Azura tentu saja terkejut karena ia tiba-tiba diajak ke alam baka. Awalnya Azura mengira jika itu hanyalah candaan Madesh. Azura pun tertawa.
"Bagaimana bisa kamu membawaku ke alam baka? Apakah kamu bercanda? Nyawaku masih berada di dalam tubuhku jadi tidak mungkin aku bisa masuk ke alam baka," ujar Azura yang masih saja tertawa.
"Apakah kau pikir aku bercanda? Tentu saja aku bisa membawamu ke sini karena aku adalah dewa! Jadi mau kau manusia mau kau arwah atau iblis sekalipun aku tetap bisa membawamu ke sini!" jawab Madesh dengan serius.
Setelah mendengar penjelasan Madesh kini Azura berhenti tertawa. Azura mulai khawatir jika dia sungguh berada di alam baka. Dan Azura juga tidak mengerti kenapa Madesh melakukan hal ini.
"Tetapi kenapa kamu membawa aku ke alam baka? Memangnya kenapa aku harus di sini?" tanya Azura yang mulai gemetar dan ketakutan.
"Karena ini adalah hutang yang aku minta atas perjanjian kita waktu itu! Apa kau sudah lupa?" tanya Madesh mencoba mengingatkan Azura.
Azura langsung berusaha mengingat mengenai hutang yang dimaksud oleh Madesh. Azura memang bilang jika dia berhutang pada Madesh.
Namun Azura pikir Madesh tidak akan membawa dirinya ke sini sebagai pembalasan hutang budi ditambah alam ini bukan alam tempat tinggal Azura. Tentu saja Azura tidak mau tinggal di sini.
"Aku tidak mau tinggal di sini! Cepat pulangkan aku ke rumah! Aku ingin kembali ke rumahku! Aku ingin bersama Mama dan Papaku! Cepat pulangkan aku!" Azura memukul-mukul dada Madesh.
Madesh langsung mencengkeram kedua tangan Azura dengan erat sehingga Azura tidak bisa memukuli Madesh lagi. Kemudian Madesh pun menjawab permintaan Azura.
"Kau tidak akan bisa pulang! Kau akan di sini bersama denganku selamanya karena aku menyukaimu," jawab Madesh yang langsung menyatakan perasaannya.
Azura tidak percaya jika dirinya disukai oleh dewa kematian lalu diculik ke alam baka dan terancam tidak akan bisa kembali ke dunianya lagi. Azura merasa jika itu tidak ada bedanya dengan dirinya yang mengalami kematian.
"Kalau begitu apa gunanya nyawaku kembali ke tubuhku kalau pada akhirnya aku akan tetap berakhir di sini?!" protes Azura.
"Itu bukan urusanku! Yang jelas perjanjian adalah perjanjian dan mau tidak mau kau harus berada di sini bersamaku! Kalaupun kau ingin kabur kau tidak akan bisa pergi ke mana-mana karena jalan keluar satu-satunya dari tempat ini adalah jembatan yang tipis dengan lava panas di bawahnya. Manusia dan roh bisa jatuh ke sana namun tidak dengan para dewa! Kalau kau ingin berenang di lava panas silakan aku tidak akan melarang!" ujar Madesh panjang lebar supaya Azura takut.
Azura langsung terdiam ketika Madesh mengatakan hal itu yang mana itu berarti tak ada jalan keluar untuk dirinya dari tempat itu. Azura tidak akan mungkin bisa melarikan diri dan meminta pertolongan pada siapapun.
Dia juga tidak akan bisa kembali menemui orang tuanya lagi dan dia akan terjebak di dunia yang tak pernah ia datangi sebelumnya bersama dengan orang yang tak ia cintai. Dan dia tidak pernah menyangka jika dia akan hidup bersama dengan dewa kematian yang bukan manusia.
Azura pun langsung menangis dan terduduk lemas karena ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan kehidupannya selanjutnya. Sedangkan Madesh tidak suka melihat orang menangis karena ia sudah sering melihat hal itu.
Terlebih orang yang rohnya dimasukkan ke dalam neraka mereka pasti akan terus memohon sambil menangis pada Madesh supaya diberi kesempatan untuk bertaubat. Jadi Madesh membuat Azura berhenti menangis dengan mengusap wajah Azura yang membuat Azura langsung tertidur.
Madesh pun langsung menggendong tubuh Azura dan dibawa ke kamar supaya Azura bisa beristirahat. Madesh rasanya begitu senang bisa bersama dengan Azura.
"Ternyata begini rasanya bersama dengan orang yang disukai! Nampaknya aku akan menyukai saat-saat seperti ini!" gumam Madesh yang tersenyum.
Madesh sudah tidak merasakan kesepian lagi saat Azura bersama dengannya. Hal itu membuat Madesh akan berusaha untuk membuat Azura betah bersama dengannya. Madesh tidak akan menyerah walaupun Azura menolaknya.
***
Mama Azura berharap jika ia akan mendengar kabar baik dari pembantunya. Sayangnya harapannya tidak sesuai dengan kenyataan.
"Maafkan saya, Nyonya! Tetapi saya belum melihat Nona hari ini!" jawab pembantu itu.
"Apakah Bibi serius? Azura belum pulang?" tanya mama Azura yang masih tak percaya.
"Mohon maaf, Nyonya! Tetapi saya benar-benar tidak melihat Nona hari ini! Saya pikir jika Nona masih dirawat karena kecelakaan," jawab pembantu itu yang benar-benar tidak tahu keberadaan Azura.
Mendengar apa yang dikatakan oleh pembantunya pikiran mama Azura pun makin tidak karuan dan shock. Akhirnya karena tidak kuat menerima guncangan itu mama Azura pingsan.
"Mama!" teriak papa Azura yang langsung menahan tubuh istrinya agar tidak terjatuh.
"Nyonya!" teriak pembantu itu yang menolong papa Azura menyangga tubuh istrinya.
"Bantu saya membawa istri saya ke kamar, Bi!" ujar papa Azura meminta tolong pada pembantu itu.
"B-baik, Tuan!" jawab pembantu itu dengan patuh.
Akhirnya papa Azura dan sang pembantu membopong istrinya menuju ke dalam kamar. Kemudian mama Azura dibaringkan di atas ranjang.
"Terima kasih, Bi! Tolong ambilkan air dan minyak kayu putih! Cepat, ya?" perintah papa Azura yang kini tengah duduk di samping istrinya.
Papa Azura terus memegangi dan mengelus tangan kanan istrinya supaya lebih hangat. Papa Azura berharap jika semoga istrinya tidak kenapa-kenapa.
Dan tak lama kemudian akhirnya pembantu itu datang dengan membawa minyak kayu putih dan air putih yang diminta oleh papa Azura. Air putih itu diletakkan di meja di samping ranjang sementara minyak kayu putih dioleskan ke tubuh mama Azura.
Tangan, kaki, dada dan pelipis semuanya dioles minyak kayu putih. Tak lupa hidung nama Azura disodorkan minyak kayu putih juga supaya aromanya dapat dihirup dan membuat mama Azura cepat sadar.
"Mama, ayo bangun! Papa tidak mau Mama kenapa-kenapa!" harap papa Azura yang cemas karena mama Azura tak kunjung bangun.
Ternyata mama Azura tengah bermimpi mengenai Azura. Mama Azura bermimpi berada di sebuah tempat yang gelap dan hanya disinari dengan sebuah lilin kecil.
Mama Azura berteriak-teriak meminta tolong dan tiba-tiba Azura muncul di hadapannya. Dalam mimpinya itu mama Azura ingat jika dirinya tengah mencari-cari Azura.
"Azura? Benarkah itu kamu?" tanya mama Azura yang nampak tak percaya.
"Ini Azura, Ma!" jawab Azura sambil tersenyum.
Mama Azura langsung memeluk Azura dengan erat karena saking rindu dan khawatirnya. "Azura, Mama dan Papa khawatir dengan keadaanmu! Untung saja kamu tidak apa-apa!"
TBC...