Cessillya menyusuri jalananan, sore hari ini Cessillya merasa sangat merindukan kedua orang tuanya.
Cessillya rindu kebersamaan mereka, candaan mereka, juga amarah kedua orang tuanya.
Cessillya sudah meminta Yasmin untuk ke rumahnya, tapi Yasmin tidak bisa karena ibunya ternyata sedang kurang sehat.
Jadilah Cessillya melewati waktu sepinya dengan berjalan-jalan meski tanpa tujuan.
Cessillya memperhatikan sekitar, selain padatnya kendaraan ternyata ada juga orang yang berlalu lalang dengan berjalan kaki sama seperti dirinya.
"Ayah, Ibu, Cessi kangen sama kalian, Cessi sepi disini bu .... gak ada ibu dan ayah lagi, Cessi gak ingin hidup seperti ini."
Bayangan-bayangan bahagianya bersama kedua orang tuanya menari indah difikirannya, Cessillya sangat merindukan semua itu.
"Hidup Cessi berat tanpa ayah dan ibu disini."
Langkah Cessillya terhenti saat melihat anak kecil menyebrang tanpa pengawasan, Cessillya juga melihat lampu lalu lintas berwarna hijau menunjukan jika kendaraan bebas melaju.
Semakin tengah anak tersebut, klakson kendaraan ramai didengarnya, Cessillya berlari dan menangkap anak itu untuk kembali ke pinggir.
Saat berbalik Cessillya menjerit keras karena mobil jeep rubicon warna cream hampir saja menabraknya.
Cessillya berjongkok memeluk anak kecil yang ditolongnya, beruntung mobil tersebut tepat waktu mengerem lajunya sehingga Cessillya masih bisa selamat bersama anak tersebut.
Suara tangisan terdengar jelas dari anak dipelukan Cessillya, lampu lalu lintas berubah merah dan pemilik mobil pun turun menghampiri 2 orang yang hampir menjadi korbannya.
"Kalian gak apa-apa ?"
Cessillya menoleh saat pundaknya disentuh, dan langsung bangkit saat melihat sosok tersebut adalah Leon.
"Sisi, ini anak ...."
"Permisi."
Cessillya berlalu begitu saja, Cessillya tahu jika apa yang akan Leon katakan adalah kalimat-kalimat yang tak dapat Cessillya terima.
"Sisi .... Sisi tunggu"
Langkah Leon terhenti saat ramainya klakson dibelakang sana, rupanya lampu telah berubah hijau dan Leon kembali memasuki mobilnya untuk bisa melewati lampu lalu lintas tersebut.
"Kamu gak apa-apa, udah jangan nangis, ibu kamu mana ?"
Cessillya berusaha menenangkan anak dalam pangkuannya yang terus saja menangis, sambil melihat sekitar berharap orang tuanya bisa melihat anak tersebut.
"Udah-udah jangan nangis, kita beli minum ya biar kamu tenang."
Dengan menggendong anak tersebut Cessillya mencari warung terdekat.
"Sisi"
Cessillya menghentikan langkahnya dan menoleh sumber suara, Cessillya mendelik karena Leon mengikutinya.
"Lo mau kemana ?"
"Apa sih, urusannya apa sama kamu."
"Ini anak kenapa ?"
"Udahlah diam, berisik."
"Ya udah .... sekarang lo mau kemana ?"
"Cari warung, beli minum buat anak ini."
"Gue ada minum di mobil, lo balik aja ke mobil gue."
"Apaan sih, gak perlu, pulang sana."
"Lo gak kasian sama anak ini, dia butuh minum secepatnya."
Cessillya melirik anak dipangkuannya, mungkin benar Cessillya harus menerima tawaran Leon karena untuk mencari warung juga entah dimana.
"Ayo, udah jangan banyak mikir."
Leon menggandeng tangan Cessillya dan membawanya kembali ke mobil, Leon membawakan botol minuman yang diperlukan dan memberikan pada anak tersebut setelah dibukanya terlebih dahulu.
"Anak siapa Si ?"
"Mana aku tahu, aku lihat dia nyebrang sendirian tadi."
"Terus mau dibawa kemana ?"
"Ya aku gak tahu, gimana sih banyak nanya."
Leon tersenyum melihat kekesalan Cessillya, Leon menyarankan agar anak tersebut dibawa kembali ke tempat awal agar orang tuanya bisa menemukannya.
Setelah kembali ke tempat awal, keduanya diam di mobil sambil menunggu siapa tahu ada seseorang yang kehilangan anaknya.
"Apa anak ini gak ada orang tuanya ya ?"
"Sabar, mungkin sebentar lagi, lagian lo ngapain so soan bantuin dia."
Cessillya mengernyit mendengar pertanyaan Leon, memang benar Leon itu tidak punya hati.
"Aku turun aja, kamu mending pulang saja sana, gak ada urusan juga disini."
Leon dengan cepat menahan tangan Cessillya saat akan membuka pintu mobilnya.
"Lepas ah."
"Ya udah iya kita tunggu disini, gue gak akan bicara lagi."
Cessillya sangat kesal terhadap Leon, saat melirik depan, Cessillya melihat seorang ibu dan anak yang mungkin adalah kakak dari anak tersebut.
Mereka tampak panik, Cessillya langsung memanggilnya dengan keras.
"Sekarang aku harus keluar, masih akan ditahan ?"
Leon menggeleng dan membiarkan Cessillya keluar dari mobilnya, Leon memperhatikan Cessillya yang begitu sopan saat memberikan anak tersebut.
Leon seolah terpaku melihat senyuman Cessillya saat mengajak anak itu bercanda, setelah memberikan pelukan dan ciuman Cessillya membiarkan 3 orang itu berlalu dari hadapannya.
"Ayo masuk lagi."
Cessillya menoleh dan menggeleng, tanpa berkata apa pun Cessillya berlalu begitu saja.
Leon mengejarnya dan kembali menahan langkah Cessillya.
"Apa lagi sih, anaknya juga udah balik udah sana kamu juga balik saja."
"Terus kamu mau kemana ?"
"Diih .... apaan kamu kamu .... hahaha so akrab banget, males."
"Gue kasar lo marah gue halus lo ketawain, lo maunya apa sih."
"Udahlah males debat."
"Lo itu ...."
Kalimat Leon terhenti saat cacing diperut Cessillya bersiul merdu, Leon terkikik seketika dan membuat Cessillya salah tingkah.
"Lapar kan, makan yuk."
"Enggak, makan saja sana sendiri."
"Itu tinggal nyebrang ada Cafe, ayo gak usah pura-pura nolak gitu."
"Gak mau ih, apaan sih."
"Habis makan gue biarin lo pulang deh, janji tapi sekarang kita makan dulu ya, gue jamin makanannya enak."
"Gak mau."
"Gua ajak lo makan, bukan ajak lo ribut."
Cessillya tak menjawab, Cessillya hanya menurut saat Leon membawanya menyebrangi jalan menuju Cafe yang dimaksud Leon.
Setelah menunggu cukup lama makanan pun datang, Cessillya melahap makanannya yang menurutnya sangat enak.
"Lo suka ?"
"Lagi makan jangan bicara."
Leon terdiam dan ikut fokus dengan makannya, Leon seringkali melirik Cessillya yang terlihat begitu polos saat makan seperti itu.
"Mba minta billnya."
Ucap Leon setelah selesai makan, Cessillya mengintip nominalnya dan kaget jika hanya 2 jenis makanan dan 2 minum saja sampai 400ribu.
"Makasih mba"
"Iya."
Cessillya memejamkan matanya sesaat setelah pembayaran selesai.
"Pulang sekarang ?"
"Nanti aku ganti uangnya di Kampus."
"Gak masalah, jadi pulang gak ?"
"Pulang sendiri aja."
"Sekalian aja gue antar ayo."
Leon membawa Cessillya kembali ke mobil dan mengantarkannya pulang ke rumah, selama diperjalanan keduanya sama-sama terdiam.
Sibuk dengan fikirannya sendiri, Cessillya tentang Leon dan begitu juga sebaliknya.
Cessillya merasa ada sisi lain didalam diri Leon diluar dari apa yang biasa dilihatnya sehari-hari di Kampus.
Leon pun merasa ada setitik kenyamanan berada bersama Cessillya, meski sejak awal Cessillya tetap saja dingin padanya.
Keduanya menoleh bersamaan, Leon kembali menatap mata coklat meneduhkan itu.
Dengan saling melempar senyuman, mereka kembali pada fokus masing-masing dan pada fikirannya masing-masing meski keadaan jadi hening tapi mereka bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan satu sama lain saat berada dimobil.