Chereads / Wanita Superku / Chapter 21 - 21. Salah Paham

Chapter 21 - 21. Salah Paham

Di saat Frans dan para anak buahnya tengah fokus pada Erick, Joe tidak menya-nyiakan kesempatan. Dengan cepat tanganya merogoh pistol yang sengaja dia sematkan di balik jasnya. Dengan pergerakan tangan yang sangat gesit dia segera menembak tepat ke arah beberapa anak buah frans. Dor, Dor, Dor, suara tembakan beruntun terdengar memekikkan telinga mereka. Joe dengan cepat memuntahkan tiga peluru yang berasal dari pistolnya hingga ketiga anak buah frans tumbang seketika. Rega yang tidak pernah berada di situasi ini pun, tubuhnya jadi bergetar dan mematung karena ketakutan. 

Dor.

"Aaaarrrgh." Frans meringis kesakitan saat tangannya terkena muntahan peluru dari pistol milik Joe hingga pistol yang ia pegang pun terjatuh. 

Erick yang melihat kesempatan tidak menyia-nyiakan hal itu, dengan gerakan cepat ia melayangkan kakinya menendang uluh hati Frans dengan kuat hingga tubuhnya terjungkal dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya. 

khuk, khuk, khuk, Frans terbatuk dengan mulut mengeluarkan darah segar. "Brengsekk!" Umpatnya, Frans mencoba bangkit namun sebelum ia berhasil bangkit Erick menutar tubuhnya dan kembali melayangkan tendangan mautnya ke arah wajah Frans hingga wajah Frans terhempas dan mulutnya mengeluarkan darah kembali. 

Para anak buah Frans yang melihat bosnya terpojok, bergegas menghampirinya untuk membantu bosnya dari serangan Erick. Namun sebelum mereka berhasil mendekat, Erick yang memiliki pendengaran sangat jeli pun dapat mengetahui dengan mudah kalau ada orang yang sedang berlari dari arah belakangnya hendak menyerangnya.

Buugh. Dengan sigap Erick membalikan tubuhnya dan meloncat memberikan tendangan mautnya yang tepat mengenai uluh hati salah satu anak buah Frans yang hendak menyerangnya. Lalu dia melayangkan pukulannya lagi ke arah anak buah Frans yang lain. Buuugh, salah satu gigi anak buah Frans terlempar jauh dari sarangnya bersamaan dengan darah yang mencuat melalui mulutnya. Erick meluapkan semua amarahnya yang sudah memuncak dan tidak bisa ia tahan lagi saat melihat wanitanya yang masih belum sadarkan diri. Entah apa yang dilakukan mereka pada Naira, pikirnya. Yang terpenting saat ini dia harus menyelematkan Naira dahulu, meski dia masih merasa sakit hati karena Naira telah melupakan dirinya dan memilih untuk bersama pria lain. Sementara Joe dan Keil juga terlihat sedang sibuk baku hantam dengan beberapa anak buh Frans yang lain. 

Frans yang melihat ada peluang baginya untuk kabur, dia segera berlari ke arah mobilnya dan masuk untuk melajukan mobilnya meninggalkan para anak buahnya. "Munduuurrr." Teriaknya, sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan para anak buahnya yang sedang mempertaruhkan nyawa mereka demi dirinya. 

Wah bisa-bisanya bos meninggalkan kita di antara para macan ini, pikir anak buah Frans yang berlari berhamburan hendak menyelamatkan diri. Bahkan mereka saling bertabrakan saat berlari menuju mobil mereka. 

"Sial. Mereka kabur Keil." Teriak Erick geram. 

"Jangan Er, biarkan saja mereka." Joe menahan lengan Erick yang hendak mengejar Frans dan anak buahnya. "Yang terpenting saat ini adalah keselamatan Naira." Ucapnya lagi untuk meyakinkan Erick. 

"Ah, Naira." Untuk sejenak, Erick malah melupakan Naira yang masih tergeletak di tanah. 

"Sayang, kau tidak apa-apa?" Erick menepuk-nepuk pelan pipi Naira, berharap bisa membangunkannya namun sayang tidak ada respon dari Naira. 

"Joe, bawa kekasihnya itu ke mansion." Titah Erick menunjuk ke arah Rega dengan dangunya, sedangkan tangannya sudah mengangkat tubuh Naira dan membawanya masuk ke dalam mobil. 

"Eh t-tunggu. Siapa yang kekasih siapa?" Tanya Rega kebingungan. 

"Lebih baik anda ikut saja dengan kami tuan. Tenang saja, bos kami tidak akan menyakiti kekasih anda." Ucap Joe sedikit menyeret tangan Rega karena tubuhnya masih mematung di tempat. Joe segera melajukan mobilnya mengikuti mobil yang ditumpangi Erick dan beberapa mobil lain yang ditumpangi para anak buahnya.

Di tengah perjalanan, suasana hening tercipta di dalam mobil yang ditumpangi Rega. "Ehmm. Boleh aku bertanya sesuatu tuan?" Tanya Rega memecah keheningan di dalam mobil itu. 

"Hmm." Jawab Joe seadanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa bos tuan itu bernama Erick Gaincarlo yang berasal dari negara ind*nesia?" Tanyanya penasaran. 

"Tidak."

Hah, Rega membuang kasar nafasnya. "Berarti dugaanku salah." Gumam Rega, namun masih bisa didengar oleh Joe yang duduk di kursi pengemudi sebelah Rega. 

"Erick tidak berasal dari negara Ind*nesia, dia lahir di sini tapi dia tumbuh dan besar di sana." Ucapnya lagi memperjelas kalimatnya. 

Rega yang mendengar hal itu, terkejut. "Berarti dugaanku tidak salah." Ucapnya. "Apa Orang tuanya bernama Tuan Hendri dan Nyonya Mili?" Tanyanya lagi untuk lebih meyakinkan dirinya. 

"Tidak. Tuan Hendri memang orang tua Erick tapi Nyonya Mili adalah ibu tirinya. Bagaimana kau bisa mengenal mereka?" Tanyanya yang kemudian menatap Rega. Sekarang giliran Joe yang merasa penasaran dengan sosok yang di sebelahnya. 

"Tidak salah lagi. Akhirnya aku bisa menemukannya." Ucap Rega bersemangat. "Kau tahu tuan, aku sempat pesimis tidak bisa menemuakan tuanmu di negara luas ini." Terangnya lagi dengan wajah yang sudah merekah kerena merasa senang, meski tangannya masih harus menekan kepalanya yang terluka dan sesekali dia meringis merasakan sakit di kepalanya. "Ah ya, satu lagi. Sepertinya kalian salah paham tentang hubunganku dengan Putri." Imbuhnya lagi. 

"Putri?" Tanya Joe mengernyitkan keningnya, bingung. 

"Ah, maksudku Naira. Ya, Naira." Ucap Rega membetulkan kalimatnya. 

"Ck, bahkan Nona mengubah namanya sendiri." Seloroh Joe yang kembali menatap lurus ke arah jalanan yang ramai di hadapannya. 

"Bukan, bukan begitu maksudku. Ah, bagaimana aku menjelaskannya." Rega kebingungan dengan tangan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana aku menjelaskan kesalah pahaman ini, batinnya. 

Sementara Keil yang tidak mengerti duduk permasalahan awalnya, hanya memperhatikan dan mendengarkan saja obrolan para pria yang tengah berada di depannya. 

Tiga puluh menit perjalanan, kini mobil mereka sampai di sebuah mansion besar milik Erick. Mobil-mobil mewah itu beriringan masuk ke dalam mansion, sesaat setelah pintu gerbang terbuka. Para penjaga yang bertugas menjaga pintu gerbang hari ini, membungkukkan badannya untuk memberi hormat kepada bos mereka. 

Rega membelalakkan kedua matanya. Dia terkejut dan menatap kagum bangunan besar yang ada di hadapannya saat ini. "Indah dan sangat besar." Gumamnya. "Apa ini rumah bos kalian?" Tanya Rega mengalihkan pandangannya ke arah Joe.

"Lebih tepatnya rumah impian Erick untuk Naira. Sebelum akhirnya kau hadir dan merebut Naira dari sisinya." Ucap Joe menatap tajam ke arah Rega. Joe teringat bagaimana perjuangan Erick selama bertahun-tahun membangun semuanya demi kekasihnya, tapi setelah semuanya terwujud, dia malah mendapati kekasihnya bersama pria lain. 

"Hei hei. Sudah aku katakan, kalian itu salah paham tentang hubunganku dengan Put ah maksudku Naira." Ucap Rega membenarkan kalimatnya, namun Joe memilih untuk tidak menggubris perkataan Rega dan keluar dari dalam mobil sebelum akhirnya Rega dan Kei juga mengikutinya.

Di dalam mansion, Erick buru-buru menggendong Naira menuju kamarnya karena dia tidak mau sesuatu terjadi pada wanitanya. "Sam, Sam!" Teriaknya memanggil Samuel yang tak lain adalah dokter pribadinya. Sebelumnya, para anak buahnya sudah menghubungi Sam untuk segera ke mansion atas perintah dari Erick, dan tentu saja Sam langsung segera meluncur jika sudah ada perintah dari bos besarnya langsung. 

Joe dan Keil mengikuti Erick dari belakang untuk berjaga-jaga jika Erick membutuhkan sesuatu dan mencari dirinya. Sedangkan Rega, tentu saja mengekor di belakang mereka. 

"Siapa dia bos?" Tanya Sam yang baru saja masuk kekamar Erick. Dia sangat terkejut mendapati seorang wanita berbaring di atas ranjang bos besarnya untuk yang pertama kalinya. 

"Tidak perlu banyak tanya dan periksa saja dia." Ucap Erick dingin, membuat Rega yang baru saja masuk ke dalam kamar terkejut dan bergidik ngeri. Berbeda dengan Sam, Joe dan Keil yang memang sudah terbiasa dengan sikap dingin bosnya itu.

"hhem, hhem." Sam mendengus kecil seperti kucing di dekat wajah Naira. 

"Brengsek! Apa yang kau lakukan, hah? Beraninya kau ingin mencium Nai ku!" Geram Erick yang sudah menarik krah baju Sam dengan kuat. 

"A-apa, d-dia nona bos?" Seru Sam, terkejut. 

"Berani kau melakukannya lagi, akan aku penggal kepalamu sekarang juga!" Ucap Erick mendengus kesal, lalu tangannya melepas kasar cengkraman tangannya di krah baju Sam.

"Hei Hei. T-tunggu dulu bos. Aku tidak bermaksud begitu. A-aku hanya ingin memastikan sesuatu saja, sepertinya aku mencium bau obat tidur di area wajahnya." Ucanya dengan sedikit bergetar, dia tahu apa yang diucapkan Erick tidak akan pernah main-main. Wah kalau begini aku bisa mati muda, batinya dalam hati. 

"Pastikan tubuhnya tidak ada yang terluka." Titahnya, lalu dia berbalik dan menuju ke arah sofa yang terletak di sebelah sisi ranjang. "Berhenti!!" Teriaknya lagi saat melihat Sam menyentuh tangan Naira. "Berani kau menyentuhnya lagi, akan ku patahkan kedua tanganmu." Ancam Erick yang kembali memberikan tatapan elangnya pada Sam. 

"Apa kau sengaja menyiksaku bos? Bagaimana aku bisa memastikan tubuhnya tidak terluka, jika aku tidak diijinkan untuk menyentuhnya?" Rengek Sam mengusap wajahnya dengan kasar. Dia frustasi bagaimana caranya menangani sikap posesif bosnya yang satu ini. Baru satu menit di sini, dia sudah hilang kesabaran meladeni tingkah bos besarnya. Mau marah pun, dia juga tidak seberani itu. 

Erick nampak berfikir sejenak, " Hmmm baikalah. Kau boleh menyentuh tangannya, tidak lebih!" Ucapnya kemudian. Joe yang mendengar hal itu tentu saja terkekeh geli. Sedangkan Keil, dia di buat tercengang melihat sisi posesif bos besarnya untuk yang pertama kalinya. Dan Rega, tubuhnya sudah mematung dan gemetar mendengar ancaman Erick. Rasa takut dan cemas kini bercampur aduk dalam hatinya. Benar kata ayah, sepertinya aku akan dicincang Erick jika aku berani menaruh hati pada Naira, pikirnya. Ah, bagaimana ini. Mereka kan sekarang sedang salah paham denganku, apa aku juga akan di siksa? batinya dengan tubuh yang sudah berkeringat dingin karena ketakutan. 

Sam hanya memeriksa tekanan darah Naira karena dia tidak diijinkan untuk menyentuh lebih nona bosnya. "Siapa namamu? " Tanya Erick menatap ke arah Rega. Bagi mereka mungkin tatapan itu sudah biasa, lain halnya bagi Rega yang kini sedang ketakutan hingga tubuhnya berkeringat dingin, kakinya bergetar seolah tak mampu lagi menahan beban tubuhnya. Dia merasa tatapan itu seolah akan membunuhnya. 

"N-namaku R-rega. Rega Aditya Nugraha." Ucapnya terbata-bata karena ketakutan. 

"Ikut aku." Titahnya, kemudian beranjak melewati Rega tanpa memandangnya sedikitpun. Nugraha, sepertinya aku tidak asing dengan nama itu, batin Eruck dengan mengerutkan keningnya. "Kalian berjaga di sini." Titahnya pada ketiga anak buahnya yang lain.