Chereads / Lingkaran Setan CEO Tampan / Chapter 16 - Kebohongan Mereka

Chapter 16 - Kebohongan Mereka

Tak lama setelah itu, Ditto sudah sampai di sana untuk melihat kedaan Rania. Ia berjalan dengan sangat tergesa-gesa tak sabar ingin segera melihat keadaan Rania. Ia menghubungi sang ibu untuk menanyakan kamar rawat yang digunakan oleh Rania. Setelah ia tau, ia langsung menuju tempat itu, memikirkan hal terburuk yang sudah terjadi pada Rania.

"Mah!" ujarnya ketika ia melihat ibunya duduk di luar ruangan itu, dengan wajah tertekuk sedih.

"Sini Ditto!" jawab ibu Surya.

"Bagaimana keadaan Rania, Mah?" tanyanya dengan sangat panik. Ibu Surya mengeluarkan air mata kebohongan dan meminta Ditto untuk duduk di sampingnya agar ia bisa mengatakan apa yang terjadi pada Rania dengan sangat mudah tidak perlu dengan nada tinggi.

"Rania … huuu, Rania lumpuh total, Nak!" jawabnya dan langsung meneruskan tangisan kebohongannya, sungguh tega seorang ibu berbohong pada anaknya sendiri tanpa memikirkan perasaan Ditto.

"Ya ampun, Rania, kasihan sekali kamu! Ditto tidak menyangka kalau Rania akan mengalami ini semua, Mah!" ujar Ditto terkejut mendengar bahwa Rania, orang yang paling ia sukai selama ini sudah lumpuh dan tidak akan bisa menjalani aktivitas yang biasa ia lakukan sepanjang hidupnya. Rasa kasihan, rasa sedih dan rasa bersalah karena tidak bisa membantu apa-apa pada Rania terkumpul menjadi satu dalam hati dan pemikiran Ditto.

Wajahnya yang terlihat sangat kasihan pada Rania, disadari oleh sang ibu, ia mulai merasa kalau itu adalah waktu yang tepat untuk bisa meminta sang anak menikahinya dengan mengatakan semua hal yang terjadi hingga kecelakaan itu timbul, sedikit bumbu kebohongan di dalamnya. Menambahi kejadian itu untuk membuat Ditto semakin merasa bersalah dan tidak akan pernah bisa menolak permintaannya untuk menerima Rania sebagai istrinya walaupun itu hanya sekedar istri sirih yang artinya sah secara agama, tetapi tidak secara Negara yang penting untuk mereka adalah ketika Rania sudah mempunyai ikatan dengan Ditto selanjutnya bagaimana usaha Rania memenangkan hati Ditto sehingga perrgeseran tahta terjadi di dalam kehidupan Hana.

"Kamu tau mengapa kecelakaan ini terjadi?" ia menanyakan hal yang tidak mungkin diketahui oleh Ditto karena ia memang benar-benar tidak tau apa-apa. Ditto sempat kebingungan dengan pertanyaan itu, mengapa ibu Surya malah menanyakan hal itu padanya padahal semua kejadian ini ia ketahui dari dirinya sendiri.

"Tidak! Ditto tidak tau sama sekali, Mah! Bahkan Ditto tau akan hal ini kan dari Mama sendiri!" jawabnya bingung, ibu Surya langsung mengeluarkan senyuman aneh seperti ia sangat puas karena pada saat itu ia bisa langsung memulai ke poin yang direncanakan.

"Itu semua karena kamu!" sambungnya, pernyataan itu benar-benar tidak mudah diterima oleh Ditto karena ia merasa tidak ada hal yang bersangkutan dengannya tentang kecelakaan yang menimpa Rania. Ia bahkan sudah beberapa minggu tidak pernah bertemu dengan Rania karena setelah ia tau kalau ia harus menikah dengan Hana, ia langsung menutup semua hati dan matanya pada perempuan lain. Ia tidak mau menyimpan rasa cinta di hatinya untuk Rania karena ia tau hati itu sekarang harunya menjadi milik sang calon istri yaitu Hana.

"Maksud Mama? Ditto bahkan tidak pernah menemui Rania sejak tau kalau Ditto harus menikah dengan Hana, pilihan Mama!" serunya, karena yang ia tau adalah hal itu dan saat itu ia sangat yakin kalau ia tidak melakukan apapun yang membuat Rania mengalami kecelakaan itu.

"Ditto, Rania sangat mencintaimu! Setelah ia tau kalau kamu akan menikah dengan wanita kampung itu!"

"Hana, Mah!" ia menegaskan kalau sang ibu harus menyebut nama Hana, bukan malah mengatakan wanita kampung itu, ia tau kalau dalam pernikahan yang tidak dikehendaki ini tidak ada kesalahan Hana, semua ini adalah pure kesalahannya yang sudah lalai menjaga perusahaan yang diembankan kepadanya. Harusnya ia tidak akan menganggah kalau semua ini adalah salahnya jika memang ia tidak harus menikahi Hana karena uang tersebut.

"Oke Fine! Hana! Rania merasa sakit hati ketika ia tau kalau kamu akan menikahi Hana, kamu tidak tau apa yang ia rasakan selama ini padamu!" sambungnya, setelah ia memperbaiki kata wanita kampung menjadi nama Hana. Ditto terdiam untuk beberapa saat, ia tidak menyangka walau hanya selintas pikiran saja kalau ternyata Rania juga sangat mencintai sama seperti ia mencintai Rania, ia langsung duduk berlahan dan meneteskan air matanya. Untuk pertama kali ibu Surya melihat anaknya menangis karena wanita. Ia langsung mencoba menenangkan Rania, ia juga sebenarnya merasa sedih atas apa yang dialami oleh sang putra, hanya saja matanya lebih tertarik dan lebih kasihan enggan untuk menerima kalau perusahaan penghasil kekayaannya itu bangkrut.

"Tenang, Nak! Mama juga baru saja tau akan hal ini, dan merasa sangat bersalah karena semua ini Rania sekarang sudah tidak bisa berjalan lagi. Sangat kasihan!" ujarnya, ia membuat scenario seakan Rania memang benar-benar tidak bisa berjalan lagi.

"Lalu apa tidak ada jalan lain, terapi mungkin untuk bisa membuat Rania berjalan kembali?" tanya Ditto, ia masih saja memikirkan hal apa yang bisa mereka lakukan untuk membuat Rania berjalan kembali, namun bukan itu jawaban atau pun pertanyaan yang dinantikan oleh sang ibu. Ibu Surya menginginkan Ditto langsung menawarkan diri dan menanyakan apa yang harus ia lakukan untuk bisa membuat Rania merasa terhibur.

Ibu Surya langsung menggelengkan kepalanya seakan ia sudah merasa putus asa karena tidak ada lagi jalan keluar dari permasalahan ini, Rania sudah tidak bisa berjalan lagi dengan cara apapun yang diusahan hanya akan mengakibatkan banyaknya biaya yang keluar, tapi tidak akan pernah bisa bisa berhasil.

"Tidak ada! Tidak ada jalan yang bisa dilakukan, Nak! Ditto, Mama ingin kamu menikahinya!" buarrr, permintaan yang sangat membuat Ditto terkejut, ia yang beberapa hari ini akan melakukan pernikahan dengan Hana kini diminta untuk menikahi Rania pula. Siapa yang akan ia nikahi sebenarnya, ia pun bingung dengan hal itu, terlalu banyak dan sungguh berat permintaan sang ibu. Tidak punya hati, licik dan penuh dengan hati keiblisan itulah saat itu yang ada pada diri ibu Surya.

"Mah! Mama masih waras kan?" tanya Ditto karena sangat terkejut dengan permintaan sang ibu yang tentu tidak mudah dan bahkan kalau dipikirkan dengan hati nurani tidak akan pernah mungkin bisa dilakukan oleh siapa pun.