"Sabrina. Ke sini cepat," teriak Alvin.
"Maaf Mas, saya di panggil Boss saya. Permisi."
Sabrina langsung pergi meninggalkan orang itu dan datang ke hadapan Alvin.
"Iya Pak, ada apa?"
"Kamu kerja di dapur aja. Jangan layanin tamu di sini."
"Kenapa Pak? Tugas saya kan menjadi pelayan di sini."
"Saya bilang di dapur ya di dapur. Lagian kamu juga masih ada hutang sama saya untuk buat kue yang enak kan? Kamu kerjakan sekarang juga."
"Oh iya. Baik Pak kalo gitu saya buat sekarang. Permisi."
Akhrinya Sabrina pergi ke dalam dapur juga. Entah kenapa perasaan Alvin menjadi lega setelah Sabrina tidak berada di tengah-tengah laki-laki penggoda itu.
*******
Di dalam dapur.
Sabrina mencoba untuk membuat kue yang enak untuk Alvin. Sesuai dengan yang sudah dia janjikan kepada Alvin jika dirinya akan membuatkan kue yang enak untuknya.
"Aku harus bisa buat kue yang enak. Dan aku yakin kalo buatan aku kaki ini pasti enak," ucap Sabrina di dalam hatinya.
Sabrina pun langsung membuat kue yang dia bisa. Dia membuat kue khas Bali. Yaitu kue sus atau ya g biasa disebut dengan kue sus. Sabrina membuat ya dengan sedikit berbeda. Kue khas Bali itu yang biasanya berisikan susu, kini dibuat oleh Sabrina dengan isian cokelat, keju, buah-buahan dan yang lainnya. Sabrina membuatnya dengan sangat hati-hati. Karena Sabrina tidak mau sampai gagal lagi dan membuat Alvin kecewa kepadanya.
Hari sudah semakin sore. Acara ulang tahun di Restaurant milik Alvin juga sudah selesai. Sekarang saatnya Alvin mengecek Sabrina di dalam dapur yang sedang membuat kue untuknya.
"Pak Alvin," sapa Sabrina.
"Gimana? Udah jadi belum kue nya?"
"Kebetulan sekali udah nih Pak. Coba deh ya Pak Alvin rasain kue buatan saya. Pasti enak rasanya."
"Kamu ga usah kebanyakan bicara. Sini saya cobain. Awas aja kalo ga enak."
Sabrina sangat kesal dengan perkataan Alvin barusan. Tetapi Sabrina hanya bisa diam tanpa menjawab satu kata pun kepada Alvin. Alvin langsung mengambil salah satu kue buatan Sabrina untuk dicicipinya.
"Dasar Pak Alvin. Apa dia ga bisa ya bicara lembut sedikit aja sama aku. Kayanya dia kalo bicara sama aku pasti meledak-ledak. Bawaannya selalu aja emosi," ucap Sabrina di dalam hatinya.
"Kamu kenapa lihatin saya seperti itu?" tanya Alvin.
"Engga Pak. Ga kenapa-kenapa. Gimana Pak rasanya? Enak ga?"
Alvin merasakan kue buatan Sabrina dari gigitan pertamnaya. Dia merasakan bagaimana rasa kue buatan Sabrina. Tetapi tiba-tiba saja Alvin mengeluarkan kue itu lagi dari dalam mulutnya ke atas tangannya.
"Kamu itu gimana sih? Kamu sebenarnya bisa buat kue ga sih?"
"Emangnya kenapa Pak?"
"Pakai tanya lagi. Ini rasanya benar-benar ga enak. Kamu cobain aja sendiri kue buatan kamu itu."
"Masa si Pak? Saya cobain sebentar."
Sabrina mencoba kue buatannya sendiri. Dia merasakan apakah yang dikatakan oleh Alvin itu benar. Tetapi yang Sabrina rasakan tidak sama dengan apa yang Alvin bilang. Dia merasa jika kue buatannya enak.
"Kalo saya coba si rasanya enak Pak."
"Enak apanya? Kamu bilang enak karena kamu yang buat kue itu. Kamu itu gimana sih. Yaudah sekarang kamu lebih baik pergi aja dari sini."
"Saya dipecat Pak? Pak, saya mohon jangan pecat saya Pak. Paling engga sampai Ibu saya boleh pulang dari rumah sakit aja Pak. Sekalian saya cari kerjaan baru. Saya mohon banget Pak."
"Siapa juga yang pecat kamu. Hari ini kamu pulang aja. Kamu bisa kembali besok. Kamu pikirkan aja di rumah gimana caranya buat kue yang enak. Jangan asal bicara."
Sabrina hanya terdiam. Dia bingung apakah dia harus pulang sesuai dengan perintah dari Alvin atau tidak. Karena sekarang itu belum saatnya jam pulang kerja Sabrina.
"Kenapa kamu malah melamun kaya gitu? Kamu pulang aja sekarang. Ke rumah sakit Ibu kamu. Kamu jagain dia di sana."
"I... Iya Pak. Terima kasih banyak Pak. Permisi."
Akhirnya Sabrina pergi juga dari Restaurant itu. Dia segera pergi ke rumah sakit untuk menjaga Ibunya di sana. Begitu juga dengan Alvin. Alvin akan segera pergi dari Restaurant itu dan pulang ke rumahnya. Karena sudah dari pagi Alvin berada di Restaurant nya.
"Maafin aku Sabrina. Aku udah terlalu kasar sama kamu. Tapi itu cara aku supaya kamu pergi dari sini dan temani Ibu kamu di rumah sakit. Karena aku tahu kalo kamu itu sebenarnya ingin sekali temani Ibu kamu di sana," ucap Alvin di dalam hatinya.
******
"Lebih baik aku beli makanan kesukaan Ibu deh. Karena makanan dari rumah skaky pasti ga enak," pikir Sabrina.
Sore ini Sabrina sedang berada di jalan menuju ke rumah sakit tempat Ibunya di rawat. Sebelumnya Sabrina akan membelikan makanan kesukaan Ibunya terlebih dahulu di luar supaya Ibunya bisa makan banyak. Setelah itu Sabrina langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Sabrina langsung masuk ke ruang rawat Ibunya.
"Ibu," sapa Sabrina.
"Sabrina. Kamu udah pulang nak?"
"Iya udah Bu. Aku di kasih izin pulang cepat sama Boss aku. Ibu kok ga istirahat?"
"Ibu dari tadi istirahat nak. Ibu sampai bosan karena kebanyakan istirahat terus."
"Ibu emang harus banyak-banyak istirahat Bu supaya Ibu bisa cepat pulih dan pulang ke rumah. Oh iya, ini aku bawain makanan kesukaan Ibu. Ibu udah makan belum?"
"Udah tadi nak. Ibu udah makan dibantu sama Suster."
"Yaudah sekarang Ibu harus makan lagi ya supaya Ibu cepat pulih. Sini aku suapin."
Sabrina membantu Ibunya untuk bisa duduk di atas kasur. Kemudian Sabrina menyuapininya dengan sangat lembut dan hati-hati. Betapa Sabrina menyayanginya. Padahal dia hanyalah seorang Ibu angkat untuknya.
"Sabrina itu emang anak yang baik. Dia udah mau mengurus aku dengan baik seperti ini. Padahal dia bukanlah anak kandung aku. Kedua orangtuanya salah besar karena sudah menyia-nyiakan anak seperti dia," ucap Ibu angkatnya Sabrina sambil melihati Sabrina.
"Ibu kenapa? Kenapa Ibu lihatin aku seperti itu?"
"Engga. Ibu ga kenapa-kenapa. Ibu cuma bersyukur aja karena Ibu bisa punya anak seperti kamu. Kamu yang bukan anak kandung Ibu aja kamu bisa sebaik ini merawat Ibu. Gimana kalo kamu anak kandung Ibu. Pasti Ibu sangat bersyukur sekali mempunyai anak dari keturunan Ibu sendiri seperti kamu."
"Ibu itu pasti deh bicaranya seperti itu. Aku itu anaknya Ibu. Ibu itu adalah Ibu aku yang udah ngerawat aku sejak kecil. Jadi udah kewajiban aku untuk rawat Ibu sekarang."
"Terima kasih banyak ya sayang."
"Iya Ibu. Ini dilanjut lagi makannya."
"Iya."
Sabrina melanjutkan kegiatannya untuk menyuapini Ibunya. Ibunya juga masih mau makan kali ini. Makannya udah lumayan banyak. Sabrina berharap jika Ibunya bisa pulih kembali dan sehat seperti dahulu.
-TBC-