Mungkin ini terlalu cepat, tapi jujur aku merasa nyaman sama kamu. Disaat bersamaan juga jantungku serasa mau lepas dari tempatnya Van. Jika ini benar pertanda bahwa aku suka dan cinta sama kamu, apakah kamu juga memiliki pertanda yang sama dan mau menerimaku Van?
***
Zivana diam terpanah menatap Dewa. Tidak pernah dia pikirkan bahwa akan secepat ini mendengar pernyataan cinta Dewa. Memang sebagai wanita dewasa dia dapat merasakan bahwa Dewa memiliki perasaan yang sama dengan dia. Tapi dia tidak pernah membayangkan bahwa akan secepat ini, karena dia berpikir bahwa akan Zion di sisinya. Pasti tidak mudah bagi pria yang akan berniat serius padanya.
"Jika kamu ngeraguin cintaku Van, kamu bisa minta apa aja sama aku buat buktikan cintaku padamu. Tapi jangan kamu minta aku buat mundur atau pergi darimu Van." Kata Dewa.
"Ku akui Dewa, aku juga memiliki perasaan yang sama. Tapi diriku tidak sendiri Dewa. Dia adalah anakku. Memang bukan anak kandungku, tapi aku sangat menyayangi Zion seperti anak kandungku." Tutur Zivana sambil mengusap kepala Zion.
"Aku tahu itu, siapapun yang melihat bagaimana kamu memperlakukan Zion akan tahu bagaimana besarnya kamu menyayangi Zion. Aku gak mempersalahkan Zion, aku sudah menyayangi Zion juga seperti anakku sendiri. Aku serius sama kamu Van. Aku memintamu bukan untuk bermain-main. Aku bermaksud serius Van, serius dengan hubungan ini Van. Bagaimana Van?." Kata Dewa serius menatap Zivana lekat menunggu jawaban dari Zivana atas keseriusannya.
Zivana dapat melihat kesungguhan dan keseriusan dalam diri Dewa. Tatapan tulus yang terpancar dari Dewa dapat meyakinkan Zivana. Dia menarik nafas sejenak menenangkan dirinya sebelum memberikan jawaban yang akan merubah hidupnya ke depan.
"Bismillah, aku mau terima kamu Dewa. Tapi, kamu harus temui orang tuaku jika memang kamu mau serius denganku." Tutur Zivana yakin.
***
Malam ini, Zivana bersama Dewa dan juga Zion berangkat menuju rumah orang tua Zivana di salah satu perumahan elit yang berada di Jakarta Selatan. Sepanjang perjalanan degub jantung Zivanata berpacu sangat cepat, bahkan dia takut bahwa jantungnya akan lepas dari tempatnya. Tetapi Zivana juga tidak menutupi keresahatan hatinya, karena memang ini pertama kalinya Zivana mengenalkan teman prianya sebagai calon pacar kepada kedua orang tuanya. Zivana sangat berharap bahwa kedua orang tuanya dapat menerima Dewa dengan tangan terbuka. Bahkan sekarang Zivana merasa suhu di dalam mobil ini terapa panas, meskipun AC nya telah dinyalakan. Zivana hari ini begitu gugup luar biasa. Dewa dapat dengan jelas menangkap raut wajah gelisah dari Zivana.
Zivana, Dewa dan Zion disambut dengan ramah oleh kedua orang tua Zivana. Ayah Rico dan bunda Zeti sangat senang saat mengetahui jika yang datang merupakan anak dan cucu mereja, tapi tidak bisa disembunyikan oleh mereka juga bahwa mereka kaget jika anak dan cucu mereka satang bersama seorang laki-laki.
"Yah, Bun ini Dewa teman sekaligus rekan kerja Zivana di kantor. Dewa juga salah satu karyawan papi yang satu divisi dengan Zivana." Tutur Zivana gugup kepada ayah dan bundanya.
"Saya Dewa pak. Maaf jika kami kesini tanpa memberitahukan bapak dan ibu. Saya langsung saja ke intinya. Saya kesini berniat untuk serius menjalin hubungan dengan anak bapak dan ibu. Saya sudah berbicara dengan Zivana dan dia menerima saya apabila saya memintanya langsung kepada bapak dan ibu." Pungkas Dewa lugas.
Terlihat Rico ayah Zivana memandang lekat laki-laki di depannya ini yang berniat berhubungan serius dengan Zivana.
"Kami akan selalu mendukung setiap keputusan Zivana, selagi Zivana bahagia kami tidak permasalahkan hal lainnya. Tapi saya hanya ingin bertanya dua hal sama kamu. Apa pandangan kamu mengenai Zivana dan apa arti sebuah hubungan untukmu?." Tantang Rico ayah Zivana.
Dewa sempat kaget akan pernyataan dan pertanyaan ayah Zivana. Pertama dia tidak menyangka bahwa kedua orang tua Zivana akan sebaik dan seramah ini padanya. Karena yang dia tahu Zivana adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dalam benak Dewa, pasti kedua orang tua Zivana akan bertanya mengenai keluarga atau bahkan kesanggupan dirinya menafkahi Zivana kedepannya jika mereka berrumah tangga.
"Bagi saya hubungan adalah suatu komitmen yang sakral. Dimana saya berjanji bukan hanya pada diri saya sendiri melainkan orang yang saya ikat dalam hubungan tersebut. Zivana merupakan orang yang tepat bagi saya karena dia pribadi yang baik, dapat menerima dan mengimbangi saya dalam segi berpikir, bahkan dia mempunyai sifat keibuan terhapad Zion. Kasih sayang Zivana terhadap Zion merupakan bukti nyata bahwa dia tepat menjadi ibu dari anak-anak saya kelak Pak." Tegas Dewa terhadap Rico.
"Bagaimana dengan Zion. Apakah kau menerimanya?." Tanya Rico.
"Zion sudah saya anggap menjadi anak saya pak. Jika saya menerima Zivana, maka saya juga menerima Zion. Mereka berdua tidak dapat dipisahkan. Jika saya memisahkan mereka, sama saja saya membunuh salah satunya pak. Dan bagi saya Zion juga anak saya pak." Tegas Dewa mantap terhadap Rico.
Rico memperhatikan laki-laki di hadapannya itu dengan lekat. Sampai dia memberikan suatu keputusan yang membawa kelegaaan dan kebahagiaan untuk anak semata wayangnya juga calon anaknya ini. Rico pun berharap semoga mereka berdua tidak hanya menjalan kasih dan berakhir sia-sia, tapi biarlah berakhir di sebuah pelaminan.
Zion terlihat sangat senang bertemu dengan nenek dan kakeknya. Dia sangat bersemangat menghabiskan makanannya yang disiapkan langsung oleh sang nenek. Bahkan dia tidak mau lepas dari sang nenek. Zeti juga menyuapi cucunya tersebut dengan perasaan bahagia. Zeti berdoa untuk kebahagiaan anak dan cucunya. Agar cucunya tetap bahagia bersama mama dan calon mamanya.
***
Dalam perjalanan pulang keduanya hanya hening. Zion sudah tertidur di pangkuan Zivana. Dewa juga hanya menatap lurus ke arah jalanan yang mereka lewati.
Saat sampai ke apartment Zivana, Dewa mampir sebentar untuk membaringkan tubuh lelah Zion di tempat tidur, karena dari basement partment sampai kamar Zion digendong oleh om Dewa kesayangannha. Kini Zivana dan Dewa sudah duduk di sebuah sofa di ruang keluarga. Zivana dan Dewa duduk berdampingan. Keduanya hanya duduk diam tidak ada percakapan yang terjadi. Keduanya seperti sedang merenungi perasaan masing-masing. Lebih tepatnya Dewa yang menenangkan diri untuk menyampaikan niat baiknya terhadap Zivana.
"Van, mulai sekarang kamu adalah pacarku. Sesuai tantanganmu terhadapku, jika aku menemui orang tuamu, maka kamu mau menerimaku. Sekarang aku sudah menemui orang tuamu, bahkan mereka sudah memberikan restu. Tapi sekali lagi kutegaskan kau sudah jadi milikku. Aku serius denganmu dan aku berniat menikahimu Van, karna aku yakin kamu wanita yang tepat." Pungkas Dewa tegas.
"So Van, will you be mine?."