Raihan hanya bisa menghela napasnya berat. Di usapnya buliran air mata yang masih terus menetes di pipi Naura. Walaupun perempuan tersebut telah terlelap dalam tidurnya.
"Na, pasti sakit banget, yah? Bahkan sampai kamu tidur pun, kamu juga menangis. Bagi sama aku, Na. Anggap saja aku yang memohon maafmu untuknya. Jangan kamu tanggung sendiri, ada aku, Na. Bersandarlah padaku! Jangan benci aku juga," harap Raihan lirih seraya menggenggam tangan Naura di atas ranjang.
Pria itu kini sedang duduk di sebelah Naura yang terlelap. Dengan kompresan di dahinya dan air matanya yang masih terus saja mengalir dari sudut matanya.
Raihan mengecup lembut kening Naura dengan sayang. "Cepat sembuh, yah. Setelah ini, kamu bisa marah atau memukuli, Mas, untuk meluapkan amarah kamu sama Rico. Asalkan kamu nggak minta Mas menjauh, Na, Mas nggak akan sanggup," gumam pria tersebut yang juga takut atas apa yang perempuan itu katakan tadi.