"Kamu. Tuan telah pergi. Bisakah kamu duduk untuk minum air?" Pelayan itu bertanya saat dia berjalan menghampiri ke arah tempat tidur Rey.
Mata Rey yang terpejam erat sebelumnya, perlahan membuka. Hanya saja, tatapan mata itu hampa akan emosi layaknya air yang tenang.
Pelayan itu menghembuskan napas dalam, "Meskipun saya tahu apa yang telah Tuan lakukan padamu, saya mohon padamu, jangan salahkan dia karena..."
~~~~
Rey terbangun dengan tiba-tiba dari tidurnya. Ketika dia hampir terlelap lagi, dia mendengar suara di dalam kamar itu.
"Oh... Kau sudah bangun?" Tanya manusia serigala itu. Dia duduk di kursi dekat jendela sambil menatap Rey.
'Sudah berapa lama dia di sana?' Rey bertanya-tanya dalam diamnya.
"Kau pikir aku tidak sadar kalau kau berpura-pura tidur?" Suara manusia serigala itu dipenuhi dengan amarah.
Rey tetap terdiam.
"Bicara!!" Manusia serigala itu berdiri dan langsung menaiki tubuh Rey.
Rey mengangkat tangannya dan meletakkannya ke dada si manusia serigala saat dia merasakan emosinya. Lalu dia perlahan berkata dengan tersendat, "Kamu sangat... menyedihkan."
Kata-kata itu menusuk langsung ke hati manusia serigala itu seperti sebuah pisau yang dingin.
"Kau ingin mati..."
"UHHGG!!" Manusia serigala itu menyodokkan batang miliknya ke lubang Rey tanpa pelumas apapun.
Tapi yang lebih mengerikan adalah batang milik manusia serigala itu membesar dengan tiba-tiba. Lubang Rey yang sempit dan sulit untuk bisa menerima batang milik si manusia serigala sekarang terkoyak lebih lebar lagi di bawah sodokan yang mengerikan itu. Mulut Rey terbuka setengah, tapi tidak ada suara yang keluar. Kemudian dia menatap manusia serigala yang sekarang sudah berubah sepenuhnya menjadi bentuk binatang buas-nya.
Dihadapan Rey saat ini adalah seekor serigala raksasa berbulu abu-abu!!
"TIDAK!!!!" Jerit Rey dengan ketakutan.
Batang milik serigala yang sangat besar itu ditarik hampir sepenuhnya keluar, menarik otot-otot lubang Rey dengan darah yang membungkus di sekitar batang miliknya.
Lalu, serigala itu membungkukkan badannya, memusatkan tenaganya di pinggangnya dan menghantamkan batang miliknya jauh ke dalam lubang milik Rey.
~~~~
Beberapa saat kemudian, serigala itu sedikit terengah-engah saat dia selesai melepaskan hasratnya pada Rey. Dia mengarahkan pandangannya pada pria yang sekarang hampir mati di atas tempat tidurnya. Kilasan rasa menyesal muncul di mata berwarna hitamnya, tapi menghilang saat itu juga.
Saat dia berubah kembali ke bentuk setengah manusianya, dia bertanya-tanya.
Setiap kali dia berubah dalam bentuk binatang buas seutuhnya, dia bisa memaksimalkan kekuatannya sampai pada batasnya. Akan tetapi, berubah ke bentuk itu bukanlah pilihannya utamanya. Dia tidak bisa berubah bentuk dengan kemauannya sendiri. Biasanya, hanya saat-saat hidupnya dipertaruhkan saja baru dia bisa berubah bentuk dari manusia serigala menjadi binatang buas seutuhnya.
'... Kenapa? Kenapa aku bisa kehilangan kendali hanya karena seorang manusia?' Geram manusia serigala itu. Dia melompat turun dari tempat tidur dan meninggalkan kamar itu.
~~~~
Di bagian paling tinggi dari istana tua itu, si manusia serigala sering duduk sendirian di pinggiran menara untuk merenung.
Pada saat itu, bulan berwarna putih keperakan tergantung tinggi di atas langit, bulan itu jaraknya terlihat sangat dekat seakan berada dalam jangkauan tangan.
Cahaya bulan menyinari gelapnya malam. Angin berhembus, bergemerisik melalui pepohonan. Binatang-binatang liar bisa terdengar sedang melolong tidak jauh dari situ.
'Dunia ini adalah tempat tinggalku'. Pikir manusia serigala itu menetapkan hatinya.
Hari-hari selanjutnya berlalu dengan manusia serigala yang selalu muncul di dalam kamar Rey. Dia tidak peduli dengan seberapa buruk luka yang berada di tubuh Rey, dia terus-menerus menyiksanya setiap malam tanpa henti. Luka Rey semakin memburuk tiap harinya karena luka sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk sembuh meski sedikit pun sampai muncul timbul luka baru lainnya.
Selama berlalunya waktu, teriakan Rey mulai berkurang. Setiap kali dia disiksa, dia akan mengubur kepalanya ke dalam bantal, meredam kesedihan dan rasa sakitnya jauh di dalam hatinya. Rey tidak akan lagi menunjukkan emosinya kepada manusia serigala itu.
Akhirnya, manusia serigala itu menyadari sikap tidak biasa dari Rey. Hari-hari yang penuh penyiksaan yang diberikannya telah membuat Rey hampir tidak bisa bertahan, setiap napas yang Rey ambil kini menjadi sebuah keharusan agar tetap hidup dan tersadar. Yang berbeda saat ini adalah meskipun awalnya Rey trauma, ekspresi yang ditunjukkan Rey sekarang adalah ekspresi damai. Manusia serigala itu kini merasa bahwa permainan ini mulai membosankan. Akan tetapi, manusia serigala itu menyadari bahwa dia tidak bisa menatap langsung pada mata Rey yang dipenuhi dengan kehampaan.
Sepasang mata milik Rey sama sekali tidak menunjukkan emosi apa pun, rasa takut tidak lagi terlihat di dalam kedua mata itu.
Lebih tepatnya, sejak Rey diberitahu kalau Wolfie telah mati, semua reaksi yang diberikan Rey di luar ekspetasi si manusia serigala.
"Tidakkah kau membenci dirimu sendiri? Kau yang menyebabkan kematiannya, bukan?" Kata manusia serigala itu.
Rey hanya tertawa pelan pada pertanyaan yang diberikan oleh manusia serigala.
"Apa kau sudah gila?" Manusia serigala itu memperhatikan Rey dengan bingung.
"Aku tidak gila. Ironisnya, kamu baru saja memberitahuku kalau di dunia ini ada seseorang yang sungguh-sungguh mencintaiku. Dia sangat bodoh, cengeng dan benar-benar ceroboh... Tapi, dia bersedia mati untukku." Ketika kata-kata itu selesai diucapkan, Rey mulai batuk berdarah dengan keras. Manusia serigala itu menangkapnya dengan cepat saat tubuh Rey limbung.
"Hah..." Rey menghela napas. Dia mengusap bibirnya dengan punggung tangannya lalu menoleh untuk menatap manusia serigala itu dan tersenyum padanya, "Aku tahu kalau aku hampir mati... Aku berjanji padanya... Kalau aku akan menemukannya... Lalu... Aku akan tinggal bersamanya selamanya..."
Air mata bergulir di pipi Rey lalu dia jatuh pingsan di hadapan manusia serigala.
"Tidak... Kau, kau tidak diijinkan untuk mati!! Aku tidak mengijinkanmu untuk mati!!" Manusia serigala itu berteriak dengan keras meskipun tangannya dengan panik memegang pria itu.
Pelayan yang berada di dekat situ datang dengan panik dan langsung menghampiri mereka.
"Kesehatannya sangat memburuk hingga menyebabkan pendarahan dalam paru-parunya. Tuan, bagaimana bisa kondisinya sampai seperti ini?" Kata pelayan itu setelah memeriksa kondisi Rey.
"... Selamatkan dia." Titah manusia serigala itu dengan tegas.
"Baik, Tuan." Pelayan yang memiliki pengetahuan yang luas itu dengan cepat mencoba untuk memberikan obat pada Rey dengan tujuan untuk menghentikan pendarahannya.
Manusia serigala itu menunggu dengan gelisah disebelah pelayannya. Dia mengepalkan tinjunya dengan kuat saat dia melihat darah menodai bibir Rey.
Pelayan itu mengobati seluruh tubuh Rey sepanjang malam ini. Akhirnya, saat fajar telah menyingsing, Rey berhenti mengeluarkan batuk yang bercampur dengan darah dan sekarang sedang pulas terlelap.