Chereads / Lingkaran Setan CEO Tampan / Chapter 7 - Sindiran

Chapter 7 - Sindiran

Mereka masuk dengan raut wajah sinis ibu Surya dan dengan sambutan hangat dari Ibu Ratih yang sudah berdiri di depan pintu untuk menyambut kedatangan mereka. Ibu Ratih sangat bahagia dengan kedatangan calon besannya itu, ia tak lupa memperlihatkan senyumnya yang hangat pada mereka, namun lain halnya dengan ibu Surya yang terlihat sangat tidak senang dengan pernikahan itu.

"Silahkan masuk Pak, Ibu!" ujar ibu Ratih mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah yang sederhana itu, wajah ibu Surya sangat menunjukkan betapa ia tidak sudi berbesan dengan ibu Ratih. Ibu Ratih juga bisa merasakan akan hal itu, ia merasakan bagaimana Ibu Surya sangat tidak suka dengannya dan anaknya. Namun, demi kebahagiaan anaknya, ia tidak menghiraukan semua itu, ia tetap bersikap baik pada keluarga itu.

Mereka langsung masuk ke rumah itu dan duduk di bangku rotan seadanya, lalu Ditto melihat ke segala arah, tentu walaupun ia terpaksa dengan pernikahan itu, ia juga ingin melihat wajah orang yang akan menjadi istrinya itu. Ia melihat ke semua arah, ia berharap bisa melihat keberadaan Hana, ia sangat penasaran bagaimana wajah wanita yang dijodohkan padanya itu. Ibu Ratih datang menyajikan teh dan beberapa makanan ringan, ia melihat mata Ditto berkeliaran mencari seseorang, ia langsung paham kalau ia mencari Hana, anaknya.

"Silahkan diminum! Ditto, kamu pasti mencari Hana kan?" tanyanya lembut pada Ditto sembari tersenyum, Ditto tak menjawab apa-apa. Ia hanya mengangguk dan tersenyuk malu." Sebentar ya, Ibu panggilkan Hana!" ujarnya dan ia langsung kelauar. Di luar ada Hana yang masih memperbaiki tenta rumahnya yang mungkin akan masuk air ketika hujan turun, tapi dengan baju kampung yang sudah sangat rapi, ia terlihat sangat anggun natural, tapi itu jika yang melihatnya adalah orang kampung, namun berbeda dengan orang kota yang pasti lebih suka melihat baju yang kekinian. Ibunya melihatnya dengan tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat bagaimana anaknya itu masih memperbaiki tenda rumahnya itu di hari lamarannya.

"MasyaAllah Nak, kamu ini harusnya di dalam, bukanya di luar dan memperbaiki tenda seperti ini, keluarga calon suamimu sudah datang. Ayo Nak, ikut masuk bersama Ibu!" pintanya pada Hana.

"Iya Ibu, ayo kita masuk!" imbuh Hana, ia langsung masuk bersama dengan ibunya menemui keluarga calon suaminya itu yakni keluarga dari Ditto. Saat ia masuk, Ditto sempat terpelongo melihatnya, ternyata wanitaa yang ia lihat tadi itu adalah Hana.

"Nah, Ini dia Hana, Nak silahkan duduk!" perintah Pak Surya dengan wajah tersenyum, ibu Surya tetap dengan ekspresi yang sama, ia tidak merhargai keluarga Hana, matanya sangat sinis dengan bibir dinaikkan dengan nyinyir.

"Kamu gak ada baju yang lain?" tanyanya dengan tujuan menghina, ibu Ratih langsung menunduk diam begitupun dengan Hana yang langsung dengan muka muram melihat ke pakaian yang ia kenakan itu, menurutnya itu adalah pakaiannya yang paling bagus. Rok panjang batik dan dengan baju kebaya jawa yang keluaran lama.

"Kamu ini Mah, gak baik seperti itu!" ujar Pak Surya berbisik marah pada Ibu Surya, istrinya. Ibu Surya langsung diam, tapi dengan wajah nyinyir sambil mengayunkan tangannya memamerkan perhiasan miliknya. Ibu Ratih langsung duduk dan disusul oleh Hana.

"Jadi begini Hana, ayah kamu dulu memberikan sebuah amanah pada saya untuk menikahkan kamu dengan anak saya, Ditto. Ditto ini Hana yang akan menjadi istrimu, sekarang silahkan kalian saling berkenalan!" perintah Pak Surya meminta mereka untuk saling berjabat tangan sembari memperkenalkan nama mereka satu sama lain. Dengan wajah muram bertambah sedih, Ditto langsung mengulurkan tangannya, lain halnya dengan Hana yang menerima tangan Ditto dengan malu-malu.

"Aku Ditto!"

"Iya, salah kenal, aku Hana!" imbuhnya.

Ditto langsung melepaskan tangannya dari Hana, Hana bingung mengapa Ditto melakukan hal itu, tapi Hana berfikir mungkin ia hanya merasa malu karena ini adalah kali pertama mereka bertemu dan berjabat tangan. Pak Surya langsung melanjutkan pembicaraan itu, melihat suasana sudah sangat hening, ia berusaha untuk mencairkan suasana kembali.

"Ya sudah sekarang, bagaimana menurut Ibu Ratih jika kita melangsungkan pernikahan ini dalam waktu dekat ini? Karena tidak baik jika melama-lamakan semuanya," pintanya, Ibu Ratih mengira itu adalah hal baik, tapi Pak Surya ingin segera melangsungkan pernikahan ini hanya semata untuk mencaikan uang dalam bank itu.

"Baik Pak, saya malah sangat senang jika putri saya dipinang sekarang, ibu mana yang tidak bahagia ketika melihat anaknya bahagia," imbuhnya dengan wajah senang, ia tidak setitik pun bberfikir akan kemungkinan buruk yang mungkin berlaku dalam kehidupan putrinya itu, ia bahkan tidak tau kalau mantan suaminya sudah meninggalkan sejumlah uang untuk penunjang pernikahan putri semata wayangnya itu.

"Aku akan buat, anak kamu mencari sangat tersiksa dengan pernikahan ini. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan, aku tidak rido jika anakku harus beristrikan wanita udik seperti anakmu!" ujarnya dalam hati dengan menaikkan pelipis matanya melihat kearah Hana dan Ibu Ratih. Mereka sangat tidak beruntung dalam kehidupan ini, mereka kehilangan harta dan sekarang mereka juga akan kehilangan kebahagiaan kecil itu pula, mereka memang tidak hidup dengan kekayaan Pak Yanto, tapi mereka sangat bahagia dengan semua itu walau harus hidup serba kekurangan tidak membuat mereka menjadi sedih.

Setelah percakapan dan rencana itu selesai, mereka memutuskan untuk kembali ke kota bersama dengan Hana dan Ibunya, mereka di bawa untuk melangsungkan pernikahannya di kota saja, setelah pernikahan itu selesai maka ibu Ratih akan langsung kembali ke kampung untuk melanjutkan kehidupannya seorang diri, ia akan melangsungkan hidupnya tanpa putrinya itu lagi karena putrinya sudah menikah dan ia harus tinggal bersama dengan suaminya.

Hana sangat terpukau ketika ia mengandarai mobil mewah milik keluarga Ditto, beda dengan Ibu Ratih yang tersenyum terlihat biasa saja karena ia sudah pernah mengendarai mobil bahkan lebih mewah dari mobil mereka karena ia sempat menjalani hidup mewah bersama Pak Yanto sebelum akhirnya mereka bercerai karena keluarga Pak Yanto yang tidak setuju dengan pernikahan Pak Yanto dan ibu Ratih yang seorang wanita miskin.

"Wah, Ibu … ini mewah sekali! Aku pernah melihat mobil ini di televisi dan sekarang aku sudah bisa mengendarainya," ujarnya senang, Ibu Surya yang mendengar hal itu langsung menyindir perkataan dari Hana.

"Tidak perlu terlalu heboh, orang kampung memang tidak akan pernah memiliki mobil seperti ini. Ini sangat mahal dan tidak akan pernah sanggup dibeli oleh orang kampung seperti kalian. Hah, tapi ini sekarang sudah menjadi milikmu juga Hana," sambungnya menyindir dan tiba-tiba bersikap manis pada Hana, sehingga Hana dan Ibu Ratih tidak menyadari unsur sindiran yang berada dalam potongan kalimat itu.