Bugh, bugh, bugh, Erick menghajar ketiga anak buahnya yang ia tugaskan untuk menjaga Naira. "Dasar tidak becus! Menjaga satu wanita saja kalian tidak bisa." Kesalnya. Bugh, bugh, bugh, Erick kembali melanyangkan tinjunya bahkan menendang para anak buahnya hingga mereka jatuh tersungkur dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Dia menghajar para anak buahnya tanpa memberi celah untuk mereka bicara.
Rega menelan salivanya dengan kasar saat melihat kebrutalan Erick menghajar para anak buahnya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan jika dia melakukan kesalahan yang sama pada Naira, pasti dia bisa mati di tangan Erick saat itu juga.
"Tenanglah Er, tenangkan dirimu. Aku yakin Naira pasti belum jauh dari sini, lebih baik kita cari Naira sekarang." Joe yang baru saja datang bersama Keil, Sam, dan juga Rega, berusaha untuk membujuk Erick.
"Aaaarrrgh!!" Erick menjambak rambutnya kasar. Dia kesal, baru satu jam yang lalu dia bisa bersama Naira kini dia harus kembali kehilangan Naira lagi. "Dav, David!!" Teriaknya lagi.
"Iyaa Bos?" David yang sejak tadi berkutat memasang beberapa camera CCTV tambahan yang dia sembunyikan di titik-titik tertentu di dalam mansion, langsung berlari saat mendengar namanya disebut. Bahkan tangannya masih terlihat memegang obeng.
"Periksa seluruh CCTV dan temukan Naira!" Perintahnya.
David mematung. Dia mencoba untuk mencerna perkataan bosnya itu sejenak, kapan nona bosnya datang ke mansion dan kenapa bos besarnya memerintahkannya untuk mencarinya, batinnya.
"Apa yang kau lakukan Dav. Kenapa masih di situ?"
David terperanjat saat mendengar teriakan Erick. "I-iya Bos." Serunya dan langsung berlari menuju kamarnya.
Sementara David tengah berkutat dengan si sweety-nya, Joe, Keil, Sam dan juga para anak buah mereka berpencar mengelilingi seluruh wilayah mansion. Taman dan pavilliun belakang juga tak luput dari pencarian mereka namun hasilnya masih tetap nihil.
Drrrtt, Ponsel Joe bergetar tanda panggilan masuk. "Ada apa Dav?" Tanyanya setelah melihat yang menelpon adalah David.
".... "
"Aku akan segera kesana." Sanggahnya lalu mengakhiri panggilannya, "Keil, Sam, ikut aku. Kalian kembali ke tempat kalian." Tunjuknya pada para anak buah lainnya.
"Ada apa Bos? Apa Nona sudah ketemu?" Tanya Sam penasaran namun Joe hanya mengidikkan bahu saja karena sebenarnya dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Joe segera memepercepat langkahnya menuju mansion dan diikuti oleh Sam dan juga Keil.
"Apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Joe pada Dev yang masih berkutat dengan Sweety-nya.
Brakk, Erick datang dan membuka pintu dengan kasar. "Apa kau menemukannya Dav?"
"Lihatlah Bos." Serunya dengan menunjuk layar lebar yang terpasang di salah satu sisi kamarnya.
"Brengsek! Siapa mereka Dav?" Erick geram saat melihat Naira di bawa oleh dua orang pria yang tak dikenal.
"Tunggu!! Putar ulang di bagian tiga detik sebelumnya Dav." Titah Erick lagi, matanya terus menatap tajam ke arah layar tanpa berkedip. "Stop!! " Sarkasnya. "Catat nomor kendaraan mereka Dev dan segera lacak."
"Baik Bos." David segera menggerakkan jari jemarinya menjelajahi dunia cyber untuk mencari pemilik nomor kendaraan yang sudah ia kantongi.
Begitu juga dengan Erick, dia duduk dan mengambil salah satu laptop yang ada di meja kerja David. Dia membukanya dan menyambungkannya dengan internet. Jari- jari jenjangnya menginjak beberapa tombol yang terdapat pada keyboard laptop. Dia mencoba masuk ke sistem jaringan yang beberpa minggu yang lalu dia ciptakan bersama David. Dia memasukan username dan memasukan beberapa kata sandi yang hanya dia dan David yang tahu. Setelah dia berhasil untuk login, dia kembali memasukan beberapa angka dan juga simbol-simbol. Dengan sangat lincah jari jemarinya bergerak mengikuti pikiran sang pengguna.
"Maaf bos, nomor kendaraan yang mereka pakai palsu." Ucap David setelah beberapa saat berhasil meretas sistem keamaan pihak berwajib.
"Sial!" Umpatnya, lalu jari-jarinya kembali menari di atas keyboard laptop. "Mereka berani bermain-main denganku rupanya." Erick tersenyum sinis saat tangannya berhasil menemukan sesuatu. Jari-jemarinya sangat cepat mengutak atik keyboard laptopnya, dia terus berusaha mencari celah untuk menemukan sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai petunjuk.
"Anda berhasil mengembakan sistem jaringan itu Bos?." Dav terkejut saat melihat apa yang sedang Erick lakukan. "Aku bahkan tidak bisa login di sana." Serunya lagi.
"Ck, kau terlalu meremehkan kemampuanku Dav." Cibik Erick dengan jari-jemari masih dengan lincah menari-nari di atas keyboard.
"Anda memang hebat Bos, meski aku sudah lama di dunia cyber tapi aku akui kemampuanmu jauh lebih baik dariku." David benar-benar tidak bisa meragukan kemampuan bos besarnya itu.
Joe, Keil, Sam dan juga Rega hanya menatap kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh dua orang yang ada di hadapannya kini.
"Ketemu." Sarkas Erick seraya menekan tombol enter.
Joe, Keil, Sam, dan juga Dav mendekat ke arah Erick untuk melihat apa yang bosnya itu temukan. "Aku hanya butuh melacak pria ini saja." Tuturnya. Jari jemarinya kembali menekan beberapa tombol angka dan juga simbol-simbol yanga hanya dia saja yang mengerti, secara otomatis wajah pria itu menjadi ter-scan dengan sendirinya dan beberapa saat kemudian layar laptopnya menampilkan indentititas pribadi dari pria itu. "Zion Scott. " Gumamnya.
"Sepertinya aku tidak asing dengan nama ini." Gumamnya. "Apa kau ingat sesuatu Joe?"
"Tidak mungkin, apa dia benar-benar putra dari Jims Scott?" Ucap Joe.
Erick tak langsung menjawab, dia akan memastikan sendiri kebenarannya saat ini juga. Jarinya kembali menari menjelajahi beberpa tombol keyboard hingga beberpa detik kemudian jarinya menjadi terhenti. "Brengsek, dia benar-benar anak dari si tikus Jims itu Joe." Teriaknya marah. "Cepat tangkap dan bawa dia kehadapanku sekarang!" Erick benar-benar tidak bisa mengampuni apa yang Zion lakukan dengan menculik Naira.
Joe, Keil, Sam dan juga Dav bergegas keluar menuju ruang penyimpanan senjata. Mereka akan memilih senjata mereka sendiri untuk melindungi dirinya.
Bugh, "Astaga, kenapa kau mengikuti kami?" Sarkas Keil yang tanpa sengaja membentur tubuh Rega.
"A-aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." Serunya.
"Apa kau bisa menggunakan senjata?" Tanya Keil namun Rega menggelenggkan kepala. "Kalau begitu, kau cukup tunggu saja di sini jika kau sayang dengan nyawamu." Titahnya kemudian berlalu dan disusul oleh Joe, Sam dan juga Dav.
Rega mengamati sekeliling ruangan. Bulu kuduknya merinding saat melihat deretan senjata yang berjejer rapi dengan berbagai ukuran, mulai ukuran yang paling kecil hingga ukuran yang paling besar. Semuanya berbaris dengan rapi di tempatnya masing-masing, bahkan puluhan atau mungkin ribuan granat juga bertumpuk di beberapa kotak kayu di sana. "Ayah, kenapa kau membawaku kesituasi seperti ini." Gumamnya, tangannya bergetar karena takut. Dia bahkan merasa berada di tengah-tengah para penjahat yang memakai beberapa senjata yang sangat mematikan saat ini. "Lebih baik aku pergi dari sini." Dengan cepat Rega berlari keluar ruangan, dia terus bergegas melangkahkan kakinya menuju pintu keluar mansion. Hap, tiba-tiba saja dua orang pria bertubuh kekar sudah menahan kedua tangannya.
"Anda mau kemana tuan?" Tanya salah satu pria besar itu. "Maaf, anda tidak diijinkan pergi dari sini oleh bos kami." Serunya lagi.
Glek, Rega menelan salivanya dengan susah payah. "A-aku, h-hanya ingin mencari udara segar saja." Kilahnya dengan kaki yang sudah gemetar.
"Lebih baik anda istirahat di kamar anda, mari kami antar ke kamar anda."
Rega tidak bisa berkutik, mau tidak mau dia harus menuruti permintaan kedua orang pria bertubuh kekar itu. Rega akhirnya memutuskan untuk menurut dan menunggu Naira di kamarnya saja.