Azura mengamati seisi ruangan yang ia lihat sampai mengerutkan alisnya. Rasanya seperti sebuah mimpi ia melihat kondisi ruangan yang persis dengan rumahnya.
Bahkan interiornya pun sama persis dengan yang berada di rumahnya. Azura menggosok kedua matanya karena masih merasa jika ini semua mustahil.
"Apa aku benar-benar tidak salah lihat? Ini benar-benar rumahku?" gumam Azura yang langsung merasa sangat senang.
Azura langsung mengelilingi dan memeriksa detail setiap ruangan dari ruang tamu, ruang makan, dapur dan sebagainya.
Semuanya memang persis dengan kondisi di rumahnya. Jadi Azura mengira jika yang ia alami dengan Madesh tadi hanyalah mimpi dan kenyataannya dia masih berada di rumahnya sendiri.
Azura yang teramat senang langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa yang berada di ruang keluarga yang kini ia sambangi.
Azura menghela nafas lega karena ia bisa kembali ke rumahnya sendiri tanpa harus bingung memikirkan cara untuk keluar dari cengkeraman Madesh.
"Sudah aku duga itu semua pasti hanya mimpi! Aku senang karena aku bisa terbebas dari mimpi buruk itu yang menghantui aku! Dan aku lebih senang karena tidak bertemu dengan Dewa Kematian itu. Rasanya begitu mengerikan tinggal di sisinya," gumam Azura mengutarakan semua yang ia pikirkan.
Rupanya Madesh berdiri di belakang Azura tanpa sepengetahuan Azura. Dan Madesh rupanya juga telah mendengar semua keluhan Azura mengenai dirinya.
'Jadi menutnya bersamaku adalah hal yang mengerikan? Jadi apakah hal mengerikan itu sebenarnya tempat tinggalku atau aku?' gerutu Madesh dalam hati.
Madesh sejujurnya kesal dengan apa yang dikatakan oleh Azura namun ia berusaha untuk menahannya karena ia tidak mau Azura semakin tidak nyaman bersamanya.
Madesh tetap harus sabar menghadapi Azura supaya Azura bisa luluh dan mau menyerahkan hatinya kepada Madesh.
Madesh pikir Azura akan terus mengira jika dia berada di rumahnya sendiri. Jadi Madesh memutuskan untuk muncul di hadapan Azura agar Azura tersadar.
"Maafkan aku yang telah menghancurkan imajinasimu. Namun sayangnya aku bukanlah bagian dari mimpimu melainkan kenyataanmu," ujar Madesh yang kini berdiri di hadapan Azura.
Azura yang tadinya bersantai terkejut melihat didatangi oleh Madesh. Sontak Azura langsung beranjak dari tempatnya dan kini ia berdiri berhadapan dengan Madesh.
"Kamu… apa yang kamu lakukan di rumahku?" tanya Azura yang masih shock melihat kedatangan Madesh.
"Rumahmu? Mohon maaf tetapi kamu salah karena ini adalah rumahku. Maaf telah membuatmu kecewa," jawab Madesh dengan santai lalu terekeh kecil.
Azura kembali shock mendengar perkataan Madesh. Jadi dia memang bersama dengan Madesh di alam baka. Hanya saja dia menjadi bingung karena ia berada di rumahnya sekarang.
"Bagaimana mungkin ini rumahmu? Rumahmu begitu gelap dan tidak berwarna dan tidak secerah ini! Bagaimana bisa?" bantah Azura yang masih menolak untuk percaya.
"Kalau kau tidak percaya kau bisa melihat keluar," suruh Madesh yang memberikan bukti.
Azura langsung berlari menuju ke pintu depan untuk membuktikan perkataan Madesh. Saat berlari menuju ke pintu depan Azura mencoba untuk terus meyakinkan dirinya jika itu adalah rumahnya.
"Dia pasti bohong! Aku pasti berada di rumahku!" gumam Azura sambil berlari.
Akhirnya Azura telah tiba di pintu depan rumah itu. Azura yang deg-degan memegang gagang pintu itu dengan gugup.
Lalu Azura pun menarik gagang pintu itu sehingga membuat pintunya terbuka. Dan saat mellihat ke luar rumah Azura harus menahan kekecewaan karena yang dikatakan Madesh benar.
Azura langsung terduduk lemas karena ia ternyata masih berada di tempat yang tak seharusnya. Matanya tak dapat membendung cairan putih yang sudah terkumpul sehingga terjun bebas.
"Kenapa? Kenapa bisa seperti ini? Aku pikir aku sudah berada di rumahku kembali namun nyatanya aku masih berada di penjara ini," ujar Azura di sela tangisnya. "Aku pikir aku sudah beraada di rumahku sendiri bersama dengan Mama dan Papa namun ternyata semua hanya khayalanku saja," imbuh Azura yang masih menangis.
Madesh yang memperhatikan Azura dari belakang sebenarnya tidak tega melihat Azura menangis seperti itu dan ingin membantu menenangkan Azura.
Namun Madesh tidak mau berpisah dengan Azura jadi dia akan melakukan cara apapun agar Azura tetap tinggal di sisinya sampai Azura tak mau meninggalkan Madesh.
"Mungkin bagimu aku kejam namun aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Kau pasti akan mengerti nanti," gumam Madesh lalu berjalan mendekati Azura.
Madesh yang sudah berada tepat di belakang Azura langsung memegang pundak Azura. Madesh hendak membantu Azura untuk bangun namun Azura menepis tangan Madesh.
Azura mengusap air matanya dan bangkit. Kemudian Azura yang membelakangi Madesh langsung berbalik badan sehingga kini mereka berhadapan.
Madesh dapat melihaat kesedihan dan kekecewaan itu dari raut muka Azura. Namun itu tidak akan membuat Madesh luluh dan memulangkannya.
"Kenapa kau membuat penampilan rumahmu menjadi seperti rumahku? Apakah dengan seperti ini kamu mengira aku akan betah di sini? Tidak! Itu akan membuatku semakin tidak nyaman di sini!" ujar Azura yang nampak kesal.
Belum sempat Madesh menjawab perkataan Azura, Azura langsung berlari meninggalkan Madesh. Madesh tak mungkin menyusulnya karena Azura pasti sangat sedih kali ini.
Madesh hanya ingin membuat Azura betah bersama dengannya dengan membuat replika rumah Azura yang berada di dunia manusia.
Namun rupanya hasilnya berbanding terbalik dengan bayangan Madesh. Azura malah kesal dan marah terhadapnya.
"Aku pikir ini akan membuatnya serasa seperti di rumahnya sendiri. Mungkin dia masih belum bisa beradaptasi. Tidak masalah asalkan dia terus bersamaku itu sudah cukup," gumam Madesh.
Madesh pun menutup pintu rumahnya kembali sebelum ada yang melihat keberadaan Azura di rumahnya. Namun saat pintu rumah Madesh sudah tertutup rapat tiba-tiba ada orang yang bersuara dari luar pintu.
"Hai, Madesh! Bisakah kau membuka pintunya?" ujar orang dibalik pintu rumah Madesh yang terdengar seperti suara seorang dewa.
Madesh terkejut dengan kehadiran sosok itu. Dari suaranya ada Madesh sudah bisa menebak siapakah yang datang ke rumahnya.
"Suara itu… jangan-jangan beliau sudah tahu kalau kalau aku mengembalikan nyawa orang yang harusnya aku cabut! Bagaimana sekarang?" gumam Madesh yang sedikit panik.
Belum apa-apa sudah mau ketahuan itu rasanya seperti membeli sebuah es krim. Belum sempat dimakan es krimnya sudah mencair duluan.
Namun Madesh juga tetap akan menghadapi hal seperti itu nanti. Jadi dia tetap harus menghadapinya.
"Baik, aku bukakan!" jawab Madesh yang sudah memegang gagang pintu itu.
Madesh menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia berharap jika tadi dewa yang berada di luar pintu itu tidak melihat Azura tadi.
Madesh pun langsung menarik gagang pintu itu hingga pintunya terbuka. Rupanya yang datang adalah…
TBC…