Chereads / AARAM & SANDRA / Chapter 27 - Bab 27 Kendra & Richard

Chapter 27 - Bab 27 Kendra & Richard

"Richard Alvaro… Pria itu adalah kakak tiriku." Ujar Sandra dengan pelan,tapi masih dapat terdengar oleh Dira dan Kendra 

"Apa?" Kendra dan Dira terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Sandra. Mereka berdua menatap ke arah Sandra,wanita itu paham dengan arti dari tatapan mereka. Dengan terpaksa Sandra menceritakan semuanya,dari awal pertemuannya dengan Richard sampai kejadian Richard yang selalu mengawasinya selama hampir tujuh tahun belakangan. Lagi-lagi semuanya yang ada disana merasa sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Sandra. Terutama Kendra yang notabennya sangat mengenal Richard. Richard adalah adik satu tingkatnya yang ikut dalam anggota  klub basket sewaktu mereka masih duduk di sekolah menengah atas. Richard pula lah yang sudah merebut Yura dari Kendra. Yura juga adik kelas Kendra yang satu tingkat dengan Richard. Kendra dan Yura  sudah berpacaran cukup lama kurang lebih hampir satu tahun. Tapi,sayangnya Yura mengkhianati Kendra di hari ulang tahun Yura dan berselingkuh dengan Richard. 

(Aku kasih ringkasannya saja ya tentang Kendra dan Richard. Karena cerita mereka sudah ada di aplikasi lain).

"Jadi benar dia orangnya?" Ujar Aaram dan membuat ketiga orang itu menatapnya dengan penuh tanya juga. 

Aaram menatap satu persatu yang ada di ruangan itu. Helaan nafas terdengar dari bibirnya,kemudian pria itu menatap ke arah Sandra. "Kamu ingat saat kita sedang berbelanja waktu itu?" Tanya Aaram pada Sandra dan di anggukkan kepala olehnya. 

"Kamu juga ingat saat setelah membayar semua belanjaan,aku berjalan dan terdiam menatap ke arah eskalator?" Tanya Aaram lagi pada Sandra dan membuat wanita itu kembali dilanda kebingungan karena Aaram dari tadi hanya bertanya saja. Lagi-lagi Sandra hanya menganggukkan kepalanya dan terus menatap lekat ke arah Aaram. 

Aaram pun masih menatap Sandra "di eskalator itulah aku melihat ibu sedang bersama Richard" lanjut Aaram.

Sandra pun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Aaram,bahkan wanita itu tidak bisa berkata-kata lagi. Semua yang dikatakan oleh Richard adalah benar,pria itu dan ibunya sudah sangat dekat. Selama hampir tujuh tahun sang ibu bungkam tentang Richard,bahkan mereka selalu bertemu tanpa sepengetahuan Sandra yang notabennya adalah anak kandung dari Amira. Sebuah suara yang begitu familiar membuyarkan lamunan Sandra. 

"Assalamualaikum,nak." Ucap salam Amira

"Ibu" gumam Sandra

Ya,Amira datang bersama Richard. Betapa terkejutnya mereka dengan kedatangan Richard,begitupun dengan Richard sendiri. Pria itu sama hal nya dengan mereka yang sangat terkejut karena bukan hanya ada Aaram dan Sandra di ruangan itu melainkan teman lamanya yang pernah pria itu sakiti hatinya yaitu kakak tingkatnya,Kendra. Tatapan mata mereka saling bertemu,Kendra menatap Richard dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Richard sendiri. Dira melihat ke arah Kendra dan Richard suasana ini membuat dirinya menjadi canggung. Lalu,Dira bangkit dari duduknya dan menyentuh lengan Kendra untuk segera ikut berdiri dan menyapa Amira. 

"Waalaikumsalam tante" jawab Dira sambil mencium punggung telapak tangan Amira,begitupun dengan Kendra. Pria itu melakukan hal yang sama dengan Dira dan tidak lupa Kendra tersenyum menatap Amira.

"Tante kira tidak ada kalian,kapan kalian datang? Kenapa tidak mengabari Sandra atau tante?" Tanya Amira beruntun dan hanya ditanggapi senyuman oleh Kendra dan Dira. 

"Kami tiba di Jakarta semalam tante dan kami memang sengaja tidak memberitahukan Sandra atau orang rumah. Karena kami ingin membuat kejutan untuk Sandra." Jawab Dira menjelaskan tentang kedatangannya yang diam-diam. 

("Niat ingin memberi kejutan malahan kami juga ikut terkejut dengan keadaan ini tante.") 

Ucap Kendra dalam hati,pria itu berucap sendiri karena jika pria itu berbicara langsung maka akan menjadi pertanyaan untuk Amira dan Kendra sedang malas membahas tentang masa lalu.

**

Di kafe seberang rumah sakit Kendra dan Richard sedang menikmati kopi yang sudah mereka pesan setengah jam yang lalu. Richard meminta Kendra untuk berbicara dengannya sebentar karena pria itu tidak ingin masalah dari masa lalu akan berakibat fatal untuk kedepannya. Richard juga ingin mengklarifikasi kejadian bagaimana dirinya bisa bersama dengan Yura dan berakhir pengkhianatan untuk Kendra. 

"Apa yang mau anda bicarakan tuan Richard Alvaro yang terhormat?" Tanya Kendra dengan santai

Richard menatap ke arah Kendra,pria ini masih sama seperti yang dulu dirinya kenal. Pria yang cukup tegas dalam mengambil suatu tindakan,pria yang dikenal tidak banyak bicara,tapi sekalinya berbicara seakan membuat dirinya tidak bisa berkutik. Richard membenarkan posisi duduknya dan sedikit menghelakan nafasnya. 

"Saya hanya ingin meminta maaf untuk masa lalu yang sudah menyakiti anda tuan Kendra." Ujar Richard dengan terus menatap ke arah Kendra. 

"Kenapa anda baru mengatakannya sekarang? Bukankah kejadian itu sudah cukup lama? Lagi pula saya sudah melupakan kejadian itu." Jawab Kendra sambil menyesap kopi miliknya

Richard kembali menghela nafasnya,pria itu pun masih menatap ke arah Kendra. Begitupun dengan Kendra,pria itu menatap Richard dan masih menunggu ucapan yang akan disampaikan oleh Richard. 

"Saya akui memang ini sudah sangat terlambat untuk meminta maaf pada anda. Seandainya saja saya tidak mencari Sandra dan ibunya,mungkin permintaan maaf saya sudah sejak lama anda terima." Jawab Richard dengan menatap cangkir kopi yang belum tersentuh olehnya.

Kendra menyerngitkan kedua alisnya "apa maksud anda tuan Richard?" Tanya Kendra kembali

**

*Flashback on* 

Richard yang saat itu baru saja pulang sekolah tidak sengaja mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. 

Prang… 

"Sudah aku katakan sama kamu mas,lupakan mereka." Ucap sang mama yang sangat marah setelah melempar sebuah gelas ke arah dinding kamar.

"Tidak bisa,bagaimanapun mereka juga pernah menjadi bagian dari hidupku. Jika,saja waktu itu aku tidak tergoda dengan bujuk rayuan kamu dan papamu mungkin sekarang aku dan mereka tidak akan seperti ini,Laura." Jawab sang papa yang berusaha mati-matian menahan marahnya

"Apa katamu? Kamu menyalahkan aku dan mendiang papa atas semua ini? Tidak ingatkah kamu juga yang menginginkan menikah denganku karena sebuah jabatan,dasar munafik kamu Ramon" teriak Laura di hadapan Ramon 

"Ya,itulah kesalahan terbesar diriku selama ini. Karena sebuah jabatan aku mengorbankan anak dan istriku,bahkan selama putriku lahir aku tidak pernah menggendongnya bahkan menyentuh darah dagingku sendiri hanya demi sebuah kesepakatan yang kamu dan papamu buat. Selama ini aku selalu bersabar sudah menjadi boneka kalian,tapi saat ini aku sudah tidak tahan lagi dengan sikapmu yang selalu menuntut diriku atas kehendakmu,Laura. Aku juga manusia biasa yang mempunyai hati,aku bukan benda mati seperti boneka. Yang dengan seenaknya dirimu dan juga papamu itu memerintahkan diriku untuk melakukan keinginan kalian. Apakah aku pernah meminta kepadamu sesuatu hal? Tidak kan'? Selama ini aku hanya meminta kepada kalian agar tidak mengganggu istri dan putriku,aku hanya meminta pada kalian agar mereka hidup tenang,tapi apa yang kalian lakukan? Bahkan kamu pernah hampir mencelakai putriku,Laura." Akhirnya Ramon mengeluarkan semua amarah dan meluapkan perasaannya selama ini.