Bryan Ahmad Wijaya Kusuma adalah seorang CEO di Perusahaan milik keluarga 'Wijaya Kusuma' ( Wijaya Art ) / Perusahaan dalam bidang arsitektur .
Bryan yang sering di panggil Akang Bian oleh keluarga besar nya itu dituakan walaupun ada 1 Sepupu yang seumuran dengan nya tapi karena Bryan lahir dari anak pertama Wijaya Kusuma jadi dia di tuakan.
Bian keluar dari Home Wijaya Area menggunakan mobil nya, ia jarang menggunakan supir karena lebih leluasa jika berpergiaan sendiri.
Masih cukup pagi untuk sampai di kantor ia pun singgah di tukang bubur langganan nya , walaupun tempat biasa bukan restoran ia tidak terlalu memikirkan nya yang penting makanan itu bersih dan enak .
"Mang bubur nya satu yah" ujar Bian
"Siap Kang" balas semangat penjual bubur yang sudah akrab dan berani memanggil seperti itu.
Menunggu 2 menit bubur nya sudah siap ia pun memakan nya dengan lahap.
Tanpa ia sadari ada seorang gadis yang memperhatikan nya yang sedang makan bubur.
Bian mun mendongkak ke atas dan menatap gadis itu.
"Apa?" Tanya Bian yang hampir menumpahkan bubur yang di mulut nya.
Gadis tersebut menggeleng dan melanjutkan makan bubur nya.
Bian jengah karena gadis tadi masih menatap nya lagi ia pun bertanya kembali.
"Mba kenapa yah?" Tanya Bian mencoba ramah padahal di hatinya sudah gatal ingin mengumpat.
"Ini kan cuman bubur makan nya biasa aja dong kayak orang nggak di kasih makan setahun"
Mendengar itu Bian kesal tapi memilih diam dan beranjak bangun untuk bayar.
Bian tanpa sadar memperhatikan gadis itu.
"Cih katanya cara makan Gue kayak nggak di kasih makan setahun lah itu sendirinya juga kayak gitu." Ujar Bian
"Ngapain ngeliatin?" Suara gadis itu meninggi dan menatap tajam Bian.
Bian menggeleng
"Mang bungkusin aja yah terus tambahin lagi porsi nya terus satenya tambah 2 terus sambel nya juga tambahin" Bian tersedak ludah nya sendiri saat gadis itu berbicara.
"Astagfirullah itu porsi makan manusia apa setan." Ujar Bian dalam hati lalu tersadar adik perempuan nya juga sangat rakus apa kebanyakan wanita seperti itu? .
"Kenapa di bungkus neng? Sini aja nanti dingin kalau sampe rumah" ujar penjual bubur yang bernama Mang soleh.
"Mang nggak liat itu si Mas - Mas nya kayak mau ngambil bubur aku"
Bian yang sedang minum langsung menyemburkan air nya ke wajah gadis itu, sejujurnya dia hanya spontan dan mengenai wajah gadis itu.
Bian tidak mendengar teriakan pukulan atau protesan dalam bentuk apapun dari orang yang telah ia sembur, dia hanya menyengir dan berjalan menuju mobil nya.
Dari arah belakang ada seorang gadus yang sudah ancang - ancang memukul Bian.
Plakk
"Aw" ringis nya kencang
Lalu Bian menoleh ke belakang dan
Byurrr
Wajah nya penuh dengan air dari mulut gadis tadi.
Sambil mengusap wajah nya Bian mengumpat pelan.
"Sialan"
Lalu masuk dan tidak memperdulikan teriakan gadis itu.
**********
Sesampai nya di kantor Bian menggerutu kesal dan melihat adik nya tersenyum usil semakin membuat nya kesal.
"Baju basah kenapa kang?" Tanya adik nya Heri.
"Kena semburan setan" Bian menjawab asal .
"Makanya kalau mau berangkat kerja salim dulu sama Bunda"
"Diem Lo"
"Kasian Kang Bunda nangis mulu gara - gara Lo"
"Bilangin ke Bunda jangan minta - minta cucu mulu, lama - lama Gue buntingin anak gadis orang"
Heri hanya berlalu dan tertawa terbahak - bahak .
Memang sudah seminggu Bunda nya merengek minta cucu, alih - alih meminta istri tapi Bunda nya luar biasa ajaib meminta cucu dahulu.
"Kang Bunda butuh cucu"
"Kang nyicil juga nggak papa, nikah gampang"
"Kang besok bawa cucu yah"
Dan seterus nya hingga membuat Bian lelah dan menjauhi obroloan bersama Bunda nya.
Bian melepaskan jas nya dan menaruh nya di sofa lalu berjalan pelan dan mulai bekerja.
Saat ini ia begitu sibuk mempersiapkan projek terbaru pembangunan jalan raya dan apartement di daerah Jakarta Timur , Bian sudah meminta pihak HRD untuk menambah karyawan di bawah nya langsung agar bisa membantunya.
Kadang di satu sisi ia sangat ingin bekerja hanya mendesain tanpa harus memperhitungkan saham , properti dan hal - hal bisnis lain nya. Tapi bagaimana pun ia cucu tertua di Wijaya Kusuma dan tidak mungkin membiarkan Ayah dan Paman - paman nya kelelahan .
Lagi pula adik - adik nya sedang di latih agar siap di dunia kerja, walaupun keluarga nya kaya raya tapi sudah hukum nya jika ingin mendapat jabatan tinggi harus dari bawah dahulu. Seperti adik nya Heri dulu nya hanya kacung biasa hingga menjadi Manager Keuangan untuk sepupu - sepupu nya yang lain pun sama kadang ada yang sengaja mencari kerja di perusahaan yang sama sekali tidak mengetahui jika ia adalah cucu Wijaya Kusuma agar mendapat mental kerja yang bagus.
Mengingat itu membuat Bian tertawa kecil saat memikirkan adik perempuan kecil nya yang masih bekerja menjadi staf di Mahendra hotel and resorts .
Tok tok tok .
"Masuk" ujar Bian .
"Kang ini berkas yang Lo minta kemaren" ujar Heri memberikan berkas itu .
Bian memperhatikan nya dan mengernyit heran saat ada satu angka yang salah .
"Ini kenapa data nya ga sesuai kayak kemaren?, bukan nya kemaren 307,89 M kenapa jadi 307,80?." Ujar Bian sedikit meninggikan suara nya.
"Hah?" Heri menjawab bingung dan mendekat dari arah samping dan melihat demgan teliti
"LO KORUPSI YAH" Bian teriak tepat di telinga Heri.
"ANJIM SIALAN LO YAH" Heri membalas teriak .
"Jujur sama Gue, Lo pake apa duit itu?"
"Kang Gue nggak korupsi"
"Ya terus ini apa?"
"Typo kang typo " Heri mulai meyakinkan Bian dan Bian hanya memicingkan matanya tidak percaya"
"Kalau sampe Lo korupsi Gue mutilasi.!!"
Mendengar hal itu buat Heri mengernyit takut dan langsung keluar.
Bian memanggil sekertaris nya dan meminta kepala HRD datang kepadanya.
Selang beberapa menit kepala HRD telah sampai dan menanyakan tujuan Bian memanggilnya.
"Ada apa Pak?" Tanya nya sopan .
"Saya minta karyawan baru secepatnya untuk posisi langsung dibawah kendali Saya . Cukup 2 Karyawan dan tempatkan di dekat sekertaris Saya."
"Baik Pak"
"Kali ini harus benar - benar ketat dan meilih dengan benar, Saya tidak mau karyawan yang lelet dan tidak bisa di andalkan"
"Baik Pak, secepat mya minggu depan sudah siap"
"Oke, terima kasih"
Bian kembali mengerjakan tugas nya dengan tenang .
Drtttt
Bian tidak melihat siapa yang menghubunginya karena ia terlaly fokus bekerja.
"Hall.. "
"BUNDA NGGAK MAU TAU KALAU SAMPE KAMU NGGAK NGASIH CUCU DALAM SEMINGGU BUNDA KAWININ SAMA ANAK TETANGGA BUNDA DI KAMPUNG"