Madesh tahu jika Azura sudah mulai kewalahan namun tetap berusaha bertahan. Madesh tersenyum kecil melihat kegigihan dan semangat Azura yang begitu ingin memenangkan pertandingan ini.
'Kamu benar-benar manis, Azura! Kita lihat sejauh mana kau akan bertahan! Aku tidak akan membiarkan dirimu menang!' batin Madesh lalu melontarkan senyuman manis lagi di bibirnya.
Azura yang berusaha untuk mempertahankan dirinya akhirnya sudah tidak kuat lagi. Dan ronde kedua ini berhasil dimenangkan oleh Madesh.
Madesh bersorak untuk kemenangannya karena dengan begini maka mereka memiliki kedudukan satu sama. Dan pertandingan ketiga ini akan menentukan keberhasilan mereka.
Azura yang dikalahkan oleh Madesh tidak langsung menerima kemenangan itu dan hanya menganggapnya sebagai keberuntungan saja.
"Jangan senang dulu! Lihat saja di babak terakhir nanti pasti aku yang akan menjadi pemenangnya dan aku akan membuat sebuah permintaan untukmu!" ujar Azura yang tidak mau mengalah.
Madesh hanya menanggapinya dengan tawaan kecil. Madesh salut dengan kepercayaan diri Azura yangbegitu membara. Namun Madesh tak akan memberikan Azura kemenangannya karena Madesh ingin memenangkan pertandingan ini.
"Silakan berjuang! Semoga hasilnya akan sesuai dengan harapanmu!" jawab Madesh dengan santai.
Mendengar jawaban Madesh itu Azura langsung mengangkat sedikit ujung bibir atasnya. Ia merasa diintimidasi dan diremehkan oleh Madesh.
'Hanya berhasil menang satu babak dariku saja sudah belagu! Belagulah sesukamu karena setelah ini aku yang akan tertawa pada akhirnya!' batin Azura yang begitu yakin.
Akhirnya persiapan ronde ketiga telah selesai dan sudah waktunya mereka melaksanakan ronde ketiga ini. Dan dalam hitungan lima mundur permainan akhirnya dimulai.
Pertarungan ketiga ini adalah pertarungan penentu bagi mereka berdua. Barang siapa yang berhasil memenangkan pertandingan ketiga ini maka sudah bisa dipastikan jika ia adalah pemenangnya.
Dan karena ini adalah babak terakhir mereka berdua bertarung dengan begitu semangat dan serius. Pertarungan menjadi sangat sengit karena keduanya mengeluarkan jurus mereka masing-masing.
Azura terkejut melihat kemampuan Madesh yang semakin baik dan lincah. Azura khawatir jika ia tidak dapat mengalahkan Madesh.
'Bagaimana ini? Kalau seperti ini terus bisa-bisa aku kalah dan harus menuruti permintaannya! Aku harus melakukan sesuatu untuk mengacau perhatiannya dan membuatnya lengah! Tetaapi apa?' batin Azura yang memutar otak untuk mensabotase Madesh.
Tentu saja Madesh tahu apa yang dipikirkan oleh Azura jadi Madesh akan mengikuti permainan Azura seolah dia tidak tahu apa-apa.
Setelah berpikir akhirnya Azura mendapatkan ide untuk membuat Madesh lengah. Dan ia pikir kalau ide ini adalah ide yang efektif.
'Oke, karena idenya sudah di depan mata langsung saja aku melakukannya!' batin Azura bersiap-siap.
Akhirnya setelah ide brilian muncul, Azura langsung memulai aksinya. Kedua tangan Azura yang tadinya memegang mouse dan keyboard kini pindah ke perutnya.
Azura meremas perutnya dengan kedua tangannya. Ia pun merintih dan mengeluarkan ekspresi seperti orang yang begitu kesakitan.
"Aduh… perutku sangat sakit… aku… tidak tahan lagi…" rintih Azura yang memulai aktingnya.
Madesh tersenyum kecil karena drama yang dimainkan oleh Azura telah dimulai. Madesh ingin memberikan pelajaran pada Azura agar jujur.
Bukannya bertanya apa dan bagaimana namun Madesh malah langsung menubruk Azura hingga terjatuh dari kursi yang ia duduki.
Untunglah tadi Madesh sudah memberi alas seperti karpet namun empuk bagai busa sehingga aman untuk jatuh dan guling-guling.
Azura terkejut dengan apa yang Madesh lakukan. Rupanya semuanya tidak berjalan sesuai apa yang ia pikirkan. Seketika Azura jadi lupa kalau dia pura-pura sakit perut karena gugup berdekatan dengan Madesh.
'Dia… kenapa begitu dekat? Aku tidak bisa seperti ini!' batin Azura yang bingung harus bagaimana.
Dan ternyata yang berjalan sesuai dengan rencana adalah perencanaan Madesh. Dia sengaja melakukan itu agar pikiran Azura teralhikan dan terbukti jika Azura memang tidak sakit.
Madesh pikir jika Azura ini walaupun banyak akal namun terkadang ia seperti orang bodooh. Namun kebodohannya itulah yang membuat Madesh gemas dan tertarik padanya.
'Kena kau, Azura! Dan pemenangnya adalah aku!' sorak Madesh dalam hati.
Karena Azura sudah terbawa suasana ini adalah saat yang tepat bagi Madesh untuk membongkar kebohongan Azura.
"Ah, jadi apakah dengan aku mendekatimu seperti ini rasa sakitmu bisa menghilang? Ternyata aku jauh lebih efektif dari dokter!" ujar Madesh dengan nada meldek.
Azura yang tersadar karena ucapan Madesh ingin kembali berpura-pura sakit namun rasanya sudah terlambat karena ia sudah telanjur ketahuan.
Jadi mau tidak mau Azura harus mengakui kekalahannya. Ia pun mendorong tubuh Madesh untuk menyingkir dari tubuhnya dan mereka berdua tengah duduk berdampingan.
"Baiklah, aku mengakui kekalahanku! Katakana pa yang kamu mau?! Tetapi jangan harap aku akan melakukan hal yang bodoh dan konyol karena aku tidak akan mau melakukannya!" ujar Azura yang langsung memperingati Madesh.
Keinginan Madesh bukanlah hal yang berat dan masih masuk akal. Hanya saja itu sedikit rumit karena akan melibatkan sebuah perasaan.
Madesh langsung menggenggam kedua tangan Azura sehingga membuat Azura menatapnya dengan bingung. Azura melihat ketulusan dan kesungguhan di mata Madesh.
'Sebenarnya apa yang ia inginkan?' batin Azura penasaran.
Azura langsung berpikir yang tidak-tidak mengenai apa yang akan diminta oleh Madesh. Ia pikir jika Madesh mungkin menginginkan nyawanya, atau nyawa orang tuanya atau bahkan nyawa mereka.
Tangan Azura mulai berkeringat dan gemetaran. Akhirnya saat yang ia tunggu telah datang. Madesh pun mengutarakan permintaannya.
"Azura, aku tidak menginginkan hal yang tidak masuk akal, aku hanya ingin kamu membuka hatimu untukku! Tolong, cobalah buka hatimu dan terima aku! Aku bersumpah tidak akan menyakitimu dan akan selalu membahagiakanmu! Aku memang tidak akan mengizinkan dirimu untuk kembali ke alammu namun aku akan memberikan dirimu satu kesempatan untuk berpamitan pada orang-orang terdekatmu agar mereka tidak panic mencari keberadaanmu! Bagaimana?" Madesh menggenggam tangan Azura semakin erat.
Rupanya apa yang Azura pikirkan berbanding terbalik dengan kenyataan. Azura bersyukur karena Madesh tidak menginginkan hal yang buruk. Hanya saja permintaan Madesh ini agak sedikit berat.
Sejujurnya memang selama ini Madesh tidak pernah menyakiti Azura seperti Arthur. Hanya saja alam mereka berdua yang berbeda membuat Azura berpikir jika mereka akan sulit untuk bersama.
Belum lagi cerita Madesh mengenai dewa kematian yang terdahulu yang mengalami hal yang sama yakni mencintai manusia sampai harus dihukum seperti itu, Azura tidak mau jika hal itu sampai terjadi.
Namun melihat ketulusan dan kesungguhan serta apa yang telah dilakukan Madesh untuk dirinya memang Madesh benar-benar menyayangi Azura.
Hanya saja Azura takut jika ia sudah jatuh ke dalam pelukan Madesh ia tak dapat pergi ke manapun lagi. Azura benar-benar bimbang.
'Apakah aku harus menyetujuinya atau menolaknya?' batin Azura yang memikirkan permintaan Madesh dengan sungguh-sungguh.
TBC…