Beberapa hari setelah mereka membicarakan tentang hal itu, Pak Surya sudah merasa lebih baik dan ia juga sudah diizinkan pulang oleh Dokter karena keadaannya itu sudah memungkinkan untuk pulang dan beristirahat di rumah saja. Tentu saja ia sangat bahagia dengan itu, Ibu Surya juga sudah merasa lebih tenang karena tau kalau suaminya itu sudah sembuh dari sakit yang ia derita beberapa hari sebelumnya. Saat itu Ditto masih berada di kantornya untuk berusaha memulihkan keadaan kantornya, ia terus berfikir kemungkinan kantornya itu bisa kembali stabil tanpa ia harus menikaho wanita yang tidak ia kenal sama sekali.
"Selamat pagi Pak, Ibu! Hari ini Pak Surya sudah bisa pulang karena Dokter sudah mengizinkan akan hal itu. Banyak-banyak istirahat ya Pak, jangan terlalu banyak fikiran," ujar seorang perawat yang datang membukakan gorden ruangan itu dan sekaligus menginformasikan pada mereka tentang keadaan Pak Surya yang sudah diizinkan pulang oleh dokter yang sudah menanganinya.
"Syukurlah Sus, ini adalah kabar yang sangat baik bagi kami, jadi pagi ini juga kami sudah bisa pulang?" tanya Ibu Surya memastikan apa yang di katakan oleh suster itu.
"Benar sekali Ibu, hari ini Bapak sudah bisa pulang, tapi setelah sarapan pagi ya Ibu," jawabnya dengan sangat lembut dan dengan senyuman di wajahnya. Pak Surya juga tersenyum kecil mendengar hal itu. Segera setelah itu Suster itu keluar ruangan dengan membawa beberapa bekas minuman dan makanan tadi malam.
"Pah, dengar kan? Kita sudah boleh pulang, Papa senang kan mendengar hal itu. Oleh itu jangan terlalu banyak fikiran ya Pah, biar Papa bisa beraktifitas seperti biasa lagi," ucap Ibu Surya dengan senyuman, sambil memijat lembut bahu suaminya itu.
"Iya Mah, sekarang cepat Mama telpon Ditto dan minta ia untuk mengirim sopir datang ke sini untuk menjemput kita atau kalau tidak Ditto saja yang datang untuk menjemput kita!" sambung Pak Surya meminta agar istrinya itu langsung menghubungi anaknya agar menjemput mereka di rumah sakit, ibu Surya tetap dengan senyuman bahagianya mengambil ponsel miliknya dan mengarahkan ponselnya untuk menghubungi Ditto, anaknya.
"Hallo Ditto, kamu datang kesini ya Nak, jemput Papa sama Mama karena Papamu sudah diizinkan pulang oleh Dokter hari ini juga!" ujarnya menginformasikan pada Ditto. Ditto yang menginap di kantor untuk mengerjakan dokumen penting yang kemungkinan masih bisa menyelamatkan perusahaannya itu. Ia langsung bergegas mendengar hal itu.
"Iya Mah, Ditto langsung ke sana ya," jawabnya dengan sangat bersemangat karena Papanya sudah bisa pulang, mana mungkin seorang anak tidak bahagia mendengar ayahnya yang sedang sakit dirumah sakit sudah bisa pulang karena dinyatakan sembuh, dengan sangat bersemangat ia langsung keluar dari ruangannya dan tidak memikirkan apapun langsung berangkat ke rumah sakit untuk menjemput kedua orangtuanya.
Sesampainya di sana, ia melihat kalau Papanya sudah bersiap untuk pulang, semua barang yang mereka bawa ke rumah sakit sudah dirapikan dan akan dibawa pulang kembali ke rumah. Wajah Pak Surya terlihat lebih segar dari beberapa hari ia di rumah sakit itu, ia duduk dan bersandar di sandaran katil rumah sakit. Saat Ditto datang, ia terlihat lebih bahagia lagi, saat Ditto masuk, ibu Surya langsung terfokus pada pakaian yang dikenakan oleh Ditto, ia bingung mengapa anaknya itu sudah menggunakan baju kerja di pagi hari seperti itu.
"Ditto, kamu kok sudah menggunakan pakaian kerja? Kamu mau langsung ke kantor?" ibu Ditto bertanya sambil melihat pakaian Ditto dari atas sampai kaki, pakaian Ditto terlihat sangat lusuh dan bau keringat.
"Iii … Iya Mah, Ditto tidur di kantor, Ditto mau kerjain dokumen yang …"
"Yang? Yang apa? Kamu masih mau kerjakan Dokumen untuk menyelamatkan perusahaan kita tanpa menikahi Hana?" tanya ibu Surya dengan sangat keras dan mata yang melotot nanar sehingga Pak Surya terdiam tak berkutik mendengar hal itu, Ditto merasa sangat marah kepada Mamanya itu karena ia takut Papanya akan merasa kecewa lagi karena itu, Pak Surya tau semua hal yang akan dilakukan Ditto tanpa menikahi Hana tidak akan membuahkan hasil sama sekali. Ditto langsung menarik tangan Ibu Surya keluar dari ruangan itu.
"Ihhh, apaan sih kamu? Tarik-tarik tangan Mama, sakit tau!" teriak Ibu Surya karena merasa sakit ditarik oleh Ditto.
"Mama ini yang apaan? Untuk apa Mama bilang begitu di depan Papa? Apa Mama ingin kehilangan Papa untuk selamanya?" tanya Ditto emosi dengan kelakuan Ibu Surya.
"Jaga bicara kamu ya! Mama ini hanya bertanya dan kamu malah mengatakan hal ini, apa Mama tidak punya Hak untuk bertanya padamu lagi?" sambut ibu Surya karena tidak terima Ditto mengataka hal demikian. Ditto langsung membukan pintu ruangan yang tertutup saat mereka keluar itu.
"Masuklah Mah, Ditto sedang tidak mau berdebat saat ini!" seru Ditto membuka pintu dan meminta Ibu Surya untuk segera masuk dan menyiapkan semua yang harus dibawa pulang.
"Hukkk, hukk, huk (suara batuk) apa yang dikatakan oleh Ditto Mah? Apa dia tidak mau menikahi Hana?" tanya Pak Surya sambil memegang dadanya yang karena batuk. Dengan segera ibu Surya mengambil air dan menyodorkannya pada suaminya itu, lalu ia kembali memijat bahunya.
"Tidak Pa! itu tadi hanya pemikiran Mama, Ditto tidak akan mengubah keputusannya kok, Papa tenang saja ya!" sambungnya menenangkan suaminya itu karena ia takut keadaan suaminya itu kembali drop dan membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Lalu ia melanjutkan menyiapkan semua barangnya dan tak lama setelah itu, Ditto yang sudah lama duduk di luar kemudian masuk ke dalam dan mulai duduk di samping Pak Surya dan memijat lembut kakinya yang masih ditutupi oleh selimut. Ia merasa sangat bersalah karena dirinya sang ayah menjadi sedemikian, jika ia mampu mengelola perusahaan dengan baik, tidak mungkin Pak Surya akan menjadi seorang pasien di rumah sakit itu.
"Pah, maafin Ditto ya, karena Ditto, Papa jadi seperti ini. Ditto merasa kalau Ditto bukan anak yang baik untuk Papa dan Mama," ujar Ditto sambil meneteskan air mata karena merasa gagal membahagiakan orangnya dan tidak bisa mempertahankan amanah yang diberikan oleh Pak Surya padanya. Melihat kesedihan Ditto, membuat hati Pak Surya tersayat dan ia mulai menaruh tangannya di kepala Ditto.
"Asalkan semuanya bisa kamu perbaiki, tidak akan pernah membuat Papa dan Mama berhenti merasa bangga padamu, perbaiki ini semua, jika kamu menikah dengannya , kamu akan bisa membuat semuanya menjadi pulih kembali dan itu semua yang akan kamu lakukan," sambung Pak Surya langsung menyinggung pernikahan itu kembali.