Ibu Veni yang sedang membelakangkan Rania dan ingin masuk ke mobilnya untuk segera mengejar Rania. Ia sangat terkejut ketika mendengar suara tabrakan yang begitu keras ditambah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana mobil yang putri menggelinding di jalan yang sepi, terbang melewati mobilnya. Hingga muncul percikan api dari mobil Rania akibat gesekan dengan trotoar. Ibu Veni tidak bisa berkata apa-apa karena melihat itu ia sangat shock, setelah mobil itu berhenti menggelinding dan rusak dengan sangat parah di bagian depan, ia langsung berteriak dengan sangat keras dan histeris karena takut sang putri sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
"Rania! Rania!" teriak ibu Veni dengan cucuran air mata yang begitu deras, sambil ia berlari mendekati mobil Rania yang sudah rusak parah. Ia melihat ke dalam dan mencari Rania, ia melihat Rania sudah tidak sadarkan diri terjepit dalam mobil.
"Nak, kamu harus bertahan ya Nak! Ini Mama akan berusaha keluarin kamu," ucapnya sambil mencoba membuka pintu mobil Rania, tapi bagaimana pun ia berusaha tetap tidak bisa karena mobil itu rusak dan penyok parah sehingga pintu juga terjepit menyebabkan tidak bisa dibuka, ia mencoba mencari bantuan dekat dengan kejadian kecelakaan itu, tapi tidak ada karena memang tidak banyak mobil disana, jalanan itu sedang sepi, sedangkan pemilik mobil truk itu sudah pergi melarikan diri.
Tapi tak lama setelah itu, sudah ada beberapa mobil yang datang dan langsung menghubungi polisi untuk segera menangani kecelakaan itu, ibu Veni sudah lemah tak berdaya melihat sang putri terbujur dengan begitu banyak darah di tubuhnya karena akibat benturan itu.
"Bagaimana kronologinya, Ibu?" polisi meminta untuk ibu Veni menjelaskan kronologi terjadinya kecelakaan itu, karena hanya ia yang ada di tempat saat kecelakaan itu terjadi. Sembari beberapa tim yang lain sudah menangani Rania.
"Anak saya menambrak sebuah mobil truk, Pak! Ini semua terjadi dalam beberapa singkat, anak saya mengalami hal itu!" ucapnya dengan sangat lirih, air matanya mengalir dengan sangat derasnya. Tidak mudah untuk bisa menerima anaknya yang mengalami kecelakaan dalam hitungan detik, ini semua tidak pernah terbesit dalam pikirannya.
"Ah, lalu dimana truk itu, Ibu?" tanya polisi karena saat ia melihat ke segala arah dan tidak melihat keberadaan mobil truk yang dimaksudkan oleh ibu Veni.
"Iya, dia sudah pergi melarikan diri, tolong anak saya, Pak!" apa pun yang ditanyakan oleh pihak kepolisian, yang ia fikirkan tentu adalah kebaikan dari sang anak, ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada anak tunggalnya itu.
"Baik, Ibu! Kita selamatkan anak Ibu terlebih dahulu dan setelah itu kita akan mulai mencari tersangka!" ujar polisi dan setelah itu Rania sudah bisa dikeluarkan dari mobil langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan sebuah ambulance yang sudah disediakan.
"Baik, Pak!" jawab ibu Veni, seorang perempuan paruh baya selalu menopangnya dan membantunya untuk berjalan, kebetulan perempuan paruuh baya itu juga berada disana ingin melintas bersama suaminya. Mereka berhenti dan membantu ibu Veni sebelum akhirnya polisi datang menangani mereka, ibu Veni dan perempuan paruh baya itu juga langsung pergi mengikuti mobil ambulance dengan mobinya, mereka mengikuti hingga sampai di rumah sakit.
Hati ibu Veni semakin terguncang tak karuan setelah ia melihat beberapa perawat dan petugas ambulance menurunkan sang putri dari dalam ambulance, hatinya seakan tidak mampu melihat itu dan ia juga tidak mampu memalingkan wajahnya dari sang anak. Mungkin karena terlalu panik sehingga sangat banyak hal buruk yang sudah tersirat dalam benak dan hatinya, hal yang paling buruk sekalipun sudah ia fikirkan. Itu yang membuat ia tidak bisa menahan air matanya, ketakutan yang begitu sangat melekat dalam fikirannya saat itu membuat tubuhnya lemah dan hampir tidak bisa menopang tubuhnya sendiri.
"Ya Tuhan, apa yang sudah terjadi pada anakku, apakah ia masih bisa kembali ke pelukanku!" ujarnya, ibu paruh baya itu mendengar suaranya yang begitu gemetar tak karuan. Ia mulai menaruh rangkulan tangannya pada bahu ibu Veni karena ia tidak tega melihat betapa ia sangat terpukul atas itu.
"Ibu jangan khawatir, kita berdoa saja pasti Tuhan akan melindungi, anak Ibu ya!" perempuan paruh baya itu memberikan semangat pada ibu Veni agar ia tidak begitu takut. Namun tetap saja seorang ibu tidak mungkin tenang ketika ia harus melihat anaknya sedang bertempur dengan sebuah hal yang sangat menyakitkan.
Ibu Veni berdiri setelah itu, ia berjalan mondar-mandir kesana-kesini karena hatinya yang sangat gundah takut terjadi sesuatu pada sang putri yang sangat ia cintai itu, ia tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi. Ia tidak tenang, air mata bercampur dengan keringat bercucuran, hingga tidak bisa dibedakan sama sekali. Kemudian ia mengingat bahwa ia selalu bercerita pada ibu Surya untuk masalah apapun itu. Ia langsung mengambil ponsel dalam tasnya dan menghubungi ibu Surya.
"Halo, Jeng! Ada apa, Jeng telpon saya biasanya tidak menelpon jam segini?" ibu Surya bertanya, karena baru setengah jam yang lalu ia bergi berlalu dari rumah ibu Veni dan kini ibu Veni sudah menghubunginya membuat ia bertanya-tanya dalam hati.
"Jeng!" ujar ibu Veni lirih, terdengar jelas kalau ia sedang dalam kondisi yang tidak baik, ia baru saja menangis sehingga suaranya terdengar sedikit serak basah.
"Eh, Jeng! Kamu kenapa? Kenapa menangis!" ibu Surya sangat terkejut dengan lilih suara ibu Veni, ia langsung menanyakan apa yang sudah terjadi sehingga ibu Veni menangis.
"Jeng, Rania kecelakaan!" satu kalimat itu membuat ibu Surya yang sedang dalam perjalanan langsung menginjak Rem untuk tiba-tiba menghentikan perjalanan itu, ia sudah mengatakan pada awalnya kalau ia ingin pergi ke suatu tempat untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan penting, seputar pernikahan Ditto dan Hana. Sebelum ia sampai di tempat tujuan ia sudah dikejutkan dengan kabar kacelakaan yang menimpa Rania, perempuan yang ia inginkan menjadi menantunya.
"Kenapa bisa? Jeng sekarang ada di rumah sakit mana?" ia ingin segera pergi untuk menjenguk Rania.
"Aku share lokasi ya, Jeng!" ujar ibu Veni, ia mengirim lokasinya dengan menggunakan media social whatsapp. Ibu Surya yang sudah menerima lokasi itu langsung bergegas kesana untuk menyusul ibu Veni.
"Astaga, Rania kenapa bisa gini Nak? Tante tidak mau kehilangan Rania!" ujarnya dalam hati, walau tidak sehancur hati ibu Veni, ia juga menangis saat di perjalanan, apalagi ketika ia sedang melewati lokasi kecelakaan itu yang ia tau pasti kalau itu adalah lokasi kecelakaan yang menimpa Rania, ia melihat plat mobilnya sama persis dengan plat mobil Rania.