"Itu karena….." Richard tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya,selama ini Richard juga menyembunyikan kebenarannya pada Amira. Jika,ia menceritakan semuanya,Richard takut kalau itu akan mengganggu kesehatan ibu dan adik tirinya.
"Maaf aku tidak bisa mengatakan alasannya,maka dari itu aku mewakili kedua orang tuaku untuk meminta maaf pada kamu dan ibu." Lanjut Richard sambil menundukkan kepalanya karena benar-benar merasa bersalah.
Sandra tertawa lirih lalu ia kembali menganggukkan kembali kepalanya "sebaiknya anda pulang tuan Richard karena ini sudah larut dan saya harap kita tidak akan bertemu lagi." Sandra bangun dari duduknya dan berjalan membuka pintu rawat inap,tapi sebelum membuka handle pintu Sandra berucap lagi.
Richard tercenung dan menatap sendu ke arah punggung Sandra yang sudah menghilang tertutup oleh pintu ruangan rawat Aaram.
Sandra duduk bersandar pada sofa dengan pandangan yang tertuju pada Aaram. Matanya tidak lepas dari alat pendeteksi di samping Aaram dengan menunjukkan grafik yang sama sekali tidak Sandra mengerti. Sandra setiap malam selalu menemani suaminya selama di rumah sakit,hatinya selalu berkata untuk tetap tinggal bersama Aaram dan tidak meninggalkannya kecuali hari ini. Hari ini ia benar-benar harus pergi ke restoran Dira untuk mengatasi kerancuan pembukuan bulan ini. Untungnya masalah itu dapat cepat terselesaikan oleh Sandra. Untuk besok ia akan bekerja di rumah sakit saja,karena Toni sudah memberi izin kepada Sandra untuk bekerja dari rumah sakit saja. Itu pun tidak luput dari permintaan Dira dengan maksud lain dan Toni pun paham dengan maksud tujuan anaknya itu yang meminta Sandra untuk tetap bekerja sambil mengawasi Aaram.
Tok… Tok…
Pintu diketuk beberapa laki dan masuklah seorang suster
"Permisi… Selamat malam,waktunya mengganti perban suami Anda." Ujar suster
Sandra berdiri dan menghampiri suster yang sudah terlebih dahulu menuju Aaram. Sandra ikut andil dalam mengganti perban suaminya itu,ia harus tahu bagaimana cara mengganti perban dengan benar untuk berjaga-jaga nanti.
Sandra memperhatikan cara suster dalam melepas perban,semua instruksi dari suster didengar dengan baik oleh Sandra. Ia pun membantu mengambilkan peralatan yang telah dibawa oleh suster tadi. Wandra meminta izin untuk mengganti perban yang berada di kepala Aaram dan suster pun mengizinkannya.
Dengan pelan dan penuh kelembutan seakan tidak ingin membuat Aaram tersakiti,Sandra mengangkat sedikit kepala Aaram untuk melepaskan perbannya. Mengoleskan salep antibiotik,lalu menutup luka dengan kain kasa yang baru.
"Sudah selesai,kalau begitu saya pamit karena masih ada pasien yang menunggu."
"Terima kasih suster" ujar Sandra dengan senyum yang masih menempel di wajahnya
"Sama-sama nona" jawab suster dengan menampilkan senyum
Sandra menarik kursi lalu duduk,ia terdiam sebentar untuk memperhatikan Aaram yang masih sama. Aaram masih sama seperti dua hari yang lalu,ia masih betah memejamkan matanya.
Sandra membenarkan letak selimut Aaram,lalu meraih tangan Aaram yang terbebas dari infus dan menautkan dengan tangannya. Sandra tersenyum getir menggenggam tangan Aaram yang tak berdaya.
Tanpa Sandra mencium punggung tangan Aaram. "Ar,bangun dong…. Maafin aku,Ar." Air mata Sandra tidak dapat dibendung lagi,mengingat pertemuan tadi dengan Richard membuatnya kembali mengingat masa lalunya yang kelam.
Sandra teringat bagaimana dulu ia dan ibunya dengan susah payah mencari pekerjaan kesana dan kemari hanya untuk mendaftarkan dirinya di kampus yang sangat ia idamkan. Saat itu usaha katering Amira belum sesukses seperti saat ini,setelah Amira kembali bertemu dengan Merry semuanya berubah. Usaha katering Amira semakin sukses berkat campur tangan dari Merry. Cukup lama Sandra menangis sambil menggenggam tangan Aaram. Seperti malam biasanya ia akan menginap di rumah sakit ini.
Sandra yang sedang merebahkan kepalanya di samping Aaram dengan menautkan tangan mereka merasakan pergerakan dari tangan Aaram. Seperti mimpi bagi Sandra,ia merasakan adanya pergerakan dari tangan Aaram yang digenggamnya. Mata Sandra mengerjap berkali-kali ia merasakan sebuah tangan yang mengusap kepalanya. Betapa terkejutnya Sandra ketika mengangkat kepalanya dan melihat Aaram sedang menatap dengan tersenyum ke arahnya. Sandra tersenyum melihat Aaram yang sudah sadarkan diri,segera Sandra menekan tombol merah yang ada di dekat ranjang Aaram.
Di luar Richard masih tetap menunggu karena ia ingin memastikan kalau adiknya akan baik-baik saja. Terdengar beberapa langkah kaki mengarah ke ruang rawat inap Aaram,Richard melihat seorang dokter dan perawat jaga pun segera berdiri dan hendak bertanya,tapi ia urungkan. Dengan memberanikan diri,akhirnya Richard pun ikut masuk setelah dokter dan suster masuk. Richard terkejut karena Aaram ternyata sudah sadar setelah melakukan operasi tadi siang.
"Tuan Aaram,apakah anda mendengar saya?" Tanya dokter yang sedang memeriksa keadaan Aaram setelah sadar dari komanya
Aaram terlalu lemas untuk menanggapi pertanyaan dokter,ia hanya sanggup tersenyum menjawab pertanyaan dokter. Kemudian Aaram kembali tertidur,sedangkan dokter masih melakukan serangkaian pemeriksaan kepada Aaram.
"Bagaimana dengan keadaan suami saya dokter?" Tanya Sandra
"Alhamdulillah,tuan Aaram sudah lebih baik dari sebelumnya. Semuanya baik-baik saja,tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Jawab sang dokter
"Syukurlah"
"Kalau begitu kami pamit dulu nona." Ujar sang dokter dengan tersenyum
"Terima kasih dokter"
Sepeninggalnya dokter dan suster yang memeriksa Aaram,Richard masih berada di dalam bersama Sandra dan Aaram.
"San,lebih baik kamu istirahat. Aku akan menunggu didepan,jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa panggil aku."
"Hhmm" Sandra hanya menjawab alakadarnya,karena ia masih enggan berbicara dengan Richard.
Richard tersenyum lalu ia meninggalkan ruangan itu.
*
Sandra meluruskan punggungnya pada sofa,memperhatikan Aaram tanpa berkedip. Sandra merasa gugup,ia gugup karena Aaram sudah sadarkan diri. Melirik ke arah jam dinding yang berada di sana,lalu ia kembali menatap ke arah Aaram. Dalam hati ia menduga-duga kapan Aaram akan bangun,karena ia takut tertidur ketika Aaram membutuhkan sesuatu.
Sandra memainkan ponselnya sesekali mengecek email yang masuk dari beberapa cabang restoran Dira. Ketika sedang sibuk mengecek ponselnya,seketika sekelebatan pembicaraan antara dirinya dan Richard kembali menyeruak dalam pikirannya. Sandra mengernyitkan keningnya ketika ia menyadari kata-kata Richard yang sedikit meragukan ketika Sandra bertanya kenapa bukan orang tua Richard yang datang untuk meminta maaf padanya. Sandra merasakan ada sesuatu hal yang sedang disembunyikan oleh Richard. Jika Aaram sudah keluar dari rumah sakit ini ia akan membicarakan hal ini pada Richard. Sandra menguap merasakan kantuk yang mulai melandanya,mematikan ponselnya Sandra pun menutup mata menjemput akan bawah sadarnya.
Memaafkan adalah menemukan kembali jalan kedamaian yang bersinar yang pada awalnya kamu pikir diambil orang lain saat mereka mengkhianatimu. Memaafkan adalah bentuk cinta yang tertinggi dan terindah. Sebagai imbalannya, kamu akan menerima kedamaian dan kebahagiaan yang tak terhitung. Jika kamu tidak bisa memaafkan dan melupakan, pilih satu di antaranya.