"Tuan," Pelayan itu menghapus keringatnya dengan lengan bajunya. "Saya harus memeriksa luka di bagian bawah tubuhnya, saya butuh bantuan Tuan agar saya dapat membubuhkan obat disitu." Lanjutnya dengan tangan membawa sebuah botol obat untuk luka Rey.
"Apa kau bilang?" Tanya manusia serigala itu dengan tajam.
Pelayan itu merasa bingung dengan pertanyaan dengan nada tidak suka dari manusia serigala itu, jadi dia mengulanginya, "Saya butuh bantuan Tuan untuk membantu saya membuka bagian bawahnya agar saya dapat membubuhkan obat disitu."
"Aku tidak mengijinkan!" Kata manusia serigala itu dengan tegas.
"Tuan? Obatnya harus diberikan agar dapat meredakan-" Pelayan itu berniat untuk menjelaskan pada manusia serigala namun segera dipotong oleh manusia serigala itu.
"Aku tidak mengijinkanmu untuk menyentuhnya!" Kata manusia serigala itu dengan gusar.
"..." Pelayan itu terkejut sesaat sebelum akhirnya dia memberikan botol obat yang digenggamnya kepada manusia serigala itu.
"Kalau begitu... Tolong Tuan berikan obat ini pada lukanya sendiri." Kata pelayan itu. Pelayan itu lalu meninggalkan ruangan, setelah sepanjang malam dia merasakan kelelahan karena mengobati Rey, pelayan itu meninggalkan tuannya si manusia serigala dengan tatapan bingung.
Setiap kali manusia serigala itu menyiksa Rey, waktu yang dilakukannya selalu saat malam hari, jadi manusia serigala itu tidak pernah memperhatikannya dengan benar sebelumnya.
Ketika dia melangkah untuk mendekati Rey yang tidak sadarkan diri, manusia serigala itu menyadari bahwa Rey telah kehilangan berat badan dengan sangat drastis. Manusia serigala itu menarik selimut Rey lalu dengan lembut mengangkat kedua kaki Rey.
Meskipun manusia serigala itu tidak asing lagi dengan luka yang berada di tubuh Rey, pemandangan dihadapannya ini masih membuatnya terkesiap kaget.
'Kenapa... Kenapa para manusia sangat lah rapuh? Luka yang telah kubuat pasti sangat mematikan buat manusia.' Katanya dalam hati.
"Wolfie" Rey bergumam pelan dalam mimpinya.
"!!" Manusia serigala yang mendengar gumaman pelan Rey merasa tidak yakin dengan apa yang dia rasakan saat ini. Dia merasa sangat frustasi sampai-sampai dia ingin membangunkan Rey dan menyiksanya lagi. Tapi selain rasa marah yang timbul dihatinya, ini adalah pertama kalinya dia mengalami bagaimana rasanya patah hati.
Hari berlalu dengan lambat, tapi manusia itu tidak pernah bangun sekali pun.
"Sudah terlambat. Tuan, dia tidak lagi memiliki keinginan untuk hidup." Kata pelayan itu dengan rasa sesal.
Mereka telah melakukan segala hal yang mereka bisa dan sekarang semua harapan yang mereka miliki telah hilang.
Manusia serigala itu mengabaikan kata-kata pelayannya. Dia menggenggam erat tangan Rey dan menghirup napas dalam-dalam.
"Dengar, ini mengenai Wolfie, dia masih memiliki harapan lagi." Nama dari pria lain itu susah untuk diucapkan oleh manusia serigala. Suara dengan kesan dalam milik manusia serigala itu menggema di semua penjuru ruangan, "Perjanjian kami akan lenyap saat Raja Salem menghilang. Jika kau ingin menyelamatkan Wolfie, bangunlah sekarang! Bangun! Kau mendengarku?!" Teriak manusia serigala itu. Tangan yang menggenggam tangan Rey kini semakin erat dengan penuh harapan.
~~~~
Angin malam yang dingin berhembus melewati rerumputan di tanah yang mengelilingi istana dengan suasana yang terkesan suram saat manusia serigala itu berdiri sendirian di menara yang paling tinggi.
Manusia serigala itu sedang memandang daratan yang berada di hadapannya, seperti yang telah dia lakukan selama ribuan tahun silam ini.
Di sisi lain dari istana tua itu, mungkin karena kata-kata manusia serigala itu sebelumnya mengenai Wolfie, kondisi Rey kini mulai pulih dengan pelan dan bertahap.
Terkadang, Rey akan terbangun dari mimpinya dan kembali tertidur dengan cepat lagi karena tubuhnya yang masih sangat lemah.
Rey kini tidak bisa lagi menghitung jumlah siang dan malam yang telah berlalu. Namun, yang dia ketahui adalah setiap kali dia tersadar dia tidak pernah sekalipun melihat manusia serigala itu.
"Kamu sudah bangun?" Kata pelayan itu dengan lembut. Saat fajar menyingsing, pelayan itu membuka gorden jendela besar yang berada di ruangan itu, membiarkan cahaya matahari bersinar masuk ke dalam ruangan melalui panel kaca.
"Hari ini cuacanya sedang bagus, apakah kamu mau makan sesuatu?" Pelayan itu bertanya dengan pelan.
Rey menggelengkan kepalanya untuk menolak tawaran si pelayan. Setiap Rey terbangun dari tidurnya, pelayan tua itu akan muncul disisinya dan terus kembali merawatnya. Rey merasa bersyukur pada pelayan itu.
"Akan lebih baik lagi jika kamu bangun dan menggerakkan badanmu meskipun itu sedikit dan sebentar," Kata pelayan itu saat dia menuangkan secangkir teh yang memilik aroma wangi dan berwarna merah untuk Rey.
"Terima kasih." Kata Rey menerima cangkir teh itu dan mulai menyisipnya dengan pelan.
"Lemari pakaiannya ada di sebelah sana. Pakailah pakaian mana pun yang kamu suka. Pakaian itu milik Tuan." Kata pelayan itu menunjuk sebuah lemari besar yang berada di sudut ruangan. "Oh, apakah kamu mau gula untuk tehnya?" Tawar pelayan itu dengan menunjukkan wadah gula pada Rey.
"Tidak, tidak perlu, terima kasih." Kata Rey pelan. Lalu dengan tiba-tiba dia teringat sesuatu sehingga dia menambahkan pertanyaan yang ada di benaknya pada pelayan itu, "Ketika kepalaku sedang kacau saat itu, aku pikir aku telah mendengar seseorang menyebutkan sesuatu tentang Wolfie, dia bilang kalau-"
"Ya, itu betul." Pelayan itu memotong kalimat Rey dan tersenyum lalu dia melanjutkan, "Saat Raja Salem menghilang nanti, perjanjian yang telah diberikan pada semua Binatang Buas akan lenyap saat itu juga. Saat waktu itu tiba, Wolfie akan hidup kembali seperti sebelumnya."
Sebuah harapan kini menyala dan terlihat di mata Rey, tapi Rey tidak menyadari rasa khawatir yang berada dibalik senyum pelayan itu.
'Momen ketika Raja Salem menghilang adalah hal yang sangat mustahil... Selain itu, jika manusia ini meninggalkan Istana Keganasan yang dijaga oleh tuan, itu artinya tuan akan...' Pikir pelayan itu dengan sedih. Pelayan itu segera menghibur dirinya sendiri dan dia langsung mengenyahkan pikiran-pikiran negatifnya itu. 'Tapi sejak manusia ini muncul, kini tuan lebih seperti manusia seperti sebelumnya.' Lanjutnya dalam hati.
"Berpakaianlah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu." Kata pelayan itu dan segera menutup pintu di belakangnya. Rey turun dari tempat tidur dengan perlahan dan langsung melangkah menuju lemari pakaian besar yang berada di sudut ruangan itu.
Lemari pakaian itu dibukanya, semua isinya adalah pakaian-pakaian yang terkesan mewah dan indah. Pakaiannya itu memiliki ukuran yang sedikit lebih besar daripada ukuran tubuh Rey tapi bahan dan pembuatannya sudah pasti kelas atas.
Rey mulai bertanya-tanya seperti apa wajah pemilik dari pakaian-pakaian mewah dan indah ini.
Rey langsung memilih baju yang terlihat paling sederhana di antara baju lainnya berwarna putih yang dihiasi dengan bulu beludru di sekeliling bajunya itu.