Chereads / The world Of Married / Chapter 10 - 10. ANAK DADDY MULAI NAKAL

Chapter 10 - 10. ANAK DADDY MULAI NAKAL

Luna sebelum nya sudah di peringati oleh Bian agar langsung memberikan surat pengunduran diri, tapi wanitanya itu bersikeras menunda dan ingin berhenti bekerja saat H-1 pernikahan.

Tentu saja hal itu menjadi perdebatan alot antara Bian dengan Luna tapi untuk saat ini Bian mengalah ia tidak ingin Luna malah menjadi stres dan tertekan.

Karyawan kantor belum ada yang mengetahui jika Bian dan Luna berpacaran, mungkin karena cara berpacaran mereka yang hati – hati jadi sampai sekarangpun semuanya aman – aman saja.

Luna masih fokus pada pekerjaanya, sepertinya Bian sengaja memberi nya pekerjaan yang sedikit di banding rekan nya Jeni yang sedari tadi mengeluh terlalu banyak pekerjaan.

Jeni memutar kursinya dan mendekat kearah meja Luna

"Gue heran, kenapa kerjaan Lo dkit banget sedangkan Gue sama yang lain bejibun banget. Lo apaanin Pak Bryan?" tanya Jeni sarkasme .

"Udahlah Jen kita nggak tau kali aja dia jadi Lonte nya Pak Bryan" ujar Sekertaris Bian yang bernama Laras.

"Padahal saya udah menegaskan kalau saya bukan wanita murahan!!!" ujar Luna dengan nada tajam

Jeni dan Laras hanya belalu dan menganggap jika Luna tidak berbicara apapun, kondisinya begitu sensitif hingga ia tidak sadar sudah mengeluarkan air mata .

Saat termenung meja nya diketuk oleh seseorang, Luna pun mndongkak dan mengernyit heran .

"Ini bekal dari Bunda, Minuman dari Mama , Cookies dari Mami dan Apel yang dieptik sama Umi" ujar Juna , lelaki itu mengucapkan tanpa ekspresi apapun benar – benar datar .

"Makasih A" ucap Luna tersenyum .

Lalu Juna pergi begitu saja, walaupun Juna begitu pendiam tapi dia lelaki hangat an baik jika sudah bersama keluarganya berbeda dengan Heri dan Renjun yang memang mulutnya tidak bisa diam.

Sejauh ini Luna mengetahui karakter Para Cucu Wijaya , sebagian ada yang begitu akti berbicara sebagian ada yang begitu pasif berbicara tapi semuaya sama – sama hangat jika sedang bersama.

Contohnya Bang Al walaupun aura pembunuh dan kejam nya begitu kuat tapi sagat perhatian jika menyangkut keluarga begitupun Teh Arin yang ketus , jutek tapi selau tersenyum jika bersama keuarganya. Semuanya memiliki porsi masing – masing .

Lagi pula di keluarga Wijaya sudah sangat cukup memiliki Heri dan Renjun yang begitu banyak tingkah .

Drttt ( Wijaya  squad )

Bunda : Gimana Teh masakan Bunda, enak nggak?

Mami : jangan lupa Cookies buatan Mami penuh cinta

Renjun : Yang ngasih Apel doang siapa yah?

Umi : Umi

Eros : Ciusan MI?, Apel doang?

Abi : Apel nya udah Abi ngajiin di bacain doa-doa baik

Heri : Mentang – mentang istri di belain

Umi : hahahah

Luna : Bekal nya udah sampai dimeja aku, makasih Bunda Mama Umi sama Mami"

Papi : Sama – sama sayang

Juna : Yang nggak patungan atau sumbang tenaga mending diem

Lusi : Papi di skak Aa Juna

Heri : Calon suaminya aja nggak nyumbang apa – apa

Bintang : Kang Bian nyumbang benih

Abi : BINTANG !!!

Ayah : Alhamdulillah Bintang udah dewasa

Bintang : Ayah bayangin di umur 24 aku baru tau Sex Education , karena Abi sama Umi terlalu ketat .

kalau aku nggak sengaja liat Bang Eros lagi liat Bokep dikamar nya mungkin sampe aku nikah nggak tau apa itu sperma.

Ati – ati Anak ayah jangan terlau ketat nanti malah salah pergaulan.

Ayah : ☻

Bunda : ☻

Mami :☻

Mama : ☻

Papa : ☻

Papi : ☻

Aki :☻

Abi mengeluarkan Eros dan Bintang

Renjun : Mampus Bang Eros sama Bintang di keluarin Abi, Semoga aja ga di coret dari kartu keluarga

Papa mengeluarkan Renjun

Luna tertawa melihat interaksi keluarga Wijaya, Luna meletakan kembali handphone nya lalu mulai membuka bekal .

Luna begitu lahap memakan bekal nya, ia sungguh di manjakan menjadi bagian keluarga Wijaya. Hingga habis tanpa sisa .

"Lo punya hubungan apa sama Juna Wijaya?" Tanya Laras .

"Kenalan" Luna berucap dengan malas.

"Jangan - jangan Lo jual diri kesemua Cucu Wijaya" sarkas Laras dan berlalu begitu saja .

Luna merasa pening dan perutnya seperti di aduk - aduk ia pun bangun dan berlari kecil ke kamar mandi lalu memuntahkan semua makanan tadi.

Morning sickness pertama yang ia rasakan, begitu melelahkan. Apalagi ia tidak bisa terus - terusan di dekat Bian.

Drttt ( dering ponsel )

Luna mengangkatnya panggilan dari Bian .

"Iya Bi?"

"Kamu dimana?"

"A-ku di hoekkkk  Ka- hoekk" Luna mematikan panggilan nya sepihak dan melanjutkan aksi muntah nya .

Saat mendengar suara orang masuk Luna begitu berusaha menahan gejolak ingin muntah nya dan membersihkan sisa - sisa muntah tadi.

Luna merasakan sentuhan lembut di punggungnya ia pun menoleh dan ternyata Bian yang datang.

"Kamu ngapain kesini, nanti ada orang liat gimana?" Tanya Luna panik

"Udah aku kunci"

"Masih belum enakan?" Tanya Bian

Luna menggeleng dan mengusap perutnya pelan .

Bian menunduk untuk menjajarkan tubuhnya dengan perut Luna.

"Anak Daddy mulai bandel yah, jangan buat Mommynya muntah dong sayang" ujar Bian mengelus pelan perut rata Luna.

Dan terakhir Bian beri beberapa kecupan di perut Luna.

"Mau pulang aja?"

"Nggak mungkin aku pulang sekarang"

"Kenapa? Kamu bisa ijin sakit" ujar Bian

Luna menggeleng dan memeluk Bian

Setelah menghabiskan beberapa menit dengan pelukan Bian dan Luna keluar dari kamar mandi.

Sesampainya di meja kerja Jeni rekan kerjanya itu mendekat.

"Ngapain Lo keluar dari kamar mandi bareng sama Pak Bryan?"  Tanya Jeni

"Bukan urusan Kamu" Luna menghiraukan nya dan melanjutkan kerjaan nya.

Jeni yang kesalpun menendang cukup keras meja Luna yang membuat baju Luna kena cipratan air .

"Upss Sorry" ujar Jeni yang malah semakin keras menandang meja kerja Luna .

"Arghh" teriak Jeni karena ada yang menarik rambutnya.

"Heh sialan Lo" ujar Jeni kesal

"Lo yang sialan, ngapain ganggu Teteh Gue" ujar Renjun .

"Cih, punya Teteh jual diri aja bangga"

"APA?, JUAL DIRI!!"

"IYA"

"ARGH" Jambakan Renjun semakin keras dan Luna pun mencoba memisahkan mereka.

"Ren udah Ren" ujar Luna

"Nggak teh , dia udah kurang ngajar banget "

Keributan semakin terjadi karena teriakan membahana dari Jeni yang membuat semua orang penasaraan.

"Renjun gila Lo ini cewe woy" ujar Heri mencoba memisahkan Renjun dengan Jeni  . Masalahnya disini Renjun semakin parah menjambak rambut Jeni.

"Bodo amat suruh siapa gangguin Teteh Gue"

"Heh Lo yang harus sadar malu punya Teteh jual diri" teriak Jeni dan mendapat geplakan dari Heri di kepalanya.

"Sialan Lo" ujar Jeni kesal .

"Kamu nggak papa?" Tanya Teh Arin

"Nggak papa teh, tapi ini kasian Jeni udah berantakan gitu dijambakin Renjun"

"LO NGGAK TAU DIA INI ABIS NGAPAIN DI KAMAR MANDI SAMA BRYAN ?, KALAU NGGAK SEX APA LAGI?? DAN JUGA NGAPAIN KE KAMAR MANDI BERDUA ?? LO TUH HARUSNYA MALU PUNYA TETEH MURAHAN DAN TUKANG JUAL DIRI!!"

Plak

Jeni mendapat tamparan dari Teh Arin sedangkan Jeni menatap tajam pada Teh Arin.

Baru saja Jeni akan menyerang Teh Arin di halang oleh Renjun yang semakin kuat menarik rambut Jeni .

"Lo nggak tau diri?"

"Lo iri sama Teteh Gue"

"Renjun" suara tegas seseorang tiba - tiba terdengar, itu suara Papa Bastian .

"Jawab Gue sialan"

"Mampus Lo Papa Bastian datang" ujar Heri ketakutan tapi Renjun belum sadar  dan malah menarik kerah baju Jeni.

"Lo mau hajar Teh Arin juga?, sini kalau berani abis Lo sama Gue. Nggak peduli Lo cewe atau cowo" ujar Renjun yang akan merobek baju Jeni tapi di tahan oleh Heri.

"Lo jangan Gila "

"Lepasin Gue" ujar Renjun memukul kepala Heri

"Sialan kepala Gue"

"Renjun Lo gila dia cewe coyyy cewe"

"Nggak peduli, lepas nggak"

"Lepasin Gue bangsat" ujar Renjun yang semakin meronta di pelukan tubuh Heri .

"RENJUN BASTIAN "

"Papa" ujar Renjun tak percaya.

"Lo kenapa nggak bilang ada Papa Gue?" Tanya Renjun berbisik.

"Gue udah bilang dari tadi Lo nya aja budeg"

"Mampus , Abis Gue disiksa keliling rumah ditambah ceramahan dari Abi 7 hari"