Setelah masakannya selesai Madesh pun menyajikannya di piring dan mangkuk. Azura merasa tidak enak jika dia hanya memandangi Madesh padahal yang lapar adalah dirinya.
Akhirnya Azura membantu Madesh atas kesadarannya sendiri. Dan makanan telah siap di atas meja dan sedia untuk disantap.
Azura dan Madesh duduk berdampingan. Madesh mengambil makanan itu terlebih dahulu. Namun ia memperhatikan Azura yang hanya diam saja.
"Katanya lapar, ambillah! Tidak perlu sungkan, ambil sebanyak yang kau mau," ujar Madesh lalu melanjutkan mengambil makanan.
Walaupun tampilan masakan Madesh nampak seperti masakan mewah hotel bintang lima dan baunya yang begitu harum Azura ragu untuk memakannya.
'Jangan tertipu dengan tampilannya, Azura! Pasti ini semua rasanya tidak seperti masakan manusia melainkan masakan alam lain!' batin Azura yang masih belum yakin.
Azura hanya bisa menahan dirinya agar tidak tergoda oleh makanan itu sedangkan Madesh sudah memakannya dengan begitu lahap.
Saat tengah makan sesekali Madesh memperhatikan Azura yang masih diam dan tak menyentuh makanannya. Madesh juga tahu kalau Azura takut untuk menyentuh makanan itu.
"Apa kau pikir makanan itu beracun? Kau melihatnya sendiri jika aku memasaknya dengan steril dan aman, bukan?" tanya Madesh pada Azura.
Memang tadi Azura memperhatikan Madesh memasak dan tidak ada hal yang mencurigakan yang ia lakukan saat sedang memasak.
Hanya saja karena Madesh adalah dewa jadi Madesh bisa melakukan sulap tanpa sepengetahuan Azura walaupun Azura terus memperhatikannya.
"Jika kau tidak mau memakannya aku bisa membuangnya. Namun jika kau lapar tidak akan ada makanan yang bisa kau masak lagi," sambung Madesh lalu kembali melanjutkan makannya.
Azura takut namun perutnya tidak bisa diajak kompromi. Rasanya perutnya semakin lapar dan keroncongan dengan semakin keras.
Azura sudah tidak bisa menahan rasa laparnya lagi. Akhirnya ia terpaksa mengambil makanan itu dan ia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya setelah makan nanti.
'Makan ya makan, mati ya mati. Lagi pula kalaupun aku akan mati setelah makan itu tidak ada bedanya dengan saat ini. Aku tetap akan berada di alam baka dan tidak bisa bertemu dengan kedua orang tuaku,' batin Azura.
Azura pun mengambil nasi dan lauk yang tersedia di atas meja itu. Dan setelah selesai mengambilnya Azura pun mulai menyantap makanannya.
Betapa terkejutnya Azura setelah merasakan masakan Madesh. Ternyata masakan Madesh begitu nikmat sesuai dengan penampilannya.
Bahkan Azura rasa ini adalah masakan yang paling lezat yang pernah ia rasakan. Hotel bintang lima pun masih kalah masakannya dengan masakan Madesh.
'Wow, aku tidak menyangka jika masakannya akan seenak ini! Rasanya aku tidak mau berhenti makan!' batin Azura yang takjub.
Azura menjadi begitu lahap dan Madesh yang melihatnya pun tertawa. Azura yang tadinya takut memakannya kini malah begitu menikmatinya.
"Bukankah tadi kau takut melahapnya?" tanya Madesh dengan nada mengejek.
Azura langsung berhenti makan dan menoleh ke arah Madesh. Azura melihat Madesh yang tersenyum pada dirinya.
Azura ingin marah namun rasa laparnya mengalahkan segalanya. Jadi Azura memilih untuk mengabaikan Madesh dan melanjutkan makannya.
'Bodoh amat dia mau bilang apa! Intinya makanan ini enak aku lapar dan aku ingin makan!' batin Azura yang melanjutkan makannya degan lahap.
Madesh terkekeh kecil melihat tingkah Azura yang menurutnya begitu menggemaskan. Rasanya begitu menyenangkan makan bersama dengan Azura.
Setelah selesai makan Azura bingung dia harus melakukan apa di sana. Jadi Azura duduk dan merenung di halaman belakang.
Bahkan pemandangan di halaman belakang pun suasananya sama saja dengan di dalam rumah Madesh. Hanya ada patung dan pajangan api.
Ada sungai pun sungai lahar yang panas dan itu tidak membuatnya tenang malah membuatnya takut. Ia sampai menghela nafas berulang kali.
"Apa bedanya di sini dengan penjara? Aku tetap tak bisa pergi ke manapun. Aku akan terus berada di sini sampai aku membusuk dan nyawaku baru bisa pergi," gerutu Azura yang sedih.
Sebelumnya Azura tidak pernah berpikir jika dia akan melewati hidupnya di alam yang bukan tempat semestinya. Lalu Azura menimbang apa kesalahannya kenapa ia bisa berada di sana.
"Mungkin ini karena aku mencoba untuk tawar-menawar nyawaku dengan Madesh kemarin. Aku tahu aku tidak akan bisa keluar dari sini tetapi apakah benar-benar tidak ada cara lain?!" gumam Azura yang frustasi.
Madesh rupanya diam-diam mengamati Azura dari belakang. Madesh sedikit sedih ketika mendengar Azura yang mengeluh karena ia tinggal bersama dengan dirinya.
Namun meskipun begitu Madesh tetap tidak akan membiarkan Azura kembali atau pergi ke manapun. Madesh mau Azura akan ada selalu di sisinya. Entah itu hari ini atau esok dan selamanya.
"Mungkin sekarang kau mengeluh karena kau baru saja menginjakkan kaki mu di sini. Tetapi aku tetap akan terus berusaha supaya kau nyaman di sini!" gumam Madesh lalu masuk ke dalam rumahnya.
Madesh pikir jika Azura mungkin akan sedikit lebih nyaman jika interior rumahnya seperti dengan rumah Azura di dunia. Jadi Madesh ingin merenovasinya menjadikannya seperti rumah Azura.
"Aku harus pergi ke rumahnya terlebih dahulu! Dengan jika aku bisa mengcopy interior rumahnya," gumam Madesh.
Madesh langsung menghilangkan
berteleportasi menuju ke rumah Azura. Setibanya di rumah Azura, Madesh melihat kedua orang tuanya Azura yang nampak gelisah terutama mamanya.
Di ruang keluarga papanya Azura duduk tanaman dari mamanya Azura yang tengah mondar-mandir. Madesh tahu jika yang mereka pikirkan pasti adalah Azura. Namun Madesh tidak akan mengalah dan tetap akan membuat Azura tinggal di tempatnya.
"Aku tidak akan mengembalikan Azura kepada kalian! Mulai sekarang dan seterusnya dia adalah milikku!" gumam Madesh yang tak mau kehilangan Azura.
Madesh pun mengabaikan kedua orang tua Azura dan kembali ke tujuannya semula. Dengan sigap Madesh seluk beluk rumah itu dan dalam waktu yang singkat Madesh sudah bisa mengingat semua desainnya.
Karena tugas Madesh di sana sudah selesai jadi dia langsung kembali ke rumahnya. Dia juga tidak akan memberitahu Azura mengenai orang tuanya yang panik karena itu bisa membuat Azura semakin kekeh untuk pulang dan itu artinya Azura akan meninggalkan Madesh.
Azura yang sudah selesai mengeluh ingin mencari hiburan seperti menonton acara drama favoritnya. Azura harap jika Madesh juga memiliki televisi yang salurannya seperti di dunianya.
Azura beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah Madesh. Sejujurnya Azura tidak yakin jika saluran televisinya akan sama seperti dengan di dunianya.
Tetapi setidaknya dia bisa memiliki sarana untuk menghibur dirinya sendiri. Dan saat Azura masuk ke dalam rumah Madesh, ia terkejut melihat apa yang ada di hadapannya saat ini.
TBC...