggu depan Dewi tunangan mas. Kata ibu, ibu minta tanggujawab kamu mas sebagai pengganti bapak." Jelas Zivana lembut. Tapi tak ada tanggapan dari Dewa.

"Mas, tadi ibu tanya tentang momongan lagi, tapi kok akhir-akhir ini kenapa ibu sering ketus dan terlihat seperti tidak menyukaiku mas?." Tanya Zivana, dia berusaha mengontrol nada bicaranya agar tidak dipengaruhi kekecewaannya terhadap Dewa dan Risa.

"Menurutmu hal apa yang bisa membuat ibu menjadi ketus dan tidak menyukaimu?. Bukan hanya ibu yang menginginkan seorang anak Van, aku juga! Aku juga mau Van."

Deg!

Zivana terpaku menahan sakit di hatinya. Untuk pertama kalinya suami yang selalu bertutur kata halus, kini membentaknya.

'Ting'

Bunyi notifikasi di ponsel Dewa. Zivana cepat-cepat melihat isi notifikasi tersebut, berhubung Dewa keluar kamar.

'Mas aku senang banget hari ini. Makasih ya mas hadiahnya. Love you.'

Deg!

Jatuh tertimpa tangga pula. Apakah ini firasat dari Zion. Anaknya tersebut sudah mulai merasakan perubahan dalam diri papanya tersebut.