Chereads / SUAMI BUAH DENDAM / Chapter 19 - Sekolah yang Sama

Chapter 19 - Sekolah yang Sama

"Cha, lo mau ke Kantin gak?" tanya Deta kepada Prisya saat mereka ingin pergi ke Kantin.

Prisya menganggukkan kepalanya. "Yuk," ajak Prisya yang memang dirinya juga merasakan yang namanya lapar. Kali ini Prisya tidak ingin menahan rasa laparnya, hanya karena dirinya malas untuk berjalan-jalan. "Bentar," tahan Prisya saat merasa kalau handphone-nya bergetar.

Mereka dengan santai menghentikan langkah kakinya. Alis Prisya mengernyit melihat siapa orang yang sekarang menghubunginya, Prisya merasa tidak percaya dan juga tanda tanya akan alasan utama yang membuat orang itu menjadi menghubunginya.

"Hallo Mah, ada apa?" tanya Prisya dengan perlahan.

"Mamah ada di Sekolah sekarang," jawab Mamahnya dengan nada yang santai. Kali ini Mamahnya memilih untuk datang sebagai orang tua Prisya sebab merasa tidak terima dengan pernyataan yang sudah Prisya ucapkan tadi.

Di mana sebelumnya Prisya mengatakan kalau tidak ada yang datang sebagai orang tuanya, maka dirinya akan mengatakan kalau orang tuanya sudah tidak ada. Mamahnya merasa tidak terima akan hal itu, sebab dirinya masih merasa kalau dirinya ada.

Sebegitu sulit kah Prisya ingin bersama dengan orang tuanya? Ya, kurang lebih seperti itu.

Sebenarnya Prisya juga sudah beberapa kali menyinggung orang tuanya, tapi terkadang di lain waktu mereka tetap abai dengan apa yang sudah Prisya ucapkan. Sekarang mungkin sedang ada sebuah kebaikan yang menghasut pikiran Mamahnya, sampai akhirnya memilih untuk mengalah.

"Mamah di mana sekarang? Biar aku ke sana, soalnya nanti kalau muter-muter cape." Prisya mengalah dan akan memilih untuk menemuinya.

"Mamah ada di deket lapang gerbang utama, iya ke sini saja takut nyasar." Alasan utama yang membuat Mamahnya menghubungi Prisya bukan untuk semata-mata mengatakan kalau sekarang dirinya datang untuk memenuhi panggilan dari pihak BK, melainkan ingin Prisya menemuinya dan mengantarnya ke BK.

"Oke, aku ke sana sekarang." Setelah itu sambungan langsung Prisya putus.

"Oh, orang tua lo harus ke Sekolah?" tanya Novi.

Prisya menganggukkan kepalanya. "Iya," jawab Prisya dengan cukup jujur.

"Tumben Nyokap lo mau datang?" tanya Dita dengan santai.

Kedua bahu Prisya terangkat acuh. "Gak tahu, mungkin lagi kesambet." Prisya menjawab dengan nada yang begitu enteng. "Oh ya, gue mau nyamperin Nyokap. Kalian bertiga duluan aja deh," ujar Prisya.

*****

Dengan santai Prisya menyalami tangan Mamahnya. Sebenarnya Prisya itu begitu baik, apalagi kepada orang tuanya, hanya saja Prisya akan berubah saat dirinya ingat bagaimana mereka memilih bersama dengan kekasih mereka dan meninggalkan dirinya.

Prisya bukan orang yang bisa dengan mudah memaafkan sebuah kesalahan, terlebih kesalahan itu sangat membekas dalam dirinya. Prisya akan selalu mengingatnya dan hal ini adalah alasan utama kenapa Prisya menjadi begitu tidak menyukai Mamah serta Papahnya, terlebih Mamah serta Papah tirinya.

Terhantui oleh kejadian yang sama sekali tidak dia sukai membuat dirinya merasa begitu tersiksa, sehingga masih ada sebuah pemikiran kalau dirinya ingin menghancurkan Rumah Tangga mereka yang baru dan masih ada sebuah harapan dalam diri Prisya agar kedua orang tuanya bisa kembali bersama.

Semua perpisahan yang tidak diinginkan akan membawa dampak tersendiri ke dalam kehidupan.

Hal ini juga berlaku terhadap Prisya di mana dirinya terkena dampak dari sebuah perpisahan kedua orang tuanya, tapi siapa sangka kalau dampaknya sampai sejauh ini? Prisya menjadi begitu berubah dan sangat berbeda dengan aslinya, mungkin lebih tepatnya dengan sebelumnya.

Di mana semula Prisya adalah anak yang penuh dengan kelembutan, sikapnya yang baik hati, dia yang rajin dalam belajar, dan hal baik lainnya. Sekarang? Sekarang dia sudah berkebalikan. Prisya yang sekarang penuh dengan sikap yang kasar, hati yang menaruh banyak dendam dan pelajar yang begitu malas serta sering berbuat onar.

Kenapa bisa sampai seperti ini?

Awalnya berasal dari Papahnya yang sering ketahuan selingkuh, membuat Mamahnya sedih, sering bertengkar, sampai Mamahnya merasa begitu depresi. Siapa sangka hal ini ternyata malah membuat Mamahnya juga jatuh ke lubang yang sama.

Hal yang awalnya hanya bermula untuk membuat Papahnya panas hati dan akhirnya berhenti dari kebiasaannya yang seperti itu membuat Mamahnya ketagihan dan malah sebuah hal tidak terduga ternyata sudah mereka lakukan sebelum mereka resmi menjalin sebuah pernikahan.

Pertengkaran seolah menjadi menu harian dan agenda rutin dalam keluarga Prisya, dirinya menyaksikan semuanya. Papahnya yang sudah tidak bisa dihentikan dari sebuah tindakan yang dianggap benar terlebih Mamahnya yang sudah melakukan sebuah hubungan di luar pernikahan membuat Mamahnya lebih dahulu menikah sebab sudah ada janin di dalam perutnya.

Hal yang sama terulang, di mana dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri orang yang berstatus sebagai Papahnya sedang berduaan dengan perempuan yang berbeda dari sebelumnya di kamar dengan kedua tubuh yang sama-sama tidak tertutupi.

Usianya yang baru beranjak dewasa dan baru mengenal bau-bau cinta harus dihadapkan dengan sebuah cinta yang seperti ini? Cinta yang dalam pandangannya itu begitu buruk, karena dua orang yang seharusnya memberikan cinta untuknya malah memberikan luka yang mendalam di hatinya.

"Mah, dari sini Mamah ke BK duluan bisa gak? Aku ke belet soalnya," ucap Prisya yang merasa ada sesuatu yang tidak enak dalam dirinya.

"Di mana Ruangannya?" tanya Lina.

"Dari sini Mamah tinggal lurus kok, itu di depan Ruang BK." Prisya menjelaskan sambil menunjuk ke arah Ruang BK.

Lina menganggukkan kepalanya dengan santai. "Ya udah sana kamu ke Toilet dulu," ujar Lina.

"Iya Mah," ujar Prisya.

Setelah itu Prisya langsung melangkahkan kakinya ke arah yang berbeda dengan arah Lina. Dengan cukup terburu-buru Prisya berjalan menuju ke arah Toilet. Rasanya apa yang sudah ingin keluar sekarang tidak bisa ditahan lebih lama lagi dan hal ini cukup membuat dirinya merasa kesal.

Dbuph

Prisya dan juga seorang wanita yang baru saja keluar dari Toilet bertabrakan dengan Prisya. Mata Prisya begitu membelalak melihat siapa wanita yang sekarang tengah berada di hadapannya, wanita itu juga membelalakkan matanya dan penuh kekesalan.

"Lo sedang apa di sini?" tanya Prisya dengan nada bicara yang cukup kaget, tapi bingung dengan alasan yang membuat orang yang cukup dia benci berada di Sekolahnya.

"Anak saya bersekolah di sini. Jadi, tidak heran jika saya bisa ada di sini." Wanita itu menjawab dengan nada yang penuh keseriusan sambil menatap Prisya dengan tatapan yang menunjukkan watak aslinya.

Mendengar kalau anak dari wanita yang berada di hadapannya bersekolah di sini membuat Prisya tersenyum miring. "Ada di sini ya? Bagaimana kalau nanti gue akan berteman dengannya? Sepertinya akan terasa cukup menyenangkan."

Prisya berucap dengan nada yang begitu ringan disertai dengan sebuah senyuman yang tidak bermakna baik. Untuk masalah Prisya yang berbicara dengan kata gue-lo padahal orang yang ada di hadapannya lebih tua, karena di mata Prisya orang itu sama sekali tidak layak untuk dia hormati terlebih sekarang mereka tengah berduaan.

"Kamu mau ngapain dengan anak saya?" tanya wanita itu dengan ekspresi yang terlihat semburat ketakutan.