Davine terus menghitung hari demi hari, sedang rasa rindunya pada Siska semakin kian terasa. Beberapa hari lagi adalah hari spesial untuk mantan kekasihnya itu. Davine, ia sangat ingin bertemu dengan wanita itu, namun akan sangat berbahaya baginya jika ia dengan ceroboh kembali memasuki kota saat itu.
Davine termenung, sedang pikirannya melayang tanpa arah. Entah mengapa hidupnya begitu hancur saat ini, berawal dari keinginannya untuk memecahkan kasus kematian Annie, entah mengapa keadaan seakan berputar 180° padanya. Kini pihak Kepolisian menaruh curiga padanya, dan bukan hanya itu saja, bahkan dirinya sendiri pun sampai saat ini masih belum bisa mempercayai dirinya sendiri.
Lissa menghampiri Davine lengkap dengan dua cangkir teh hangat di tangannya. Wanita itu duduk dan segera menyodorkan salah satunya pada Davine.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Lissa membuka percakapan.
"Bukan apa-apa!" jawab Davine.