Chereads / TRACES OF LOVE / Chapter 6 - Malaikat Untuk Sabrina

Chapter 6 - Malaikat Untuk Sabrina

"Pak Alvin. Kenapa Pak Alvin bisa ada di rumah aku ya? Tapi aku bersyukur karena Pak Alvin ada di rumah aku. Dia yang udah bantu aku untuk bawa Ibu ke rumah sakit. Kalo ga ada dia, aku ga tahu sekarang keadaan Ibu bakalan seperti apa," ucap Sabrina di dalam hatinya sambil melihati Alvin. Alvin yang terus dilihati oleh Sabrina merasa sedikit risih olehnya.

"Kamu kenapa lihatin saya kaya gitu?" tanya Alvin.

"Eh, engga Pak. Saya berterima kasih banget sama Pak Alvin. Terima kasih karena Bapak udah bantu saya untuk bawa Ibu saya ke ruang sakit. Saya ga tahu kalo ga ada Pak Alvin sekarang ini keadaan Ibu saya udah seperti apa," jelas Sabrina sambil menangis.

"Udah deh ga usah lebay kaya gitu. Saya tadi ke rumah kamu karena saya mau pastiin aja apakah kamu benar atau bohong kalo Ibu kamu itu sedang sakit. Ternyata benar. Ya saya sebagai sesama manusia harus menolongnya."

"Iya Pak. Apapun itu alasannya saya sangat berterima kasih banget sama Bapak."

"Sama-sama. Saya pergi dulu. Saya sibuk. Ga bisa di sini lama-lama. Lagian saya pusing dengar ocehan kamu terus."

"Iya Pak. Bapak pergi aja, ga apa-apa."

"Oke."

Setelah mengantarkan Sabrina dan Ibunya ke rumah sakit, dia langsung pergi begitu saja. Cara Alvin menyampaikan tentang dirinya memang terlihat sangat sombong. Tetapi sebenarnya dia adalah laki-laki yang baik. Dan dia adalah laki-laki yang selalu ada di saat Sabrina membutuhkannya.

"Walaupun Pak Alvin itu nyebelin. Tapi dia sebenarnya baik banget. Kenapa aku jadi senyum-senyum gini ya? Engga, engga. Otak dan hati aku kayanya udah ga beres. Aku ga boleh mikirin Pak Alvin lagi. Sekarang yang penting adalah kesehatan Ibu. Ya Tuhan, semoga Ibu baik-baik saja," ucap Sabrina di dalam hatinya.

Sabrina terus berdo'a untuk kesembuhan Ibu angkatnya. Karena sedari tadi Dokter yang memeriksanya belum keluar dari ruang ICU.

*******

Alvin pergi meninggalkan Sabrina dan Ibunya setelah mengantarkan mereka ke rumah sakit. Tetapi pertolongannya ternyata tidak hanya sampai di situ saja. Sebelum pulang, Alvin pergi ke tempat administrasi rumah sakit itu.

"Permisi Sus. Saya mau membayar semua administrasi pasien atas nama Ibu Pamela Megan yang baru saja masuk ke ruang ICU," ucap Alvin.

"Sebentar ya Pak. Saya cek dulu total biayanya."

"Iya Sus."

Suster itu mengecek berapa pengeluaran yang sudah dihabiskan untuk biaya berobat Ibu angkat dari Sabrina. Setelah itu Suster langsung menjelaskannya kepada Alvin.

"Pasien atas nama Ibu Pamela Megan hanya baru biaya untuk ruang ICU saja Pak. Biayanya sebesar tiga juta rupiah. Setelah itu saya belum tahu pasti berapa biaya lagi yang harus dikeluarkan. Karena Dokter sampai saat ini belum selesai memeriksa pasien. Apakah pasien sudah boleh langsung pulang atau menginap dulu di sini dan yang lainnya."

"Oh iya juga ya. Yaudah kalo gitu saya bayar biaya ruang ICU nya dulu. Dan ini kartu nama saya. Di sini ada nomer telepon saya. Nanti kalo semuanya sudah jelas berapa biaya keseluruhannya bisa langsung hubungi saya aja supaya bisa saya transfer. Tapi jangan sampai pasien dan keluarganya tahu kalo saya yang bayar semua ini."

"Baik kalo gitu Pak."

"Terima kasih Sus."

"Sama-sama."

Setelah membayar biaya ruang ICU dan memberikan jaminan untuk Ibu angkatnya Sabrina, baru setelah itu Alvin benar-benar pergi meninggalkan rumah sakit. Alvin harus kembali ke Restaurant. Karena masih banyak urusan yang harus dia selesaikan di sana. Apalagi di Restaurant nya berkurang pelayan satu orang. Yaitu Sabrina yang harus menemani Ibunya untuk saat ini.

******

Setelah beberapa lama Ibu Sabrina berada di ruang ICU, kini akhirnya Dokter yang memeriksanya keluar dari dalam ruang ICU. Sabrina yang sudah menunggu kabar tentang Ibunya langsung berdiri dari duduknya dan bertanya kepada Dokter nya langsung.

"Gimana keadaan Ibu saya Dok?"

"Penyakit ginjal Ibu anda semakin parah. Sekarang ini pasien bukan hanya harus melakukan cuci darah saja. Tetapi pasien juga harus mendapatkan donor ginjal secepatnya. Kalau tidak, saya tidak bisa pastikan apakah pasien bisa selamat atau tidak."

"Astaga. Ya ampun Ibu. Terus apa udah ada ginjal yang akan di donorkan untuk Ibu saya?"

"Kebetulan di rumah sakit kita masih tersedia ginjal yang sekiranya cocok dengan pasien. Saya sarankan untuk segera menandatangani surat persetujuan operasi pasien."

"Baik Dok. Akan saya usahakan. Terima kasih Dok."

"Sama-sama. Kalo gitu saya permisi."

"Iya Dok."

Setelah menjelaskan keadaan Ibunya kepada Sabrina, Dokter itu langsung pergi meninggalkan Sabrina. Karena masih banyak pasien yang harus dia tangani. Sedangkan Sabrina sedang kebingungan dengan operasi yang harus Ibunya jalankan kali ini.

Sabrina melangkahkan kakinya menuju ke depan ruang ICU. Sabrina melihat Ibunya dari luar pintu ruang ICU yang terbuat dari kaca sambil berkata, "astaga. Ternyata Ibu harus di donorkan ginjal. Syukurnya udah ada donor ginjalnya. Tapi untuk biayanya? Pasti biayanya sangat besar. Aku ga punya uang sebanyak itu. Aku harus cari uang kemana lagi?" pikir Sabrina di dalam hatinya.

Sabrina terus memikirkan biaya operasi Ibu angkatnya. Sabrina bertanya berapa jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh Ibunya ke bagian administrasi di rumah sakit itu.

"Permisi Sus saya mau tanya. Biaya operasi atas nama Ibu Pamela Megan berapa ya?"

"Sebentar ya saya cek dulu."

"Iya Sus."

Suster itu mengeceknya supaya semuanya jelas dan tidak ada kesalahan. Setelah mendapatkan informasi tentang biayanya kemudian Suster itu memberitahukannya kepada Sabrina.

"Oh yang mau operasi donor ginjal ya Mba?"

"Iya benar Sus."

"Sudah dibayarkan semuanya Mba. Tinggal menunggu jadwal operasi aja."

"Udah di bayar? Ga mungkin. Siapa yang bayar Sus?"

"Iya benar Mba. Semuanya sudah dibayarkan oleh seseorang yang tidak mau disebut namanya. Jadi maaf, saya ga bisa menyebutkan namanya."

"Cewek atau cowok Sus?"

"Untuk masalah itu juga salah ga bisa kasih tahu Mba. Soalnya orangnya minta saya untuk merahasiakan gender dia juga."

"Oh gitu ya Sus. Kalo boleh tahu, berapa jumlah biaya yang orang itu keluarkan ya Sus?"

"Tiga ratus juta rupiah, Mba."

"Astaga. Jumlah yang sangat besar. Siapa ya dia? Yaudah kalo gitu terima kasih ya Sus."

"Sama-sama."

Sabrina bingung kenapa semua biaya Ibunya sudah dibayarkan. Sabrina terus memikirkan siapa orang yang sudah membayar semua biaya rumah sakit Ibunya sekarang ini.

"Siapa ya yang udah bayar semua biaya Ibu di rumah sakit? Tiga ratus juta itu bukan uang yang sedikit. Itu jumlah yang sangat besar. Apa mungkin Pak Alvin yang udah bayar semuanya? Karena yang tahu kalo aku dan Ibu di rumah sakit kan cuma dia. Dia juga yang udah antar aku dan Ibu ke rumah sakit. Aku harus pastiin semuanya ke Pak Alvin langsung," pikir Sabrina di dalam hatinya.

-TBC-