Kini tibalah Azura di kediaman Madesh yakni di alam baka. Madesh datang dengan mengendap-endap karena ia tidak mau ketahuan oleh raja dan dewa lainnya jika dia telah membawa seorang manusia ke alamnya yang mana berarti itu melanggar aturan.
Sedangkan Azura yang sedari tadi terus menutup matanya sudah tidak sabar ingin melihat di manakah ia sekarang. Namun sayangnya Madesh belum mengizinkan Azura untuk membuka matanya.
"Sebenarnya kita ini mau ke mana? Apakah aku sudah boleh membuka mataku?" tanya Azura.
"Belum! Sebentar lagi!" jawab Madesh yang belum mengizinkan.
"Dari tadi sebentar terus! Jangan-jangan sebenarnya kamu hanya ingin mencuri kesempatan dalam kesempitan, ya?" tuduh Azura karena tadi Madesh memegang pinggangnya.
"Sudahlah diam saja dulu dan ikuti langkahku kalau kau tidak ingin jatuh ke dalam sungai yang begitu dalam dan besar!" suruh Madesh.
Seketika Azura berpikir jika ia tengah menyeberangi sebuah jembatan yang berada di sungai besar dan deras. Seketika Azura langsung memegang dengan erat pinggul Madesh karena takut jatuh.
"Baiklah aku diam dan berhati-hati! Tetapi jangan lepaskan aku!" pinta Azura yang ketakutan.
Madesh tersenyum saat Azura memeluknya dengan erat. Ia merasa begitu senang dan gembira ketika Azura melakukan itu meskipun ia sempat kesal karena Azura menuduhnya.
'Bukankah tadi mengatai aku mencuri kesempatan dalam kesempitan? Sekarang siapa yang mencuri kesempatan dalam kesempitan? Tetapi tidak masalah asalkan itu membuatku senang teruslah mencuri kesempatan!' batin Madesh yang melanjutkan jalannya.
Sebenarnya yang mereka lewati bukanlah sungai melainkan cairan yang begitu panas seperti lava yang dapat menghancurkan serta melumat benda sekeras besi.
Yah, tempat tinggal Madesh lebih menjorok ke neraka dari pada surga. Namun tempatnya tidak sepanas di neraka melainkan perbatasan di antara keduanya.
Namun jarak dari rumah Madesh ke neraka jauh lebih dekat ke neraka dari pada ke surga karena perlu melewati rumah Dewa Herosh.
Madesh dan Azura pun melewati jembatan yang hanya terbuat dari seutas benang yang bisa saja membuat mereka berdua terjatuh ke dalam lava panas itu.
Tetapi karena Madesh adalah dewa jadi dia tidak akan jatuh ke sana karena jembatan itu memang khusus dibangun untuk para dewa yang ingin berkunjung ke neraka maupun sebaliknya.
Dan akhirnya mereka sudah sampai di rumah Madesh. Bangunan rumah Madesh seperti sebuah istana di zaman kuno. Banyak aksen api di sana seperti hiasan dan sebagainya.
Setelah sampai di dalam rumah Madesh, Madesh langsung melepaskan pelukan Azura. Untung saja hari ini ada rapat para dewa sedang rapat jadi Madesh bisa dengan lebih mudah membawa Axura ke rumahnya.
Setelah Madesh melepaskan pelukan Azura, Azura kembali bertanya apakah mereka sudah sampai di tempat tujuan.
"Apakah kita sudah sampai? Apa aku boleh membuka penutup matanya?" tanya Azura pada Madesh.
"Bukalah! Kita sudah sampai!" jawab Madesh mengizinkan.
Azura pun langsung melepaskan penutup matanya dan kini ia melihat sebuah bangunan kuno seperti kerajaan dengan nuansa merah. Azura tidak mengerti di mana dirinya sekarang.
"Ini di mana?" tanya Azura.
"Selamat datang di kendiamanku, Azura! Kita sekarang berada di alam baka!" sambut Madesh.
"Apa?! Alam baka?!"
***
Mama dan Papa Azura langsung panik karena tak menemukan Azura di sudut manapun dalam ruangan itu. Dan akhirnya karena Azura tak ditemukan di sana mereka berdua pun mencari dokter.
Baru saja keluar dari ruangaan UGD sangat kebetulan dokter yang menangani Azura tadi melewati ruangan UGD. Mama Azura pun langsung menghentikan dokter itu.
"Dokter tunggu sebentar! Ada yang ingin saya tanyakan!" ujar mama Azura yang berhasil membuat dokter itu berhenti.
"Ah, apakah ada yang bisa saya bantu Tuan dan Nyonya?" tanya dokter itu.
"Dokter, kami adalah orang tua Azura pasien yang tadi Dokter tangani di ruangan UGD. Setelah Dokter bilang jika Azura bisa pulang setelah melunasi administrasi Azura bisa langsung pulang ke rumah. Tetapi setelah kami dari bagian administrasi dan kembali ke ruangan UGD kami tak dapat menemukan keberadaan Putri kami!" jawab papa Azura yang dengan panik menceritakan kejadiannya secara rinci.
"Benar, Dokter! Kami juga sudah berusaha mencari-cari di setiap sudut ruangan namun tetap saja kami tidak dapat menemukan keberadaannya!" sambung mama Azura.
"Ah, mungkin saja Putri Tuan dan Nyonya sudah kembali ke rumah sendiri karena saya sudah memberitahunya jika sudah diizinkan untuk pulang! Tuan dan Nyonya bisa melihat di kediaman terlebih dahulu," jawab dokter dengan ramah.
Mendengar jawaban dokter papa dan mama Azura saling bertatapan dan ragu akan apa yang dokter itu katakan. Dan karena dokter masih sibuk jadi dia pamit terlebih dahulu.
"Mohon maaf Tuan dan Nyonya, saya permisi dulu karena saya harus segera menangani pasien. Jika Nona Azura belum dapat ditemukan dan terjadi sesuatu anda bisa kembali ke rumah sakit. Saya permisi dulu," pamit dokter lalu pergi dengan terburu-buru.
Sejujurnya papa dan mama Azura ragu jika Azura sudah pulang duluan karena harusnya mereka berpapasan di bagian administrasi tadi karena pintu masuk dan keluar ada di dekat sana.
Namun juga tidak menutup kemungkinan jika apa yang dikatakan dokter tadi bisa saja benar karena mungkin Azura pulang lewat jalan lain karena akses pintu masuk dan keluar di rumah sakit tidak hanya ada satu jalan saja.
"Mungkin saja apa yang dikatakan Dokter tadi benar jika Azura sudah pulang, Ma! Mungkin saja Azura sudah di rumah sekarang! " ujar papa Azura yang berusaha untuk berpikiran positif.
Sementara mamanya Azura masih ragu karena perasaannya sebagai seorang ibu tidak dapat dibohongi. Mamanya Azura merasa jika Azura belum kembali ke rumahnya.
Namun mama Azura mencoba untuk menghilangkan pemikiran negatifnya karena apa yang dipikirkannya saja terjadi dan itu adalah hal yang buruk.
"Baiklah kalau begitu mari kita cek di rumah," jawab mama Azura yang akhirnya setuju dengan suaminya.
Papa dan mama Azura pun bergegas pulang untuk melihat putri mereka di rumah. Dan tak butuh waktu lama akhirnya mereka berdua sampai di rumah dan langsung masuk ke dalam rumah untuk mencari Azura.
"Azura? Kamu di mana? Papa dan Mama sudah pulang!" teriak papa Azura.
"Azura, kamu di mana? Azura?" teriak mama Azura yang juga mencari keberadaan Azura.
Namun sayangnya taka da jawaban dari Azura dan hal ini semakin membuat kedua orang tua Azura panik. Mama Azura pun memanggil pembantunya yang selalu di rumah.
Akhirnya setelah di panggil pembantu itu keluar dan menghampiri papa dan mama Azura di ruang tamu.
"Ada apa Tuan, Nyonya?" tanya pembantu itu.
"Apakah Azura sudah pulang?" tanya mama Azura dengan cemas.
TBC…