"Saya Direktur." Ucap seorang karyawan wanita dengan perasaan takut. Dia menundukkan kepalanya tak berani menatap sang direktur.
"Mana proposal kerja sama itu?"
"Ma—maaf, Direktur. Sa—saya belum menyelesaikan proposal itu." Ucap wanita itu takut dan gugup. Tubuhnya merosot ke bawah pelan ingin bersembunyi dari pandangan Bianca.
"Apa?" Ucap Bianca cepat, kuat dan penuh penekanan di setiap hurufnya. Dia bahkan sampai berdiri dari duduknya. Menggebrak meja dengan keras menunjukkan jika amarahnya kini semakin meninggi.
"Kau belum menyelesaikannya?" Ucap Bianca keras dan tinggi. Membuat wanita tadi semakin menunduk dalam. Membuat suasana di dalam ruangan itu semakin menegang. Semua karyawan menunduk takut tak ada satu pun yang berani menatap Bianca. Mereka takut menjadi sasaran kemarahan Bianca.
"Ini sudah dua minggu lebih nona ayu ayu. Kau ingin jika kontrak kerja sama itu jatuh ke perusahaan lain, Hah???" Teriak Bianca lantang di akhir kalimatnya. Teriakannya menggelegar ke seluruh ruangan rapat itu. Semua karyawan tau jika gadis itu kini tengah marah besar.
"Direktur, beri dia sedikit waktu lagi. ayu baru masuk beberapa hari ini dari cuti menikahnya. Jadi, mohon anda memaklumi keterlambatannya dalam mengerjakan proposal itu." Ucap Amelia, sekretaris Bianca. Gadis itu dengan berani meminta Bianca untuk memberi ayu kesempatan untuk menyelesaikan proposal itu.
"Dengar nona ayu, aku tau kau baru saja menikah. Aku turut bahagia atas pernikahanmu." Ucap Bianca datar tanpa ekspresi , sedikit bertolak belakang dengan kalimat yang baru saja dia ucapkan. Bahkan kalimat yang ia lontarkan malah terdengar seperti sebuah ejekan.
"Tapi nona ayu, seharusnya kau bisa bekerja secara profesional. Perusahaan sudah memberimu cuti seminggu untuk pernikahanmu. dan bukankah kau sudah masuk sejak dua atau tiga hari yang lalu. Seharusnya dalam beberapa hari itu kau sudah bisa menyelesaikan tugasmu itu." Bianca terdiam menarik nafasnya kasar.
"Tapi mengapa sampai saat ini kau belum menyelesaikan proposal itu nona ayu?" Teriak Bianca lantang. Menatap tajam ke arah ayu Puspita. Seakan gadis itu siap menerkam domba yang meringkuk di sudut ruangan.
"Jangan karena kau baru saja menikah, kau dengan sangat santai dan malasnya mengabaikan pekerjaanmu. Apa kau pikir aku akan mengasihanimu? Apa kau pikir aku akan memaklumi semuanya? Proposal kerja sama yang kau kerjakan adalah proposal yang melibatkan jumlah uang yang sangat banyak , kontrak kerja sama yang akan menguntungkan perusahaan kita. Kau pikir aku dapat memaklumi sifat santai dan malasmu ini. Hah??" Ucap Bianca penuh amarah. Bianca berjalan menghampiri gadis itu.
"Kau tidak di gaji untuk menggosip nona, kau di gaji untuk bekerja disini. Dan jika kau tidak ingin bekerja disini lebih baik kau berhenti bekerja dari perusahaan ini." Ucap Bianca penuh penekanan pada akhir kalimatnya
"Maaf, Direktur.. Sungguh maafkan atas prilaku saya beberapa hari ini. Saya janji akan menyelesaikan proposal itu secepatnya. Jangan pecat saya, Direktur." Mohon ayu sambil terus menunduk dalam karena takut.
"Baiklah. Dengar, aku ingin kau menyelesaikan proposal itu hari ini juga. Aku ingin proposal itu sudah ada di meja kerjaku besok pagi. Jika aku tak melihat proposal itu besok di meja kerjaku, maka kau akan melihat surat pemecatanmu di atas meja kerjamu. kau mengerti?" Bianca tak pernah main-main dengan ancamannya. Jika dia tak suka dengan cara bekerja seorang pegawai yang lalai, dia akan langsung memecat pegawai itu. Tak perduli apapun yang terjadi. Itu sebabnya semua pegawai takut padanya.
"Ya, Direktur." Jawab ayu pasrah.
"Baiklah rapat hari ini sudah selesai." Ucap Bianca meninggalkan ruangan rapat itu, meninggalkan para karyawannya.
Para karyawan itu langsung menyandarkan punggungnya di sandaran kursi ,mereka menurunkan bahunya yang tegang dan mengambil nafas yang panjang dan mendesah lega. Bekerja di bawah Bianca adalah pekerjaan tersulit yang ada di perusahaan ini. Sudah banyak karyawan yang menyerah atas sikap Bianca , tak jarang ada beberapa karyawan yang Bianca pecat karena ketidakpuasaannya atas pekerjaan yang dilakukan karyawan itu. Namun ada juga beberapa karyawan yang tetap bertahan menghadapi Bianca. Bukan karena senang bisa bekerja dengan Bianca tapi lebih karena tuntutan hidup dan kebutuhan yang akhirnya mendorong mereka terus bertahan menghadapi sikap Bianca. Sikap Bianca yang terkenal dingin, tegas, kejam, selalu menuntut keprofesionalitas kerja, tak berperasaan dan selalu mengintimidasi dengan raut wajahnya yang super duper datar tanpa ekspresi. Bahkan para karyawan mempunyai panggilan khusus untuk direktur killer itu. ice CEO atau Putri Es. Itu adalah panggilan mereka untuk menggambarkan sosok Bianca di mata mereka.