Chereads / BACK IN YOURS HUG / Chapter 9 - Introgasi

Chapter 9 - Introgasi

Akhirnya, Raihan dan Naura sampai di Kota Malang. Raihan segera melajukan mobilnya menuju ke pantai Balekambang.

Sepanjang perjalanan, Naura tak henti-hentinya berceloteh. Selayaknya seorang anak kecil yang sangat senang bisa pergi liburan.

Raihan tidak merasa risih sama sekali. Malah ia senang, bisa melihat sisi Naura yang ternyata bawel seperti ini.

Jika biasanya, gadis tersebut hanya diam dan tak banyak bicara, namun hari ini. Naura seolah menjadi dirinya sendiri dan tidak menutupinya.

"Wah, bagus banget!" seru Naura kegirangan.

Matanya berbinar bahagia saat melihat hamparan ombak yang bergulung-gulung, di tambah dengan semilir angin yang menerbangkan anak rambutnya.

Tapi tetap saja, Naura terlihat cantik dan memukau seseorang yang sejak tadi diam, menatapnya dengan senyum samarnya.

Raihan hanya berdiri di sisi mobilnya seraya bersedekap. Memandang kecantikan seorang gadis di depannya.

Sesekali terkekeh geli, melihat tingkah laku Naura yang menurutnya sangat lucu tersebut. Raihan puas melihat wajah bahagia gadis tersebut. Tidak sia-sia dia mengajaknya ke mari. Meskipun ia tidak terlalu menyukai pantai, karena ramai.

Raihan lebih suka ke tempat yang tenang dan nyaman. Mungkin nanti, pria tersebut berencana mengajak Naura ke tempat favoritnya. Saat ada kesempatan untuk liburan bersama.

Sebab Naura, tidak bisa libur di hari Sabtu dan Minggu. Dan itu adalah hari libur pegawai kantoran seperti Raihan.

Hari ini, pria tersebut sengaja meliburkan dirinya, saat pekerjaannya telah ia selesaikan lebih cepat. Supaya bisa berlibur bersama Naura seperti ini. Walaupun bukan ke tempat yang jauh, hingga harus menginap.

Karena Raihan juga tahu batasannya dengan Naura. Terlebih ia juga menghormati seorang perempuan, seperti kepada Ibunya sendiri. Dan menjaganya hingga resmi menikahinya di Hadapan Tuhan.

"Mas, ayo sini! Jangan di situ aja," teriak Naura yang membuyarkan lamunan Raihan.

Pria tersebut melambaikan tangannya dan segera menghampiri Naura yang tengah bermain air laut di pinggir pantai.

"Ke pantai kok cuman diem aja, sih, Mas? Main air dong," ledek Naura sambil tertawa kecil.

"Nggak, basah semua nanti. Mending jalan-jalan ke sana! Katanya mau lihat Pura?" tawar Raihan seraya menunjuk ke jembatan panjang yang menghubungkan dengan sebuah Pulau kecil yang bernama Pulau Ismoyo. Pulau yang menjorok masuk ke bibir pantai, di lewati dengan sebuah jembatan yang panjang.

Pura Amarta Jati menjadi tempat peribadatan Nyepi setiap satu tahun sekali. Pura ini juga membuat Pantai Balekambang terlihat tampak mirip seperti Tanah Lot di Bali.

"Ayo! Kita lihat Tanah Lot versi Malang!" seru Naura yang bersemangat sekali, hingga tak sadar menggandeng lengan Raihan dan menariknya untuk berjalan menuju ke Pura Amarta Jati.

Raihan sempat terkejut melihat Naura menggandeng lengannya dengan penuh semangat sambil berjalan. Ia yakin jika gadis tersebut pasti tidak sadar jika telah memeluk lengannya. Dan pria tersebut sengaja diam, agar gadis itu tidak lebih malu lagi nanti.

Raihan dan Naura melewati jembatan panjang yang menghubungkan pantai Balekambang dan Pulau Ismoyo. "Mas, fotoin aku, yah?" pinta Naura yang menyerahkan ponselnya kepada Raihan.

"Pakai ponsel aku aja, nanti aku kirim ke kamu," sahutnya yang langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"Oh, oke. Itu juga lebih baik, karena kan ponsel Mas pasti gambarnya bagus," ujar Naura setuju.

Hari ini sepertinya Raihan berganti profesi, dari supir menjadi fotografer dadakan. Dan itu semua karena Naura yang memintanya.

Dan entah mengapa, pria tersebut tak bisa menolak permintaan dari gadis yang sepertinya memiliki magnet untuk membuatnya selalu ingin mendekat. Serta melihat senyumnya yang mampu membuatnya ikut tersenyum.

Mereka berdua berjalan mengelilingi Pura Amarta Jati dan mengambil banyak foto sebagai kenang-kenangan di tempat tersebut.

Lalu bermain air di tepi pantai, hingga membuat baju mereka basah. Dan membersihkan diri di kamar mandi umum. Setelahnya makan bekal yang sudah di masak oleh Naura, sembari menggelar tikar, di bawah pohon kelapa dan menghadap ke laut.

Meskipun hanya makanan rumahan sederhana, namun terasa sangat nikmat. "Kok rasanya nggak bisa berhenti makan, yah? Kalau Mas jadi gemuk gara-gara kamu, gimana?" canda Raihan yang makan dengan lahap sekali, hingga tambah dua kali.

Naura tergelak, "Kok Mas yang gemuk aku yang di salahin, sih? Kan aku cuman masak. Ya, kalau gemuk, tinggal olah raga aja, tho," sahut gadis tersebut sembari tertawa.

"Memangnya kamu nggak suka sama cowok gemuk?" tanya Raihan sembari memakan buah jeruk yang baru di kupasnya.

"Ya, suka-suka aja, kalau udah cinta. Yang terpenting itu, nanti kita bisa mengajak pasangan kita ke arah lebih baik. Kalo aku gitu, sih," jelas Naura seraya menatap hamparan pasir putih dan lautan yang luas.

Raihan mengangguk mengerti. Naura adalah gadis yang tidak ingin menilai sesuatu dengan buruk. Ia lebih suka berpikiran positif untuk segala hal.

"Jadi, tipe laki-laki yang seperti apa yang kamu sukai untuk menjadi pasanganmu?" tanya pria tersebut penasaran.

"Laki-laki idaman maksud Mas?" tebak Naura yang menoleh ke arah Raihan di sampingnya.

Melihat anggukan kepala dari pria tersebut, Naura kembali menatap ke depan. "Apa, yah? Nggak ada kriteria khusus sih, kak. Hal utama tentunya, dia seiman sama aku, sayang sama aku dan juga keluarga aku. Mau terima semua kekurangan aku, udah itu aja sih, kan masalah yang lainnya masih bisa di bicarakan," ungkap gadis tersebut yang masih menatap ke laut.

"Oh, itu. Iya, sih, memang agama terkadang menjadi hal utama dalam sebuah hubungan. Tapi juga nggak selalu itu. Apa dulu kamu pernah pacaran?" cetus Raihan lagi yang masih ingin tahu tentang kehidupan Naura.

Mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Raihan, Naura tergelak. "Apa aku lagi di sidang, yah? Mas Raihan kepo deh," balas Naura sambil terkekeh.

Pria tersebut hanya tersenyum tipis, "Ya, nggak apa-apa. Toh, itu pertanyaan biasa kan? Jadi?" desak Raihan yang masih penasaran.

"Nggak ada Mas. Aku nggak pernah pacaran. Kalau Mas sendiri gimana?" jawab Naura sambil menoleh ke arah Raihan yang terlihat tak percaya dengan jawabannya barusan.

"Masa sih? Kamu nggak sama sekali pacaran? Waktu SMA juga? Oh, atau pernah suka sama cowok? Kalau itu Mas yakin pernah pasti, nggak mungkin kamu nggak pernah suka sama lawan jenis," cecar Raihan tak percaya gadis itu tidak pernah pacaran sama sekali.

Naura mengerucutkan bibirnya kesal, "Aku sudah jujur, Mas. Memang nggak pernah kok, tapi kalau suka sama teman sekelas, sih, pernah," jawab gadis tersebut yang seolah menatap ke depan dengan tatapan menerawang. Teringat akan kisah masa lalunya.

Raihan mengangguk mengerti, lantas ikut memandang ke depan. "Kalau Mas pernah sekali. Dia cinta pertama, Mas. Tapi sayangnya, hubungan kami harus kandas di saat Mas melamarnya. Dia pergi tanpa alasan yang jelas, hingga membuat Mas susah sekali mempercayai perempuan lagi," jelas pria tersebut.

Naura bisa melihat raut kesedihan di wajah tampan pria tersebut. "Tapi kan, nggak semua perempuan bakalan menyakiti, Mas lagi?" ujar gadis tersebut.

Raihan mengangguk setuju, "Ya, kamu memang benar. Tapi rasa takut akan terluka lagi itu masih selalu ada. Terlebih lagi, dulu Mas memberikan semua cinta dan kasih sayang kepadanya. Mas juga menjaganya dengan sangat baik, hingga waktunya tiba. Tapi apa? Dia dengan mudahnya pergi meninggalkan, Mas. Di saat Mas ingin mewujudkan mimpi kami dalam membina rumah tangga." Raihan terlihat mengeluarkan semua keluh-kesahnya selama ini.

"Iya. Tapi seharusnya, Mas mencoba berhubungan dengan orang baru. Membuang rasa takut itu jauh-jauh. Memberikan kesempatan untuk orang lain yang ingin membantu Mas dalam menyembuhkan luka itu. Naura yakin Mas pasti bisa dan segera mendapatkan penggantinya yang jauh lebih baik lagi." Nasehat gadis tersebut seraya mengepalkan kedua tangannya ke atas. Memberikan semangat kepada Raihan.

Pria tersebut malah terkekeh geli melihat Naura yang terlihat berapi-api menyemangati dirinya. "Kamu sok-sokan ngasih nasehat. Pacaran aja nggak pernah," cibir Raihan sambil tertawa.