LIMA HARI SEBELUM NYA
Seorang gadis berjalan memasuki ruangan besar tempat tim perencanaan, Henderson Corporation. Seketika itu semua orang berdiri dengan tegak di balik meja kerja mereka masing-masing. Menunduk hormat kepada atasan mereka yang baru saja datang. Dan gadis itu terus berjalan menuju kantornya. Berjalan angkuh nan tagap memasuki ruangan direktur. Duduk di belakang meja besar yang memiliki nama direktur bagian perencanaan , Bianca Henderson. Gadis yang bernama Bianca Henderson itu duduk di bangkunya setelah meletakkan tas hermes di atas meja. Dan mulai memakan sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya. Perlahan seseorang masuk ke dalam.
"Selamat pagi." Sapa seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam kantor itu.
"Pagi." Jawab Bianca tanpa melihat gadis yang menyapanya dan terus memakan sarapannya.
"Apa semua sudah siap? Aku ingin rapat di lakukan lima menit lagi." Ucap Bianca sambil melihat beberapa file di atas mejanya.
"Ya, aku akan menyuruh yang lain untuk ke ruang meeting segera." Ucap gadis itu yang bernama Amelia bergegas keluar dari ruangan itu.
Lima menit kemudian, di ruang rapat. Sudah berkumpul beberapa orang dari tim perencanaan. Dan tak lama Bianca Henderson masuk ke dalam ruangan itu.
Semua anggota tim langsung duduk dengan tegap dan tegang ketika Bianca memasuki ruang rapat itu. Mereka tak mau melakukan sebuah kesalahan kecil di depan direktur yang mendapat julukan ice CEO itu. Kini Bianca telah duduk di kursi yang paling depan. Meja ruang rapat yang berbentuk lonjong dengan kursi di sisi kanan dan kirinya. Dan semua karyawan tim perencanaan sudah duduk disana.
"Kita mulai rapatnya?" Ucap Bianca dingin dan membuka rapat itu tanpa berbasa-basi.
"Bagaimana dengan kontrak kerja sama dengan Alexander Group?"
"Kami sudah membuat janji temu dengan Mr. Alexander namun beliau ingin anda sendiri yang menemuinya Direktur." Jawab seorang karyawan.
Baiklah masukkan janji temu itu ke dalam agendaku." Ucap Bianca yang membuat sekretarisnya mencatat di buku kecil.
"Lalu bagaimana dengan perkembangan pembangunan apartement di Jakarta Timur?"
"It..itu sedikit ada masalah Direktur." Ucap salah satu pegawai pria dengan takut dan cemas.
"Apa?" Ucap Bianca cepat dan menuntut penjelasan lebih lanjut.
"Ada seorang pekerja kontruksi yang mengalami kecelakaan yang menyebabkannya meninggal, membuat para pekerja lain berhenti bekerja dan menghentikan pembangunan. Mereka sedang berduka atas kehilangan salah satu teman mereka."
"Sudah berapa lama mereka berhenti?" Ucap Bianca dingin tanpa merasa berduka mendengar berita salah satu pekerja kontruksi meninggal.
"Sudah tiga hari Direktur." Jawab pria itu sambil menundukkan kepalanya takut.
"Apa? Tiga hari? Mereka menghentikan pembangunan selama itu. Tiga hari adalah waktu yang terlalu lama hanya untuk berduka. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Aku ingin mereka semua mulai bekerja kembali hari ini juga." Ucap Bianca dengan wajah dingin dan datarnya. Walau begitu suara terdengar memberi tekan dibeberapa kalimatnya, menggambarkan jika saat ini gadis itu mulai marah.
"Tapi Direktur, saat ini mereka sedang berduka. Jika kita meminta mereka untuk segera bekerja kembali aku takut mereka akan mengajukkan protes dan demo." Protes pegawai pria yang bernama Budi Zhandrov.
"Aku tidak peduli." Ucap Bianca dingin tak terbantahkan dengan mata tajamnya. Membuat Budi menunduk semakin dalam rakut dengan tatapan intimidasi yang Bianca berikan padanya.
"Aku tidak ingin pembangunan apartement itu semakin tertunda. Jika mereka protes atau berdemo , pecat saja mereka. Dan jika mereka ingin membatalkan kerja sama dengan kita , mereka harus membayar denda pembatalan kontrak kerja. Aku tidak mau tau bagaimana caramu menyelesaikannya. Aku ingin para pekerja itu kembali bekerja hari ini juga. Jika tidak kau yang akan aku pecat. Kau mengerti?" Ucap Bianca penuh penekanan ketegasan dan tanpa bantahan atas ancamannya.
Gadis itu tak pernah main-main dengan kalimatnya. Dia terkenal akan sikap dingin kejam dan tak berperasaan. Dia dengan sangat mudah memecat seseorang yang menurutnya tidak bisa bekerja lebih baik di matanya. Dan tak ada yang bisa menentangnya. Karena gadis itu adalah direktur kebanggaan perusahaan besar itu. Dibalik sikapnya yang menyebalkan. gadis itu memiliki otak yang cerdas, selalu sukses menangani kontrak kerja sama dengan keuntungan bermilyar-milyar dan proyek perencanaan pembangunan real estate mahal. Itu sebabnya ,sang presdir percaya dan tak pernah peduli jika gadis itu memecat beberapa pegawai kantornya.
"Ya Direktur." Ucap Budi patuh sambil menunduk takut. Ini hal yang sulit untuk dia lakukan. Meminta orang-orang yang tengah dalam masa berkabung untuk bekerja, bukankah itu tidak sopan sama sekali. Tapi jika dia tidak melakukannnya maka dia yang akan di pecat.
"Lalu mana proposal kerja sama dengan perusahaan CJ COORPORATION?"
Tak ada satu pun karyawannya yang angkat bicara , semua diam karena takut. Tak mendapat respon dari para bawahannya membuat Bianca sedikit kesal.
"Siapa yang bertugas membuat proposal itu?" Tanya Bianca dengan aura dingin dan mata tajamnya. Mengintimidasi semua karyawan untuk segera berbicara sebelum dia menguliti mereka dengan tatapan tajam penuh amarahnya.