Akhirnya mereka pulang dan dengan bahagia di wajah mereka, Ditto juga bahagia akan kebahagiaan yang dirasakan oleh kedua orangtuanya atas kesembuhan yang sudah ada pada Pak Surya. Sesampainya di rumah tanpa menunggu lama, Pak Surya langsung menghubungi Ibu Ratih, yaitu mantan istri dari Pak Yantu orangtua dari Hana, wanita yang akan dinikahi oleh Ditto. Ia menghubungi Ibu Ratih ingin mengatakan bahwa ia akan menikahkan kedua anak mereka yang sudah diamanahkan oleh Pak Yanto semasa hidupnya.
"Hallo Ibu Ratih, Ini saya Pak Surya rekan kerjanya ayah dari anak Ibu yaitu Pak Yanto," ujarnya memperkenalkan diri pada Ibu Ratih, ibu Ratih sangat awalnya sangat kebingungan, namun ia ingat sebelum Pak Yanto meninggal ia sempat mengirimkan surat tentang perjodohan yang sudah ia setujui dengan anak pak Surya dan ia tau itu akan membuat masa depan putri semata wayangnya itu terjamin, ibu Ratih juga sangat setuju dengan hal itu karena ia sempat mendengar tentang Pak Surya saat ia masih menjadi istri pak Yanto. Dari apa yang disampaikan oleh Pak Yanto, Pak Surya adalah orang yang baik, berdedikasi tinggi dan sangat bertanggung jawab, ia yakin kalau Pak Surya pasti bisa mendidik putranya menjadi lelaki yang bersikap sama dengannya.
"Oh iya Pak, saya masih ingat! Ada apa ya Pak?" tanyanya memastikan walau ia sudah tau apa yang membuat Pak Surya menelponnya setelah sekian lama tak ada kamunikasi.
"Iya jadi seperti ini Ibu, dulu Pak Yanto pernah mengatakan kalau kami akan menjodohkan anak saya dan putri Ibu, sama merasa sudah waktunya mereka menikah saat ini. Oleh karena itu bagaimana jika kita melaksanakannya?" tanyanya, Ibu Ratih benar-benar tidak berfikir sama sekali bahwa mereka melakukan hal itu hanya untuk dana yang besar itu bisa dicairkan, ia bahkan sangat senang karena kini anaknya yang tidak pernah mengenal cinta kini sudah dilamar oleh keluarga kaya.
"Oh tentu Pak Surya, saya tidak masalah jika memang itu yang dikehendaki oleh keluarga kalian," ujarnya sangat bahagia, ibu mana yang tidak bahagia anaknya akan dilamar oleh keluarga yang dikenal baik dan kaya raya. Ibu Surya mendengar pembicaraan mereka dengan ekspresi nyinyir menyindir keluarga ibu Ratih yang sudah tidak kaya lagi semenjak ia bercerai dengan Pak Yanto.
"Baiklah Ibu, kami akan kesana lusa!" ujarnya menginformasikan kapan mereka akan datang untuk melamar Hana.
"Baik Pak, kami akan mempersiapkan semuanya!" sambut ibu Ratih dan langsung mematikan ponsel itu.
Tapi di sisi lain, Ditto sedang menyendiri di kamarnya melihat foto Rania yang ia simpan di laptop miliknya, ia melihat dengan sedih karena kenangan bersama wanita yang ia cintai kini harus ia hapus semua. Ia duduk di sisi ujung tempat tidurnya menekuk wajahnya sambil menghapus satu persatu foto Rania dengan sangat berat hati, ia tidak mau nantinya itu akan membuat keadaan menjadi runyam, Han memang tidak ia cintai, tapi ia harus menghargai perasaannya karena ia akan menjadi istrinya.
"Rania, maafin aku ya, kita udah lama dekat namun aku sampai saat ini belum mampu mengungkapkan isi hatiku padamu dan sekarang semua penantian ini akan berakhir sia-sia," ujarnya dalam hatinya sembari menyeka air matanya, ia adalah seorang pria yang tulus saat mencintai seorang wanita.
Seorang wanita dengan topi caping di kepala sambil membawa sebuah kerangjang kecil datang dari sawah dengan wajah cantik jelita nan natural, berjalan dengan riang dan gembira yaitu adalah Hana. Sesampainya di rumah, ia melihat ibunya yang menyambut kepulangannya dengan bahagia. Ia menunjukkan wajah berseri, ia bahagia karena putri yang ada di hadapannya akan segera dilamar pemuda tampan.
"Hana, Sayang sini duduk Nak!" panggilnya meminta Hana duduk di sampingnya tepat di teras rumah kayu yang sederhana miliknya.
"Ibu, mengapa Ibu terlihat sangat bahagia hari ini? Ada sesuatu yang membuat Ibuku ini tersenyum berseri!" tanyanya pada ibunya itu dengan respon senyuman pula. Berlahan ia mulai duduk di kursi itu sambil memijat pundak ibunya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang dari anak yang baik pada ibunya.
"Nak, dulu ayahmu memberi amanah untuk kamu menikah dengan anak rekan kerjanya yang baik hati, dan sekarang ia akan melamarmu Nak," sebutnya bahagia, seketika wajah senyum dari Hana berubah menjadi sangat murung dan terlihat tidak bahagia dengan hal itu.
"Ibu, Hana tidak mau! Hana tidak mau meninggalkan Ibu disini sendirian!" imbuh Hana menyatakan kalau ia tidak mau meninggalkan ibunya itu sendirian, ia tau kalau ia menikah maka ia harus ikut dengan suaminya dan meninggalkan ibunya itu. Ibunya langsung dengan sabar mengelus rambut indah dari anaknya itu dan ia mulai menjelaskan kalau anak perempuan wajib meninggalkan ibunya suatu saat nanti.
"Nak, kamu tidak perlu khawatir akan hal itu! Kamu itu sudah sangat cukup membantu Ibu, kini sudah waktunya kamu bahagia bersama suamimu, Ibu tidak apa-apa Nak, yang penting kamu bahagia," jelas ibunya memberikan pengertian pada anak tunggalnya itu. Lalu Hana langsung meletakkan kepalanya di pundak ibunya itu, ia merasa sangat tenang dengan hal itu.
"Baiklah Ibu, jika memang itu yang harus aku lakukan, tapi apa Ibu akan sedih saat aku pergi bersama suamiku nanti?" tanyanya pada ibunya itu, lalu ibunya dengan tersenyum menggelengkan kepalanya.
"Nak, kamu harus tau kalau seorang Ibu akan sangat sedih jika jauh dari anaknya, namun ibu juga tua kalau anak perempuan harus bersama suaminya. Ibu akan sangat bahagia kalau kamu bahagia Nak, bahkan akan mengalahkan rasa sedih Ibu," sambungnya menenangkan anaknya itu. Hana juga tersenyum dan setuju dengan perjodohan ini.
Sampai waktu untuk mereka datang ke kampung Hana untuk melakukan acara lamaran itu, ibu Hana juga sudah mempersiapkan semunya dengan sangat baik, ia terlihat sangat bahagia, begitupun Hana bahagia melihat kebahagiaan di wajah ibunya itu, tapi berbeda dengan mereka, Ditto malah sangat sedih dengan hari itu, karena itu adalah hari dimana ia akan kehilangan mimpinya hidup bahagia bersama dengan Rania. Mereka pergi ke kampung dengan mobil mewah miliknya.
Di kampung mobil mereka terlihat sangat mewah karena bahkan tidak pernah ada mobil seperti itu melintas di kampung yang sangat jauh dari perkotaan itu. Sesampainya di rumah Hana, Ditto langsung melihat seorang perempuan dengan pakaian yang tidak update sama sekali, namun ia tetap cantik dengan kesederhanaan itu, Ditto sampai terpelongo melihat wajah wanita cantik itu, namun ia menghentikan tatapannya karena ia tau ia akan menikah dan tidak baik jika ia melihat wanita lain terlalu lama selain calon istrinya yang pastinya sudah menunggu di dalam.