Madesh sedikit kesal dipandang sebelah mata oleh Azura. Azura ternyata memandang dirinya serendah itu. Walaupun dia hanya malaikat maut namun ia juga bisa seperti manusia.
Fisiknya yang begitu tampan dan rupawan pun mengalahkan ketampanan manusia yang paling tampan sekalipun di bumi. Bahkan julukan dewa yang paling tampan jatuh pada Madesh.
Oleh karena itu Aphrobeauty sang dewi kecantikan begitu terpana dan terpesona akan ketampanan Madesh. Bahkan ia tetap mengejar Madesh meskipun Madesh sudah menolaknya berulangkali.
"Aku ini punya usaha juga di dunia manusia. Dan usahaku juga terbilang lancar. Makanya aku bisa membeli barang dan mendapatkan uang layaknya manusia. Malaikat maut gaul gitu loh," jawab Madesh menyombongkan diri.
"Heleh, kalau memang benar seperti itu mari bertanding game denganku! Siapa yang menang boleh meminta satu permintaan pada yang kalah! Bagaimana?" tantang Azura.
Madesh khawatir jika ini adalah pancingan Azura supaya dia bisa meminta Madesh untuk membebaskannya. Namun Madesh tidak akan sepolos dan semudah itu untuk dibodohi oleh Azura.
"Namun teruntuk dirimu jika menang kau tidak diperkenankan dan tidak akan aku kabulkan jika meminta aku untuk mengantarmu kembali ke dunia manusia! Apa kau setuju?" jawab Madesh tawar menawar.
'Memang tidak mudah membohongi malaikat. Yah, tidak masalah jika di sini aku masih bisa mendapat hiburan dan dia juga merawatku dengan baik,' batin Azura yang akhirnya pasrah.
Karena tidak ada kemungkinan untuk Azura kembali jadi Azura menerima permintaan Madesh. Ia tidak akan meminta untuk kembali jika dia yang menang.
"Baiklah aku akan meminta hal lain jika aku yang memang! Kalau begitu kita bersiap saja dulu!" ajak Azura yang bersemangat.
Akhirnya mereka berdua membawa PC itu ke ruang kosong yang ada di kediaman Madesh. Untung tadi Madesh membeli dua PC untuk berjaga-jaga jika Azura ingin ditemani bermain.
Ternyata dugaan Madesh memang tepat dan sesuai. Setibanya di ruangan itu Madesh menjadikannya sebagai ruangan untuk bermain game.
"Kamu tenang saja ruangan ini nanti akan aku penuhi dengan banyak permainan! Jadi jika kamu bosan dengan permainan satu kamu bisa memainkan permainan yang lainnya," ujar Madesh sambil terus menata PC itu.
Azura merasa tersanjung karena ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang begitu perhatian padanya. Bahkan saat Arthur menjadi kekasihnya dulu dia tak seperhatian dan sepengertian Madesh.
Saat menjadi kekasih Arthur dulu yang pernah mereka berdua lakukan hanyalah liburan bersama ke London itu pun hanya tiga hari. Tetapi tiga hari itu begitu berarti bagi Azura karena ia bisa bersama dengan kekasihnya.
Namun semuanya hanya kenangan yang tak pantas untuk diingat. Arthur telah membuat Azura sakit hati dan mungkin keberadaan Azura di sini juga karena ulahnya.
'Aku harus melupakan dia! Aku tidak boleh memikirkan dia lagi!' batin Azura yang bertekad untuk melupakan Arthur.
Sementara itu Madesh tahu jika Emily tengah memikirkan mantan kekasihnya di dalam pikirannya. Sejujurnya Madesh kesal karena Azura malah memikirkan pria lain.
Namun setidaknya Madesh senang karena Azura memikirkan dia untuk melupakannya segera. Dengan senang hati Madesh pasti akan membantu Azura untuk melupakannya.
'Bagus, lupakanlah dia dan bukalah hatimu untukku! Aku berjanji akan membuatmu menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini!' batin Madesh yang begitu senang.
Akhirnya Madesh telah selesai menata dan menghidupkan kedua PC itu. Azura tidak menyangka jika Madesh bahkan bisa mengoperasikan PC itu.
"Kamu rupanya benar-benar bisa memakai ini? Kamu belajar dari mana?" tanya Azura yang takjub.
Azura pun duduk di samping Madesh yang sudah duduk di hadapan PC-nya. Dengan bangga Madesh menjelaskan bagaimana ia bisa menggunakan benda itu.
"Saat aku selesai mencabut nyawa, biasanya aku menggunakan waktu luangku untuk bermain di dunia manusia. Aku banyak memperhatikan apa yang mereka lakukan dari bermain game, saling menolong bahkan saling bully dan hujat aku juga pernah mengamatinya," jawab Madesh dengan polosnya.
"Hei! Mana boleh seperti itu! Menolong orang lain boleh tapi menyakiti, mem-bully, menghujat dan berbuat buruk tidak boleh! Nanti berdosa masuk neraka!" ujar Azura menasehati Madesh.
"Bagaimana mungkin aku masuk neraka? Justru tugasku mencabut nyawa orang dan mengantarkan mereka ke sana. Apakah kamu lupa kalau aku ini seorang Malaikat pencabut nyawa alias Dewa kematian?" tanya Madesh mengingatkan.
Memang benar apa yang dikatakan Madesh. Dia tidak akan mungkin masuk ke surga atau ke neraka karena dia adalah seorang dewa. Jadi Azura mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dengan memulai game mereka.
"Ah, akhirnya game sudah bisa segera dimulai! Kamu tahu, kan caranya bermain ML?" tanya Azura meremehkan.
"Sepertinya aku tahu, entah aku juga lupa. Tetapi aku akan mencobanya terlebih dahulu. Jadi, apakah kita akan bermusuhan?" tanya Madesh.
"Tentu saja! Bukankah kita memang akan bersaing sesuai apa yang kita sepakati sebelumnya? Siapa yang menang boleh meminta sesuatu dari yang kalah! Apa kau sudah siap?" Azura bersiap-siap untuk memulai game.
Madesh membalasnya dengan anggukan dan pada hitungan ketiga mereka berdua mulai bermain game. Game ini terdiri dari tiga sesi dan siapa yang memenangkan dua sesi dialah yang akan menjadi pemenangnya.
Mereka berdua bermain dengan begitu seru. Mereka saling menyerang satu sama lain dengan team mereka masing-masing. Bahkan kehebohan mereka bisa mengalahkan kehebohan sepuluh orang pemain.
"Sedikit lagi! Ayo sedikit lagi! Iya! Iya! Yeaah! Aku menang!" sorak Azura yang begitu senangnya.
Pada ronde pertama ini pemenangnya adalah Azura. Madesh masih belum terlalu lancar memainkannya karena ini adalah kali pertama Madesh memainkan PC itu secara langsung.
"Tidak masalah, masih ada dua babak lagi," ujar Madesh dengan santainya.
Azura yang mendengar perkataan Madesh malah menertawakan dia karena Azura yakin jika Madesh tidak akan berhasil memenangkan pertandingan ini.
"Apakah kamu yakin bisa menang? Sepertinya ronde kedua pemenangnya adalah aku," sahut Azura dengan sombong.
"Kita lihat saja dulu," jawab Madesh dengan sinis.
Akhirnya mereka melangsungkan pertandingan babak kedua. Kali ini pertandingan tidak semudah yang pertama. Pertandingan kedua ini begitu sengit.
Madesh yang dapat dikalahkan dengan mudah kali ini bermain dengan gesit dan lincah. Bahkan Azura hampir kewalahan menghadapi Madesh.
'Bagaimana bisa dia meningkat dengan begitu pesat hanya dalam sekejap? Jika aku lengah dia bisa saja memenangkan babak ini! Aku tidak akan membiarkan dia menang!' batin Azura yang menyemangati dirinya.
Dengan sekuat tenaga Azura mempertahankan dirinya. Namun sayangnya kekuatan Madesh benar-benar tak terduga dan ia memiliki teknik-teknik yang membuat Azura geleng-geleng kepala.
'Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin dia bisa seperti itu? Aku tidak bisa membiarkan dia terus-menerus!' batin Azura yang langsung mengerahkan kekuatannya.
TBC...