"Mau mati?" tanya Kezira dengan tatapan memangsanya.
Akhirnya Naya menyelesaikan urusan kantornya dan kembali kepada dua saudara yang tidak saling kenal itu, bahkan asing.
"Gimana ngobrolnya, seru?" tanya Naya tersenyum, pemuda itu mengangguk namun Kezira malah memutar bola matanya.
"Banget. " ujar Kezira melontarkan senyum smirknya. Berbeda dengan Gerld, tangan pemuda itu bergetar hebat.
Mana mungkin Kezira bisa senang bertemu dengan orang di depannya. Orang yang membuat hidupnya sengsara tanpa kasih sayang, apakah Naya tidak memikirkan perasaan Kezira sampai bisa membuat mereka bertemu dalam situasi ambigu. Gila!
Ya, sebelumnya Kezira sudah menebak kalau pemuda itu adiknya.
Naya menghela nafas beratnya, ia mengucapkan kalimat demi kalimat tentang siapa pemuda itu, dari mana asalnya, dan siapa orangtuanya. Kezira tidak menimbulkan ekspresi terkejut bahkan wajah Kezira terlihat datar dan tidak peduli dengan penjelasan Naya.
"Jadi, mulai sekarang Gerld bakalan tinggal di Indonesia dan sekolah di sekolah kamu, mulai besok." ujar Naya.
Kezira yang sudah menahan emosinya mulai muak dengan semua permainan ini, kenapa dia harus merusak semua yang Kezira punya. Pertama orangtuanya dan kini semua hal yang menjadi milik Kezira, mungkin juga perhatian Naya yang akan condong ke Gerld karena ia baru menginjak usia enambelas tahun.
BRAK!
Kezira menggebrak meja cukup kencang hingga sudut mata Naya terlihat jelas menatap Kezira dengan tatapan tajamnya. "Kalau ada madu pasti ada lebah, ya'kan?" tanya Kezira dengan senyum miringnya.
"Orangtua kamu ada di Australia, mereka hanya menitipkan Gerld kepada Tante, karena keadaan di Australia sedang tidak terkendali dan Gerld tidak aman disana." jelas Naya.
"Emangnya gue peduli, mau aman atau enggak ya bodoamat. Gue mau nanya emang mereka peduli? Nggak kan? "
"Kezira! "
"Kenapa? Haruskah guess hidup seperti initial. Punya orangtua tapi serasa anak terlantar. Gue Capek! " pekik Kezira yang kini sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Rasanya sakit, itu yang dirasakan Kezira ketika ia mengetahui bahwa pemuda yang ada di sampingnya adalah Adiknya. Adik yang sudah merebut segalanya dari Kezira termasuk kasih sayang kedua orangtuanya.
"Kakak, jangan marah-marah" ujar Gerld berusaha meraba tangan Kezira namun Kezira menepiskannya.
"Jangan panggil gue kakak, karena gue bukan kakak lo!" tegas Kezira bangkit dari duduknya.
"Bukannya orangtua kita sama?" tanya Gerld ikut bangkit.
Kezira menatap Gerld dengan tatapan ganasnya, kemudian ia berjalan maju kearah Gerld membuat Gerld berjalan mundur dan akhirnya tubuh Gerld terpentok ke tembok hingga ia tidak bisa mundur lagi. "Tau boneka kan?" tanya Kezira, seketika Gerld mengangguk cepat.
"Tau enggak kalau lo itu boneka?"
"Boneka"
"Boneka?"
"Iya, boneka." beberapa kali Kezira menyebutkan bahwa Gerld hanyalah sebuah boneka yang dimainkan oelh pemiliknya dan sewaktu -waktu jika pemiliknya bosan maka ia akan mencari mainan baru atau kalau bonekanya tidak mau diajak bermain lagi tempat yang tepat untuk hal yang tidak berguna lagi.
"Buat mainkan?" tatapan nanar Kezira mampu membuat Gerld bergetar hebat karena takut akan dimangsa oleh Kezira.
"Adik boneka!" pekik Kezira tersenyum menyeramkan.
"Boneka memang harus dimainkan oleh pemiliknya kapanpun itu, kalau boneka itu menentang maka ganjarannya tempat pembuangan." tegas Kezira dihadapan Gerld hingga lelaki itu menunduk ketakutan.
"Hai ,Adik boneka!" panggil Kezira, namun Gerld masih menunduk. Karena kesal Kezira mengangkat tenguk Gerld hingga pri itu berhasil menatap wajah nanar Kezira yang terlihat tengah marah karena kedatangannya.
"Selamat bermain dalam permainan iblis, dan selamat menyaksikan murkanya amarah Kezira Dirazkenia." bisik Kezira dilubang telinga Gerld sampai bulu kuduk Gerld berdiri mendengarkan kalimat itu.
Sebelum pergi Kezira mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, lalu menyayat telunjuknya sampai mengeluarkan darah segar. Tidak sampai disana Kezira juga mengulaskan darah itu tepat di wajah Gerld. Naya yang melihatnya hanya bisa mematung sambil menutup mulutnya tak bercaya bahwa Kezira akan berubah menjadi monster seperti ini.
"KEZIRA!" pekik Naya karena ia melihat tangan Gerld gemeteran.
"KEZIRA! " teriakan Naya membuat seluruh pengunjung berpusat pada mereka.
Kini, Kezira tidak mau mempercayai siapapun selain dirinya sendiri karena hanya dirinya sendirilah yang ia punya, semua sama munafik.
"Kenapa Nay? Lo nggak mau liat keponakan iblis lo nyentuh keponakan tersayang lo? Ups sorry!" ujar Kezira sambil menutup mulutnya dengan wajah terkejut padahal ini hanya akting.
Wajah Gerld penuh dengan darah Kezira, bahkan pergelangan tangan Kezira masih mengeluarkan banyak darah karena ia menolak untuk di obati ketika di Rumah Sakit, sakit luka itu biasa saja karena yang lebih sakit adalah sakit hati kepada orang yang kita percayai tapi ternyata sama saja.
Kezira menatap lekat wajah Gerld, "Menyenangkan." kemudian Kezira pergi sambil melemparkan senyum miringnya kepada Naya yang melongo karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
***
Dua jam sudah berlalu, Amazon yang masih terkulai lemah di bangkar dan kemungkinan ia akan dirawat inap selama tiga hari karena kondisi yang tidak kunjung membaik. Dan tidak lupa Amazon juga mendapatkan ocehan dari Arini karena anaknya yang keras kepala dan berakhir di Rumah sakit lagi.
"Mama juga bilang apa Zra, jangan sekolah. Untungkan ada yang nemuin kamu gimana kalau enggak ada? Kamu bakalan gimana? Tau deh Mama pusing mikirin kamu yang kekeh dan akhirnya berakhir di sini lagi." omel Arini sembari mengupas buah.
"Iya Ma, iya maafin Azra." ujar Amazon mengelus pergelangan tangan Arini karena merasa bersalah.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Arini ketika melihat anaknya tersenyum sendiri membuat dia takut karena tidak ada objek selain dia.
"Gimana ya rasanya kalau Kezira datang ke sini, terus bilang ke Azra kalau dia cinta sama Azra dan mau Azra cepet sembuh mungkin Azra bakalan langsung sembuh Ma, seratus persen sembuh total." haluan Amazon kini merambat menelusuri pikirannya.
Karena takut Amazon menghayal lebih dalam sontak tangan Arini memukul kepala anaknya pelan untuk menyadarkan kehaluan yang bisa membuat anaknya senyum tidak jelas.
"Sadar, jangan kebanyakan halu dunia ini nyata bukan khayalan." ujar Arini menyumpal mulut Amazon dengan buah karena Amazon hendak protes dengan ucapan ibunya.
"Halu aja dulu Ma, siapa tau benerkan. Cantik loh Ma, kalau Mama punya mantu kayak Kezira beuh Mama bakalan minder sama kecantikannya." ujar Amazon memuji kecantikan pujaan hatinya.
"Cantikan siapa dibanting Mama?" tanya Arini mengangkat sebelah alisnya.
Amazon membolakan matanya lalu menjawab santai "Kezira"
"Siapa?" tanya Arini.
"Kezira, Ma." ujar Amazon lagi.
"Mama apa Kezira?" tanya Arini dengan tatapan memangsanya.
"Kezira" kekeh Amazon karena yang ada di pikirannya hanya Kezira dan Kezira tidak ada yang lain.
"Zra!" panggil Arini dengan mata nanarnya.
"MAMA!"
"MAMA YANG PALING CANTIK SE DUNIA!!" teriak Amazon sembari tersenyum manis kearah Arini hingga wajah Arini memerah.
"Kezira dong heee.."
Sambil memakan buburnya, Amazon membayangkan wajah Kezira nya. Entahlah kenapa Amazon bisa sebucin ini pada gadis berambut cokelat dengan wajah nanar itu.