Naura memberengut kesal, "Aish, aku kan kasih semangat, Mas. Ya, walaupun nggak pernah pacaran, setidaknya aku tahu lah," sungut gadis tersebut seraya bersedekap.
Raihan menganggukkan kepalanya, "Iya, ini lagi di coba kok. Doakan aja, berhasil dengan gadis ini," pinta pria tersebut sembari menatap netra Naura lekat-lekat.
Sementara gadis tersebut terdiam, salah tingkah tentu saja di tatap seintens itu oleh pria selembut Raihan.
"Oh, ya, aku doakan berhasil deh, sampai menikah juga Mas," sahut Naura antusias. Meski tak tahu siapa gadis yang Raihan maksudkan.
"Ayo, pulang! Biar nggak kemalaman sampai di rumah," ajak Raihan yang membereskan peralatan mereka.
"Iya, Mas. Tapi jalan bentaran di sekitar sini, yah? Abis itu pulang." Naura juga ikut membantu Raihan membereskan barang-barang mereka.
"Oke. Tapi setelahnya kita langsung pulang," jawab pria tersebut menyanggupi keinginan Naura. Tak pernah ia bisa menolaknya.
Selasai membereskan semua barang-barangnya, Raihan dan Naura berjalan sejenak menyusuri pantai. Melihat suasana sekitar yang memang sayang jika di lewatkan begitu saja.
Mengingat jika mereka berdua tak bisa sesuka hati untuk kembali ke sini. Jadwal Raihan yang juga padat, di tambah lagi Naura yang juga harus pulang ke rumah orang tuanya saat liburan, meskipun hanya satu hari saja.
Puas melihat-lihat, Raihan dan Naura pulang ke rumah. Sebelum pulang, di tengah perjalanan, mereka makan malam terlebih dahulu. Barulah, setelahnya pulang.
"Nah, akhirnya sampai juga di rumah. Seharian ada di luar rumah, jadi kangen kasur," canda Naura sambil membantu Raihan mengeluarkan barang-barangnya dan membawanya ke rumahnya.
"Setelah bersih-bersih, kamu bisa langsung tidur. Besok kerja biar nggak capek. Jangan begadang lagi." Wejangan Raihan sambil memasukkan semua barang bawaan ke dalam rumah.
Membuat Naura tersenyum tipis. Dan meletakkan tas tangannya di meja. "Iya, Mas. Siap laksanakan tugas!" seru gadis tersebut bercanda.
"Kamu ini, kalau di bilangin juga. Ya, sudah cepat mandi, bersih-bersih terus tidur. Selamat malam, Na. Terima kasih sudah menemani Mas liburan hari ini. Besok-besok, doakan kita bisa liburan sama-sama lagi, yah. Mas pulang dulu," pamit Raihan yang berdiri di depan pintu.
"Iya, Mas. Aku juga terima kasih, sudah di ajak liburan ke tempat yang sejak dulu aku ingin kunjungi. Hati-hati di jalan. Mas juga cepat mandi dan tidur, besok pagi ada rapat, kan?" ujar Naura.
Raihan mengangguk pelan dan berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Melewati gang kecil, karena memang rumah kontrakan Naura berada di dalam gang kecil yang hanya muat sepeda motor saja.
Naura segera masuk dan membersihkan tubuhnya yang lelah. Setelah seharian ini bersenang-senang di pantai. Dan harus menyiapkan tubuhnya untuk bekerja besok. Masa liburnya telah habis. Besok ia harus kembali bekerja. Ke aktivitasnya sehari-hari.
***
Setelah liburan hari itu. Raihan benar-benar sibuk. Ia juga jarang menemui Naura, karena pekerjaannya memang sedang banyak-banyaknya.
Di tambah lagi, Naura juga sama sibuknya dengan dirinya. Membuat waktu untuk bertemu semakin berkurang.
Hanya lewat pesan chat atau bahkan telepon sepulang Naura bekerja. Keduanya berkomunikasi serta saling mensupport satu sama lainnya.
Tak jarang, Raihan juga mengirimkan makanan kepada gadis tersebut, jika ia sedang berada di restoran dan teringat akan makanan kesukaan Naura.
"Hallo, Na? Baru pulang?" tanya Raihan sambil mengecek beberapa pekerjaannya. Di ruang kerjanya yang ada di rumah. Karena ia juga baru pulang dari kantor dan hanya mandi, lalu melanjutkan pekerjaan yang masih belum beres. Seraya menghubungi gadis manis tersebut.
"Iya, Mas. Terus langsung bersih-bersih, capek banget hari ini. Banyak barang yang datang, jadi kerjaan juga banyak," keluh Naura yang saat ini sedang tiduran di ranjang kecilnya.
"Oh, gitu. Tapi kamu sudah makan malam?" tanya Raihan sambil masih sibuk dengan layar laptopnya.
"Sudah kok. Tadi makan nasi goreng di depan Mall sama Arga. Mas lagi sibuk, yah?" tanya Naura yang mendengar suara ketukan di keyboard.
"Oh, iya. Sambil periksa pekerjaan, aja. Takut ada yang salah. Baguslah kalau sudah makan. Besok jadi libur, kan?" Raihan bertanya dengan nada serius. Ia menghentikan gerakan tangannya di atas keyboard untuk sejenak.
"Iya, libur. Kenapa, Mas? Mau ngajak aku liburan lagi, yah?" canda Naura yang terkekeh kecil.
Raihan tertawa kecil, "Bukan. Mama katanya minta aku ajak kamu ke rumah. Beliau kangen katanya sama kamu. Cuman pengen ketemu, aja. Ngobrol-ngobrol, gitu. Mau nggak?" tawar pria tersebut.
Naura terdiam sejenak, memikirkan tentang tawaran dari Raihan. "Ya, bisa, sih Mas. Tapi apa nggak apa-apa aku main ke rumah?" tanya gadis tersebut yang merasa tak enak jika harus berkunjung ke rumah orang tua Raihan.
Sementara Raihan dan dirinya tidak terikat hubungan apa pun. Apa boleh?
"Ya, nggak apa-apa, dong. Kan silaturahmi, aja. Nggak ada salahnya, kan? Toh, Mama yang minta kok. Dan kebetulan kamu besok libur, jadi besok pagi aku jemput, yah?" jelas Raihan meyakinkan Naura.
"Ya, sudah, deh. Besok jam berapa Mas jemputnya?" Naura akhirnya menyetujuinya.
"Sekitar jam sembilan, aja. Biar kamu juga bisa beres-beres rumah dulu, kan?" sahut Raihan yang tersenyum tipis di seberang sana.
Senang saat gadis tersebut rupanya tidak menolak keinginan Mamanya. Dan besok ia bisa bertemu dengan Naura setelah kurang lebih satu Minggu mereka tidak bertemu secara langsung. Ada setitik kerinduan di hatinya.
Kala tak bisa melihat senyuman manis Naura. Karena biasanya, hampir setiap hari mereka bertemu.
"Oke, deal. Aku tidur dulu, ya, Mas? Sampai bertemu besok," pamit Naura yang tak sanggup lagi menahan rasa kantuknya.
"Iya. Selamat tidur, Na," sahut Raihan yang mengakhiri panggilannya seraya tersenyum tipis.
Raihan melanjutkan pekerjaannya, agar besok pagi ia bisa menjemput Naura tepat waktu. Karena sayangnya ia tidak libur besok. Pekerjaannya menumpuk banyak. Dan harus segera ia selesaikan sebelum menjemput Rico di Jakarta, Minggu depan.
***
Ke esokan harinya. Raihan sudah berada di rumah Naura untuk menjemput gadis tersebut ke rumahnya.
"Mas, berhenti di tukang buah dulu, yah? Aku mau beli buah." Tangan Naura menunjuk ke warung buah yang ada di pinggir jalan.
Raihan mengangguk sambil menepikan mobilnya. Ia tahu jika gadis tersebut malu seandainya tidak membawa buah tangan saat datang berkunjung ke rumah orang tuanya. Meskipun tanpa hal itu saja, Mamanya sudah sangat senang mendengar Naura akan datang berkunjung.
Sesampainya di rumah orang tua Raihan. Bu Ratna menyambutnya dengan gembira. "Naura, ayo, masuk! Tante kangen sekali sama kamu. Makin cantik saja, sih," goda Wanita tersebut.
Naura tersenyum malu-malu, "Tante juga semakin cantik dan awet muda, kok. Apa kabar, Tante?" sapa gadis tersebut yang mencium punggung tangan Ratna.
"Baik. Kamu sendiri bagaimana? Sehat-sehat saja, kan?" tanya Ratna sambil menggandeng tangan Naura dan membawanya masuk.
Raihan memang tidak ikut masuk ke rumah, sebab ia harus kembali ke kantornya.
Saat melewati ruang tamu, Naura terhenyak sesaat. Begitu menoleh ke bingkai foto keluarga yang tergantung di dinding.
Merasa seolah mengenali salah satu anggota keluarga tersebut. Tapi juga tidak yakin akan penglihatannya. Ia hanya takut salah mengenali seseorang yang di rasa mirip dengan cowok di masa lalunya.
"Tante, Naura mau tanya. Itu siapa di sebelah, Tante?" tanya gadis tersebut dengan jantung yang berdetak kencang. Menunggu jawaban dari wanita paruh baya yang kini berdiri di sebelahnya dan ikut melihat ke foto tersebut dengan senyum hangatnya.