Chereads / TRACES OF LOVE / Chapter 10 - Pasca Operasi

Chapter 10 - Pasca Operasi

"Ibu saya berhasil melewati masa kritisnya Pak," teriak Sabrina kesenangan sambil memeluk Alvin.

"Bisa ga sih ga usah peluk-peluk saya?"

"Oh iya. Ma... Maaf Pak."

"Maaf, maaf. Kamu udah bangun dari tidur kamu dan Ibu kamu udah selesai oeprasi kan. Saya pergi."

Alvin tiba-tiba saja pergi meninggalkan Sabrina begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Sikapnya terasa sangat dingin dan cuek serta angkuh. Tetapi padahal dia lah yang sudah ada di balik berjalannya operasi Ibu angkat dari Sabrina.

"Dasar Pak Alvin. Sombong banget dia. Belum juga di jawab udah main pergi aja. Aku jadi ragu sekarang kalo yang udah bayar biaya Ibu itu adalah Pak Alvin," ucap Sabrina di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian Ibu angkat Sabrina di bawa keluar oleh Suster dengan menggunakan kasur roda. Keadaan Ibunya saat ini memang belum sadarkan diri setelah operasi. Dia masih harus melewati masa pemulihannya terlebih dahulu. Baru setelah itu dia bisa sadar seperti biasanya. Tetapi walaupun demikian, Ibu angkatnya Sabrina sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa dan sudah bisa dijengguki.

"Ibu, Ibu. Ibu ini Sabrina, Bu," ucap Sabrina ketika melihat Ibunya keluar dari ruang operasi. Kemudian Sabrina mengikuti langkah Suster yang akan membawa Ibunya ke ruang rawat. Di sana Sabrina juga akan menunggu dan menjaga Ibu angkatnya semalaman pada malam ini. Karena hanya Sabrina yang Ibunya punya. Begitupun sebaliknya.

Dari kejauhan ternyata Alvin sedang melihati Sabrina. Alvin ikut senang dan lega ketika tahu jika Ibu dari Sabrina berhasil melewati masa kritisnya. Operasi donor ginjalnya juga berhasil.

"Syukurlah operasi Ibunya Sabrina berhasil. Semoga aja setelah ini Ibunya Sabrina sehat terus. Sehingga Sabrina juga ga harus pusing-pusing cari uang untuk biaya berobatnya," ucap Alvin di dalam hatinya.

*****

Sabrina masuk ke ruang rawat Ibunya. Sabrina menunggu Ibunya di dalam ruang rawat karena juga sudah di izinkan oleh Dokter untuk menemaninya pasca operasi. Tetapi Ibunya masih belum sadarkan diri.

"Ibu. Ibu cepat sadar dong Bu. Ini aku Bu, Sabrina. Ibu harus kembali sehat demi Sabrina, Bu," ucap Sabrina di depan Ibunya sambil mengenggam tangannya dengan sangat erat.

Walaupun Ibunya masih belum sadarkan diri, tetapi Sabrina tetap menemaninya di sampingnya. Dia berjaga malam ini sendirian untuk Ibunya. Karena kelelahan, akhirnya Sabrina tertidur di samping Ibunya sambil mengenggam erat tangan Ibunya.

Dari luar ruangan sudah ada yang mengawasi Sabrina dan Ibunya. Orang itu adalah Alvin. Alvin sebelumnya sudah membelikan baju dan beberapa makanan untuk Sabrina. Tetapi Alvin tidak berani memberikannya. Setelah tahu jika Sabrina sudah tertidur pulas, baru Alvin berani untuk menghampirinya lagi.

"Sabrina kayanya udah tidur. Kalo gitu baju dan makanan untuk dia aku taruh di meja samping dia aja. Nanti kalo dia bangun, terus di laper, dia ga perlu cari-cari makan lagi," ucap Alvin di dalam hatinya.

Dengan perlahan Alvin membuka pintu ruang rawat Ibunya Sabrina. Kemudian Alvin memasukinya dengan langkah yang sangat hati-hati supaya Sabrina tidak terbangun dari tidurnya. Alvin menaruh bingkisan yang berisikan pakaian dan juga makanan untuk Sabrina di meja samping tempat tidur Ibunya. Setelah itu Alvin pergi dari ruang rawat itu untuk pulang ke rumahnya. Karena Alvin juga harus tetap pulang ke rumah.

******

Hari sudah kembali berganti. Posisi rembulan sudah digantikan oleh matahari kembali. Pagi ini Alvin sudah rapih untuk pergi ke Restaurant. Karena Alvin tahu jika di Restaurant nya sedang kekurangan karyawan. Yaitu Sabrina yang sedang menunggu Ibunya pasca operasi di rumah sakit. Sehingga Alvin harus membantu karyawannya di sana. Mamahnya yang sudah mengkhawatirkan Alvin semalaman merasa lega setelah melihat Alvin yang sudah ada di rumah pagi ini.

"Alvin. Kamu pulang jam berapa semalam? Kamu kemana aja si? Kenapa handphonenya juga mati?" tanya Mamahnya.

"Iya maaf Mah. Soalnya baterai handphone Alvin habis semalam. Semalam Alvin habis pergi main sama teman Alvin sambil ngobrolin bisnis di tempat makan sampai lupa waktu."

"Ya ampun nak. Makanya lain kali kalo mau pergi bilang sama Mamah dulu ya. Mamah khawatir banget sama kamu."

"Iya Mah. Alvin minta maaf karena udah buat Mamah khawatir."

"Iya ga apa-apa. Yaudah sekarang kita sarapan dulu ya."

"Iya Mah."

Alvin, Mamah dan Ayahnya pun sarapan terlebih dahulu pagi ini sebelum melakukan aktivitas mereka masing-masing.

******

Pagi-pagi buta Sabrina sudah terbangun dari tidurnya. Pukul 3 pagi Sabrina sudah membuka kedua matanya. Dia terkejut karena ingat jika dirinya harus kerja hari ini. Tetapi ternyata Ibunya belum juga sadarkan diri.

"Astaga. Ternyata Ibu belum sadarkan diri juga."

Kemudian setelah itu Sabrina bangkit dari tempat duduknya hendak pergi ke kamar mandi yang ada di dalam ruang rawat Ibunya. Tiba-tiba saja Sabrina melihat ada bingkisan diatas meja. Sabrina langsung menghampiri dan melihatnya.

"Bingkisan? Bingkisan dari siapa ya?" pikir Sabrina.

Sabrina membuka bingkisannya. Di dalamnya terdapat beberapa baju wanita seukuran dengan Sabrina dan ada beberapa makanan.

"Ternyata isinya pakaian dan makanan. Pas banget aku lagi laper banget. Tapi ini dari siapa ya? Boleh ga ya kalo aku makan?" pikir Sabrina di dalam hatinya.

Tetapi karena rasa laparnya sudah sangat besar, akhirnya Sabrina memakan makanan yang ada di dalam bingkisan itu. Sabrina memakannya dengan sangat lahap.

"Habis juga. Syukurlah sekarang aku udah kenyang," ucap Sabrina.

Tidak lama setelah itu tiba-tiba saja Ibunya menggerakkan tangannya. Sabrina pun melihatnya.

"Ibu? Ibu kenapa? Ini ada Sabrina di sini Bu."

Ibunya terus berusaha untuk menggerakkan tangannya. Hingga akhirnya dia tersadarkan juga. Pagi ini Ibunya Sabrina sudah sadarkan diri setelah menjalani operasi donor ginjal.

"Sabrina," panggil Ibunya dengan suara yang sangat lemas.

"Iya Bu. Aku di sini Bu. Syukur kalo Ibu udah sadarkan diri. Sebentar ya Bu. Aku panggilin Dokter dan Suster dulu. Dokter... Suster...," teriak Sabrina. Hingga akhirnya datang salah satu Suster ke ruangan Ibunya.

"Ada apa Mba?"

"Ini Sus. Ibu saya sudah sadarkan diri."

"Baik kalo gitu saya panggilkan Dokter dulu."

"Iya Sus. Ibu, Ibu yang sabar ya. Dokter nya lagi di panggilin."

Suster itu kembali keluar untuk memanggil Dokter yang akan menangani Ibu dari Sabrina. Tidak lama kemudian Dokter itu datang dan segera memeriksa perkembangan dari Ibunya Sabrina.

Setelah beberapa waktu Dokter itu memeriksa keadaan Ibunya Sabrina saat ini, Sabrina langsung bertanya kepada Dokte ritu tentang perkembangan Ibunya.

"Gimana Dok keadaan Ibu saya? Ibu saya udah ga kenapa-kenapa kan Dok? Ibu saya udah ga sakit? Ibu saya udah sehat kembali?" tanya Sabrina dengan segudang pertanyaan.

-TBC-