Chereads / BACK IN YOURS HUG / Chapter 7 - Gadis masa laluku

Chapter 7 - Gadis masa laluku

Selesai makan bakso, Raihan sengaja mengajak Naura untuk berputar sejenak di alun-alun kota. Sebelum pulang ke rumah.

Dengan berjalan kaki, mereka berdua melewati pedagang kaki lima yang berjejer di sisi jalanan. "Nggak mau beli camilan buat di rumah?" tawar Raihan melihat banyaknya penjual aneka jajanan.

Naura menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Mas. Aku sudah kenyang kok," tolak gadis tersebut, tak enak hati.

"Kalau kamu mau, beli aja. Siapa tahu nanti malam kamu lapar, kan? Lumayan buat ganjalan. Daripada makan mie instan, nggak baik buat kesehatan." Nasehat Raihan lembut.

Naura terkekeh, "Mas bawel juga, yah? Aku kira bakalan cuek dan dingin gitu, " lontar gadis tersebut begitu saja.

"Wah, kacau kamu. Masa aku dikira cuek seperti itu? Tapi kalau adikku, memang seperti itu orangnya. Dingin dan ketus. Apalagi sama cewek yang mengejarnya, resiko orang ganteng kalau kata dia," ujar Raihan seraya menggelenggkan kepalanya.

Mengingat kelakuan adik semata wayangnya. Ya, Rico memang memiliki perangai yang bisa dibilang buruk dengan sikapnya yang jutek, ketus dan dingin kepada seorang cewek. Terlebih jika ia tidak menyukainya.

"Oh, Mas Raihan punya adik. Berarti cowok, dong? Kalau di lihat dari cerita Mas tadi." Tanggap Naura seraya memeluk tubuhnya sendiri.

Raihan mengangguk membenarkan. "Iya, makanya aku bilang kalau Mama itu yang paling cantik di keluargaku. Tapi sepertinya kamu seumuran sama adik Mas. Ya, nggak heran sih, kalau banyak yang suka, dia memang ganteng, sih. Kamu juga pasti akan kesengsem sama dia nanti kalau ketemu sama dia," papar pria tersebut.

Naura menggelengkan kepalanya, sembari terkekeh. "Ya, nggak lah. Kan jatuh cinta itu nggak selalu soal wajah saja Mas. Karena hati tidak tahu siapa pilihannya. Jadi bagi aku, hati lebih penting dari pada wajahnya saja," komentar Naura seraya tertawa kecil.

Raihan mengangguk setuju. "Iya, percuma jika tampan atau cantik, jika tidak di klik di hati," imbuhnya sambil menahan tawanya.

'Gadis yang lucu,' batin Raihan.

Entah mengapa, malam ini terasa begitu dingin. Mungkin juga karena telah masuk musim penghujan di Indonesia.

Raihan melihatnya, lantas melepaskan jaketnya dan memberikannya kepada Naura yang terlihat kedinginan.

"Ini! Pakai jaket, Mas. Kamu kedinginan, tuh," anjurnya seraya mengangsurkan jaket ke tangan Naura.

"Nggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa kok. Nanti malah Mas yang kedinginan lho," tolak gadis tersebut yang berniat mengembalikan jaket Raihan.

Raihan menerimanya kembali sembari menggelengkan kepalanya perlahan. Lalu tanpa di duga Naura, pria tersebut memakaikan jaketnya ke bahu gadis tersebut.

"Jangan membuat Mas terlihat seperti laki-laki yang tidak peka seperti itu," tuturnya dengan wajah seriusnya.

Naura hanya bisa tertawa kecil, lantas mengangguk. Tak bisa menolak lagi jika Raihan telah mengubah raut wajahnya dengan serius.

"Ayo, pulang! Kamu beneran nggak mau beli camilan lagi?" tawar Raihan sekali lagi.

Tapi tetap saja, Naura menolaknya. "Nggak mau, Mas. Aku beneran kenyang. Mas mau buat aku gendut, yah?" tuduhnya dengan memasang wajah curiga.

"Astaga! Ya, nggak lah. Tapi kalau kamu gendut, juga masih tetap manis kok," puji Raihan sembari terkekeh.

"Apa, sih? Jangan nge-baperin Mas, nanti cuman ghosting lagi," balas Naura tak mau kalah.

Raihan tergelak, lalu membukakan pintu mobil untuk Naura. "Kalau kamu baper, ya, tinggal tanggung jawab, kan? Beres," jawabnya santai.

"Huuu, dasar!" cibir Naura sembari tergelak.

Raihan mengantarkan Naura pulang ke rumahnya. Lalu setelahnya, ia juga kembali ke rumahnya.

Malam ini Raihan sangat senang. Bisa sedikit demi sedikit mengenal kepribadian Naura. Gadis pemilik senyum manis tersebut.

Rasanya jika ini di sebut jatuh cinta, Raihan masih belum yakin akan hal tersebut. Hanya saja, ia terus ingin melihat senyuman manis tersebut sepanjang waktu.

Dering ponselnya berbunyi, panggilan telepon dari Rico rupanya. "Hallo, Ric, ada apa? Mas mau ke kamar mandi dulu. Nanti Mas teelpon balik, yah?" sahutnya yang langsung memutuskan panggilan telepon dari Rico tanpa mau mendengar lebih dulu apa yang akan di katakan oleh adiknya tersebut.

Tak berapa lama kemudian, raihan kembali menghubungi Rico. Merek mengobrol tentang banyak hal. Sebab, selama ini memang hanya Raihan tempat adiknya tersebut mengadu.

Tentang semua permasalahannya, kecuali soal asmaranya. Rico menutupnya rapat-rapat tentang siapa gadis di masa lalunya yang hingga kini masih menguasai hati dan pikirannya sejak lama.

"Jadi, sudah sedekat apa hubungan Abang sama cewek itu? Mana katanya mau di kenalin? Abang takut nanti dia naksir sama aku, yah? Ya, resiko orang ganteng memang begini," sombong Rico dengan wajah mengesalkannya.

Membuat Raihan tergelak. "Kamu tahu dia jawab apa, saat bilang kalau adikku sangat ganteng?" beber Raihan. "Dia nggak pandang seorang laki-laki dari wajah gantengnya aja, tapi hatinya."

Rico tergelak mendengarnya, ia baru pertama kalinya mengetahui ada seorang gadis yang masih mementingkan hati ketimbang ketampanan seorang cowok.

"Oke. Bagaimana kalau kita buktikan saja. Saat aku pulang, kita lihat, apakah dia terpesona padaku atau tidak. Bagaimana?" tantang Rico dengan yakinnya jika gadis itu juga pastinya sama saja seperti gadis pada umunya yang mementingkan ketampanan seorang laki-laki.

"Deal! Mas setuju sama usul kamu. Karena Mas yakin, kalau jodoh nggak akan kemana kok," jawab Raihan yakin. Bahwa Tuhan sudah mengatur jodoh setiap manusia dengan baik.

"Oke. Tapi nanti kalau cewek itu jatuh cinta padaku, bagaimana? Apa Abang akan melepasnya untukku?" tanya Rico yang hanya berniat menggoda kakaknya.

Sebab, hatinya telah terpaut sejak lama pada seorang gadis yang ia kenal di sekolahnya dulu. Sebelum pindah ke Jakarta dan tinggal bersama dengan pamannya, kakak dari Papanya. Lalu melanjutkan kuliahnya ke New York University.

"Kalau memang dia menyukaimu, maka Abang akan ikhlas melepasnya. Asalkan kalian berdua bahagia," sahut Raihan serius, sembari tersenyum tipis.

Rico menganggukkan kepalanya. "Abang tenang saja. Aku nggak akan jatuh cinta pada gadis itu. Karena aku sudah memiliki seseorang sejak lama. Saat aku pulang nanti, aku akan mencarinya dan menyatakan perasaanku. Semoga dia mau menerimaku," ungkap Rico dengan pandangan menerawang.

Teringat akan masa lalunya saat masih duduk di bangku SMA. Gadis manis yang berhasil merubahnya menjadi seperti saat ini.

Berhasil menjadi alasan utama untuk Rico agar berubah lebih baik lagi. Merubah dirinya yang dulunya tidak mempunyai tujuan hidup, kini memiliki cita-cita dan semangat untuk maju.

"Oh, teman SMA kamu yang cewek itu lain? Siapa sih, namanya? Masa nama aja, nggak mau kasih tau Abang," cibir Raihan kesal sekaligus penasaran akan sosok gadis yang bisa merubahnya Rico seperti sekarang ini.

"Iya. Dia gadis yang tidak cantik, sih, tapi manis. Senyumnya benar-benar bikin adem. Apalagi kalo malu-malu gitu, lucu banget, deh," ungkap Rico dengan senyuman tipisnya.

Mengingat kembali kenangan manisnya saat masih bersama dengan gadis tersebut. Meski sudah sangat lama, namun Rico tak pernah bisa melupakannya barang sejenak.

Gadis itu pula yang menjadikan Rico semangat belajar seperti sekarang. Sebab gadis itu adalah orang yang tidak ingin Rico menyia-nyiakan masa mudanya dengan mengabaikan pentingnya pendidikan untuk masa depan.

"Ya, semoga saja dia mau memaafkanmu yang tiba-tiba saja pergi tanpa kabar begitu saja," seloroh Raihan yang tahu penyebab Rico tak bisa berpamitan meski sebentar pada gadisnya saat itu.

"Hm, semoga," ulang Rico yang juga berharap untuk bisa mendapatkan maaf darinya.

Setelah itu, kedua kakak beradik itu memutuskan panggilan dan kembali ke aktivitas masing-masing.