"Gimana keadaan Ibu kamu sekarang?" tanya Alvin.
"Ibu baru aja masuk ke dalam ruang operasi Pak. Saya takut banget. Saya takut banget Ibu di operasi di dalam. Karena sebelumnya Ibu ga pernah di operasi. Nanti kalo misalnya Ibu kenapa-kenapa gimana? Nanti kalo misalnya operasinya—"
Belum selesai Sabrina berbicara, Alvin sudah memotongnya dengan cara menaruh jari telunjuknya ke atas bubur Sabrina supaya Sabrina tidak berkata yang buruk-buruk tentang operasi Ibunya. Dan cara Alvin berhasil. Sabrina langsung berhenti berbicara.
"Kenapa jantung aku jadi deg-degan kaya gini ketika di perlakukan seperti ini sama Pak Alvin? Apa iya aku udah mulai ada hati sama Pak Alvin? Engga, engga. Aku ga boleh ada hati sama Pak Alvin. Pak Alvin itu orang yang nyebelin, emosian, masa iya aku suka sama dia," ucap Sabrina di dalam hatinya.
"Kamu ga boleh bicara seperti itu. Karena ucapan itu adalah do'a. Emangnya kamu mau kalo Ibu kamu kenapa-kenapa?"
"Engga."
"Yaudah kamu juga jangan bicara seperti itu. Lebih baik kamu do'akan yang baik-baik untuk Ibu kamu. Semoga aja operasinya berjalan dengan lancar."
"Aamiin. Silahkan duduk Pak."
Alvin tidak balas terima kasih atau apapun kepada Sabrina. Alvin langsung duduk di depan ruang operasi yang diikuti oleh Sabrina. Padahal sebelumnya Sabrina tidak bisa diam. Dia terus-terusan mundar-mandir memikirkan operasi Ibunya.
Operasi donor ginjal memerlukan waktu yang cukup lama. Itu semua karena operasi donor ginjal merupakan operasi besar. Selama menunggu, Sabrina merasa sangat ngantuk. Hingga akhirnya Sabrina tertidur di atas kursi yang sangat keras dengan kepala yang disenderksn ke belakang dinding. Alvin yang tidak tega dengan Sabrina langsung menyandarkan kepala Sabrina ke pundaknya.
"Kasihan banget orang ini. Pasti dia kecapean banget karena harus temani Ibunya terus yang lagi sakit," ucap Alvin di dalam hatinya.
Kemudian Alvin merebahkan kepala Sabrina ke pundaknya dengan sangat hati-hati. Karena Alvin tidak mau sampai Sabrina terbangun dari tidurnya karenanya. Untung saja Sabrina tidak terbangun. Sekarang dia tertidur pulas di atas pundak Alvin yang sangat bidang sambil menunggu operasi selesai.
******
Di rumah Alvin.
Mamah dari Alvin terus memikirkan tentang keberadaan Alvin saat ini. Tadi setelah acara makan malam dengan keluarga selesai, Alvin meminta izin kepadanya untuk kembali ke Restaurant karena ada sesuatu yang tertinggal di sana. Tetapi sampai pukul 10 malam ini Alvin belum juga tiga di rumahnya. Mamahnya sudah mulai mencemaskannya. Walaupun Alvin adalah seorang anak laki-laki, tetapi tetap saja Mamahnya merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya saat ini.
"Aduh Alvin kamu kemana si? Kenapa handphone kamu ga aktif? Kamu kenapa?" ucap Mamahnya Alvin sendirian. Tidak lama kemudian Ayah dari Alvin datang menghampiri sang istri.
"Kamu belum tidur juga Mah?"
"Gimana aku mau tidur Yah. Alvin sampai jam segini belum pulang ke rumah. Padahal tadi dia bilangnya cuma mau ambil barangnya yang tertinggal di restaurant."
"Mungkin dia lagi main sama temannya. Besok itu kan weekend. Namanya juga anak muda Mah."
"Tapi tetap aja Mamah khawatir kalo ga ada kabar dari Alvin kaya gini. Alvin itu kan anak satu-satunya kita, Yah. Aku ga mau sampai dia kenapa-kenapa."
"Iya Ayah ngerti. Udah ya lebih baik sekarang kita istirahat aja. Ayah yakin kalo Alvin pasti baik-baik aja."
"Yaudah deh."
Akhirnya Mamahnya Alvin mau juga dibujuk oleh sang suami untuk istirahat malam ini dan tidak mengkhawatirkan Alvin lagi.
******
Di rumah sakit Alvin masih menemani Sabrina menunggu operasi Ibunya. Sabrina saat ini sedang tertidur pulas. Sedangkan Alvin tidak tertidur sama sekali. Alvin membuka handphonenya untuk menghubungi Mamahnya di rumah. Tetapi sayangnya handphone milik Alvin habis baterainya.
"Yah, baterainya habis lagi. Aku jadi ga bisa hubungi Mamah atau Ayah. Ini orang tidurnya pulas banget lagi. Aku kan jadi ga bisa bergerak," ucap Alvin di dalam hatinya.
Tetapi tidak lama kemudian Sabrina terbangun dari tidurnya. Dia sangat terkejut ketika menyadari kalau dirinya sudah tertidur di atas pundak Alvin dan Alvin membiarkannya.
"Pak Alvin?"
"Kenapa? Udah bangun? Enak tidurnya?"
"Kok Pak Alvin biarin saya tidur di pundak Bapak si? Kenapa Bapak ga bangunin saya?"
"Gimana saya bisa banguni. Kamu aja tidurnya pulas banget."
"Maaf Pak."
Selalu saja Alvin membantah pembicaraan Sabrina. Alvin tidak pernah mengakui kebaikannya kepada Sabrina. Dia selalu saja bersikap cuek di depan Sabrina. Tetapi padahal aslinya dia sangat peduli dengan Sabrina. Ketika Alvin dan Sabrina sedang berdebat kecil, tidak lama kemudian Dokter yang telah mengoperasi Ibu angkatnya Sabrina keluar dari dalam ruang operasi. Lampu yang ada di depan ruang operasi juga sudah mati. Itu artinya operasi sudah selesai dilakukan. Sabrina pun langsung berdiri dan menghampiri Dokter itu.
"Dokter. Gimana operasi Ibu saya? Operasinya berjalan dengan lancar kan?"
"Iya. Operasi berjalan dengan lancar. Donor ginjal sudah berhasil dilakukan. Sebentar lagi pasien akan dipindahkan ke ruang rawat biasa."
"Syukurlah. Terima kasih Tuhan. Engkau telah mendengarkan do'a-do'a aku. Terima kasih banyak ya Dok."
"Sama-sama. Kalo gitu saya permisi dulu."
"Iya Dok."
Betapa bahagianya Sabrina mendengar jika operasi Ibunya berjalan dengan lancar. Sampai-sampai Sabrina tidak sadar jika dirinya langsung memeluk tubuh Alvin begitu saja dengan sangat erat.
"Ibu saya berhasil melewati masa kritisnya Pak," teriak Sabrina kesenangan sambil memeluk Alvin.
"Bisa ga sih ga usah peluk-peluk saya?"
"Oh iya. Ma... Maaf Pak."
"Maaf, maaf. Kamu udah bangun dari tidur kamu dan Ibu kamu udah selesai oeprasi kan. Saya pergi."
Alvin tiba-tiba saja pergi meninggalkan Sabrina begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Sikapnya terasa sangat dingin dan cuek serta angkuh. Tetapi padahal dia lah yang sudah ada di balik berjalannya operasi Ibu angkat dari Sabrina.
"Dasar Pak Alvin. Sombong banget dia. Belum juga di jawab udah main pergi aja. Aku jadi ragu sekarang kalo yang udah bayar biaya Ibu itu adalah Pak Alvin," ucap Sabrina di dalam hatinya.
Tidak lama kemudian Ibu angkat Sabrina di bawa keluar oleh Suster dengan menggunakan kasur roda. Keadaan Ibunya saat ini memang belum sadarkan diri setelah operasi. Dia masih harus melewati masa pemulihannya terlebih dahulu. Baru setelah itu dia bisa sadar seperti biasanya. Tetapi walaupun demikian, Ibu angkatnya Sabrina sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa dan sudah bisa dijengguki.
"Ibu, Ibu. Ibu ini Sabrina, Bu," ucap Sabrina ketika melihat Ibunya keluar dari ruang operasi. Kemudian Sabrina mengikuti langkah Suster yang akan membawa Ibunya ke ruang rawat. Di sana Sabrina juga akan menunggu dan menjaga Ibu angkatnya semalaman pada malam ini. Karena hanya Sabrina yang Ibunya punya. Begitupun sebaliknya.
-TBC-