"Sabrina," panggil Alvin dengan nada yang sangat tinggi.
"Pak Alvin? Ada apa Pak?"
"Ada apa, ada apa. Di depan lagi ramai pengunjung tapi kamu malah ga ada. Kamu malah di dapur kaya gini."
"Aduh, saya minta maaf Pak. Tadi di depan sepi dan saya ngerasa ga enak kalo ga ngapa-ngapain di sini. Makanya saya buat kue. Siapa tahu enak kan bisa jadi menu baru di sini Pak. Sekali lagi saya minta maaf. Sekarang saya siap-siap ke depan."
"Stop, stop!! Kamu mau ke depan dengan keadaan kamu yang kotor seperti ini? Engga. Kamu jangan buat saya malu lagi. Kamu teruskan aja pekerjaan kamu ini. Kamu teruskan membuat kue nya. Tapi ingat. Harus yang enak. Kalo ga enak, kamu akan mendapatkan hukumannya karena kamu udah buat kue tanpa seizin dari saya."
"Baik Pak. Saya akan pastikan kue ini enak."
Kemudian setelah marah-marah dengan Sabrina, Alvin langsung pergi begitu saja. Bahkan Alvin sempat membanting pintu dapur dengan sangat keras karena dia kesal dengan sikap Sabrina yang selalu saja membuatnya marah.
"Huh dasar Pak Alvin. Kerjaannya marah-marah terus. Ga bisa apa gitu ya kalo bicaranya pelan-pelan, baik-baik gitu," ucap Sabrina di dalam hatinya.
Setelah itu Sabrina melanjutkan kegiatannya. Sabrina melanjutkan membuat kue di sana. Tetapi tidak lama kemudian handphone Sabrina berdering. Awalnya Sabrina mengabaikan telepon itu begitu saja. Tetapi karena handphonenya terus berdering, akhirnya Sabrina memutuskan untuk mengangkat telepon itu.
"Siapa ya yang telepon? Kayanya penting. Lebih baik aku angkat aja deh," pikir Sabrina di dalam hatinya.
Setelah Sabrina melihat handphonenya, ternyata yang meneleponnya adalah Ibu angkatnya sendiri. Sabrina langsung khawatir dan cemas dengan keadaan Ibu angkatnya saat ini.
"Ibu. Ibu kenapa ya? Hallo Ibu. Iya Ibu kenapa?"
"Hallo nak. Kamu bisa pulang sekarang ga?"
"Emangnya Ibu kenapa? Ibu ga kenapa-kenapa kan?"
"Ibu ngerasa sakit lagi nak. Ibu udah ga kuat."
"I... Iya Bu. Kalo gitu aku pulang sekarang juga. Ibu tunggu di rumah ya. Ibu jangan kemana-mana."
Sambungan telepon dimatikan. Sabrina langsung meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Padahal tadi Sabrina sudah berjanji dengan Alvin jika dirinya akan membuat kue yang enak untuknya. Sabrina langsung mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian biasa. Kemudian Sabrina hendak pergi begitu saja dari Restaurant.
"Sabrina, kamu mau kemana? Ini restaurant lagi rame banget," tanya salah satu teman kerjanya Sabrina.
"Aku harus pulang. Ibu aku di rumah lagi sakit."
Sabrina langsung pergi begitu saja sambil berlarian. Hingga akhirnya Sabrina menabrak Alvin yang sedang berada di depan Restaurant.
"Pak Alvin? Pak Alvin maaf banget Pak. Saya harus buru-buru pulang sekarang juga."
"Apa? Pulang? Kamu kira restaurant ini milik kamu sehingga kamu bisa pulang pergi gitu aja? Kamu juga kan udah janji kalo kamu mau selesaikan pekerjaan kamu."
"Iya Pak saya ingat dengan janji saya. Saya janji, saya akan menyelesaikannya secepat mungkin. Tapi sekarang ini Ibu saya sakit Pak. Saya harus pulang sekarang juga. Saya ga mau sampai Ibu saya kenapa-kenapa. Sekali lagi saya minta maaf Pak. Permisi."
Sabrina mengabaikan Alvin begitu saja. Sabrina tidak peduli dengan Alvin. Karena Sabrina lebih mementingkan kesehatan Ibunya saat ini daripada pekerjaannya sendiri.
"Dasar ya anak itu. Selalu saja melakukan eksalahan. Dia selalu aja membantah saya. Dia ga pernah dengar apa perkataan saya," ucap Alvin.
********
Sabrina pulang ke rumahnya dengan menggunakan sepeda miliknya yang biasa dia gunakan kemana pun dia pergi. Sabrina mengendarai sepeda dengan kecepatan yang sangat kencang. Hingga akhirnya Sabrina sekarang sudah tiba di rumahnya.
Setibanya di rumah Sabrina langsung masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah sudah ada Ibu angkatnya yang sedang terbaring lemah di atas sofa. Kondisinya saat ini memang benar-benar sangat lemah. Sabrina yang melihat keadaan Ibunya itu merasa sangat cemas.
"Ibu. Ibu ga kenapa-kenapa? Ibu ya ampun. Apa yang sakit Bu?"
"Ibu ngerasa sakit dan kelelahan lagi nak. Padahal Ibu tadi ga ngapa-ngapain. Kayanya emang udah saatnya Ibu harus pergi dari dunia ini."
"Engga, engga. Ibu ga boleh bicara seperti itu. Ibu harus sehat kembali. Sekarang juga kita ke rumah sakit ya Bu."
"Ga usah nak. Ibu ga mau nyusahin kamu lagi."
"Engga. Pokoknya sekarang juga kita harus ke rumah sakit. Ayo Bu. Pelan-pelan ya Bu."
Sabrina langsung membawa Ibu angkatnya itu ke rumah sakit. Sabrina tidak mau sampai Ibunya kenapa-kenapa. Sabrina membantu Ibunya berjalan pelan-pelan sambil berteriak meminta tolong kepada siapa saja yang mendengarnya untuk membawa Ibunya ke rumah sakit.
"Tolong.... Tolong... Siapapun tolong saya. Ibu saya sakit. Tolong....," teriak Sabrina.
Tidak lama kemudian datang seseorang yang mau menolong Sabrina dan Ibunya. Sabrina sangat terkejut dengan kedatangannya. Karena yang datang dan ingin menolongnya kali ini adalah Alvin.
"Ayo biar saya bantu."
"Pak Alvin? Kok Pak Alvin bisa ada di sini?"
"Ga penting kenapa saya bisa ada di sini. Sekarang lebih baik kita bawa Ibu kamu ke rumah sakit."
"I... Iya Pak."
Alvin membantu Ibu angkatnya Sabrina untuk amsuk ke dalam mobil. Alvin langsung pergi menuju ke rumah sakit supaya Ibu angkatnya Sabrina segera mendapatkan penanganan dari Dokter.
Setelah beberapa lama di jalan, kini akhirnya mereka semua tiba di rumah sakit. Ibunya Sabrina langsung di bawa ke ruang ICU.
"Ibu... Ibu yang kuat ya. Ibu pasti sehat kembali," ucap Sabrina.
"Maaf ya Mba. Mba ga boleh masuk ke dalam. Biar Dokter yang akan menanganinya."
"Tapi sus..."
"Udah deh. Nurut aja apa kata Suster. Kamu aku Ibu kamu mendapatkan penanganan yang baik kan?" sambung Alvin.
"Iya Pak."
Akhirnya Sabrina bisa mengerti. Dia menunggu Ibunya di luar ruangan ICU. Bersama dengan Alvin. Sabrina sambil terus memikirkan kenapa Alvin tiba-tiba bisa ada di rumahnya dan mengantarkannya ke rumah sakit.
"Pak Alvin. Kenapa Pak Alvin bisa ada di rumah aku ya? Tapi aku bersyukur karena Pak Alvin ada di rumah aku. Dia yang udah bantu aku untuk bawa Ibu ke rumah sakit. Kalo ga ada dia, aku ga tahu sekarang keadaan Ibu bakalan seperti apa," ucap Sabrina di dalam hatinya sambil melihati Alvin. Alvin yang terus dilihati oleh Sabrina merasa sedikit risih olehnya.
"Kamu kenapa lihatin saya kaya gitu?" tanya Alvin.
"Eh, engga Pak. Saya berterima kasih banget sama Pak Alvin. Terima kasih karena Bapak udah bantu saya untuk bawa Ibu saya ke ruang sakit. Saya ga tahu kalo ga ada Pak Alvin sekarang ini keadaan Ibu saya udah seperti apa," jelas Sabrina sambil menangis.
-TBC-