Mata Jessie seakan berhenti berkedip untuk beberapa saat. Semua itu terjadi, sejak kemunculan seorang wanita yang menyambut kedatangan Jessie dengan suatu kalimat yang kurang menyenangkan.
Wanita itu kemungkinan berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Menggunakan gaun panjang yang terbuat dari sutra berwarna cokelat. Di hiasi oleh sulaman benang berwarna emas berbentuk bunga. Selain itu, jubah tersebut terlihat lebih sangat mahal, karena terdapat taburan batu kristal kecil di setiap incinya.
Keindahan pakaian tersebut, di sempurnakan oleh sebuah Tiara yang terlihat sudah tersangga dengan kokoh di kepalanya. Memiliki rambut panjang sepinggang yang sengaja dibiarkan untuk terurai manja. Disertai dengan beberapa hiasan kepala yang ikut menjuntai, Bergerak sesuai irama langkah kaki pemiliknya.
Jessie yakin jika wanita yang baru saja datang tersebut, bukanlah wanita sembarangan. Melihat dari pakaian yang dia kenakan saat ini, yang di penuhi oleh segala kemewahan. Bukan hanya itu, tutur kata dan tingkah laku yang baru saja dia tunjukkan pada Sang Raja., seakan-akan tidak ada rasa hormat atau ketakutan sama sekali pada pria yang sedang berada di hadapannya tersebut. Padahal pria tersebut memiliki kedudukan yang paling tinggi di antara semua orang, pada wilayah tersebut.
Wanita itu tidak lain adalah Ratu Azhura. Seorang Ratu di Kerajaan Adanrille, dan istri dari Raja Emmerich. Sosok yang di anggap mempunyai kedudukan dan kehormatan paling tinggi pada Kerajaan tersebut.
Untuk sesaat Jessie yang kini berada di tubuh Putri Azaela, melupakan arahan yang di berikan oleh Lyne beberapa saat yang lalu. Bukannya membungkukkan tubuh , untuk memberikan penghormatan pada Sang Ratu. Dirinya justru memberikan tatapan penuh kekesalan, pada wanita tersebut.
Bagaimana tidak, baru kali ini Jessie menemukan seorang wanita yang mempunyai mulut yang sangat kasar, terhadap orang lain. Wajah
"Tuan Putri, beri hormat pada Yang Mulia Ratu," lirih Lyne dengan berbisik. Wajahnya terlihat sedikit jika Putri Azaela membuat masalah pada acara yang akan berlangsung ini.
Mendengar bisikan Lyne yang berada tepat dibelakangnya, Jessie pun tersadar dari rasa kekesalan yang sedari tadi sedang memuncak.
Tidak ingin mengacaukan kehidupan yang di miliki oleh raga tersebut, Jessie pun segera memberikan penghormatan untuk Sang Mulia Ratu Azhura. Membungkukkan tubuh, seperti yang sudah di ajarkan oleh Lyne kepada dirinya. Mengulas senyuman pada kedua sudut bibir, meskipun hal tersebut dengan sedikit rasa keterpaksaan.
Terlihat sebush senyum sinis, terlukis pada wanita tersebut. Membuang wajah, dan tanpa mengatakan sepatah katapun, segera berlalu tepat di hadapan Jessie tanpa mengucapkan satu patah katapun.
"Tampaknya anakmu itu masih belum sembuh, dengan kecelakaan tempo hari yang dia alami. Karena, dia sedikit kehilangan sopan santun kepadaku," ucap wanita tersebut. Mengambil tempat duduk, tepat di samping Sang Raja, pada meja yang sama.
Anehnya, Raja tidak mengatakan apapun atas semua yang dilakukan oleh Ratu tersebut. Dia hanya diam, dan menatap semua yang terjadi di hadapannya dengan tatapan sayu penuh arti. Jessie berpikir jika ayah dari Putri Azaela tersebut, mungkin telah dibutakan oleh cinta pada Ratu tersebut.
Acara makan malam pun segera di mulai. Mereka bertiga duduk pada kursi masing-masing, yang mengelilingi sebuah meja berbentuk bundar. Sebuah meja, yang terbuat dari kayu. Do penuhi oleh banyak ukiran pada sisi meja dan kursi tersebut.
Di atas meja sudah terbentang dengan kokoh sebuah Kaca tebal yang melapisi, membentuk sama pada ukuran meja tersebut. Menutupi ukiran bunga, yang berbentuk bunga teratai berlapis warna keemasan. Hal tersebut menunjukkan jika satu set meja makan tersebut, merupakan barang anting yang sudah di pastikan memiliki harga jual yang tinggi, jika berada di zaman modern kedua seorang Jessie dulu.
Paling tidak, itulah yang sempat di pikiran oleh Jessie, sebelum memikirkan apa yang sebenarnya menjadi tujuan acara makan malam tersebut di laksanakan.
Tidak berapa lama kemudian, pada pelayan istana pun berdatangan. Masing-masing dari mereka membawa satu nampan yang berada di tangan. meletakkan satu persatu hidangan, yang menjadi menu pada malam hari tersebut.
Hidangan yang luar biasa sudah tersuguh kan pada meja yang bada di hadapan Jessie sekarang. Semua terlihat sangat lengkap, dari sayuran yang di masak dengan berbagai macam cara. Ada ayam dan berbagai protein hewani lainnya, yang juga tersedia untuk beberapa macam hidangan.
Sama halnya, seperti yang pernah dia alami sebelumnya. Semua makanan tersebut, terasa sangat asing bagi mulut Jessie. Semua terasa sangat aneh, meskipun terlihat sangat mewah di mata gadis yang sekarang menjadi warna biru tersebut. Sehingga dia tampaknya enggan menikmati makan malam tersebut, walaupun saat ini perutnya berada di dalam fase yang kritis, karena kelaparan.
"Makanlah yang banyak, Putriku. Apa kamu tidak memiliki selera makan? Sehingga kamu tidak menjamah banyak makanan yang ada di hadapanmu sekarang?" tanya Sang Raja sambil tersenyum.
Senyuman hangat dari Sang Raja tersebut, terasa berhasil sedikit mencairkan suasana ketegangan yang sedang terjadi. Sebuah senyuman dari sang ayah, yang di penuhi oleh rasa kasih sayang pada sang putri tercinta yang kini ada di hadapannya tersebut.
"Maafkan aku, Yang Mulia Raja. Aku baik-baik saja." Putri Azaela mengulas senyum sambil menundukkan sedikit kepala untuk memberikan penghormatan pada ayah dari putri Azaela tersebut.
"Tidak perlu memanggilku seperti itu. Di sini hanya ada kita bertiga. Bukankah kita adalah satu keluarga?" Sang Raja kembali membuka suara di tengah-tenvah kegiatannya dalam menikmati acara makan malam tersebut.
Brakk!
Terdengar suara hentakan, dari salah satu alat makan yang berbenturan dengan meja makan yang sangat tebal tersebut. Hal itu terjadi dengan begitu kasar, sehingga berhasil membuat semua orang yang berhadir di sana, langsung menunjukan sorot mata pada kejadian tersebut.
Semua itu tidak lain adalah ulah dari Sang Ratu Azhura. Dia menghempaskan sendok perak, yang sedari tadi dia gunakan ke atas meja makan. Terlihat sangat jelas bahwa wajahnya sedang merasa sangat kesal, dengan perasaan yang terasa sedang tidak baik-baik saja untuk saat ini.
"Apa kamu harus melakukan semua itu?" tanya Sang Raja kepada istrinya tersebut.
Melihat dari ekspresi wajah Raja Emmerich yang terlihat datar dan santai, memberikan gambaran jika hal tersebut sudah sering terjadi. Sehingga dia tidak perlu mengeluarkan amarah untuk kebiasaan buruk, yang dimiliki oleh istrinya tersebut. Raja Emmerich terlihat santai untuk tetap menikmati makanan yang ada di hadapannya saat ini.
"Keluarga? Apa kamu sedang bercanda?" tanya Ratu Azhura pada Sang Raja.
"Apa yang salah dengan satu kata tersebut?" Kali ini Sang Raja menatap tajam pada wanita yang ada di sampingnya tersebut. "Jaga tingkah lakumu, Ratu Azhura," lirih Raja Emmerich sambil mengarahkan tatapan mata yang dingin.
Alih-alih menyesali perbuatan yang dia lakukan, Ratu Azhura sepertinya tidak merasa bersalah sedikitpun juga tentang semua itu. Dia malah menatap sinis pada Jessie sekarang.
Bersambung ...