"Enak nggak makanan nya?" Tanya Luna yang meletakan wajah nya di bahu Bian.
"Enak"
"Perut aku sakit" ujar Luna yang semakin merintih kesakitan dengan tangan memegang perutnya pelan , Bian meraih tangan Luna dan tangan yang lain nya mengusap perut Luna pelan .
"Bi" Luna sudah tidak bisa menahan erangan nya dan sedikit menarik perhatian keluarga yang lain .
"Sayang" ujar Bian ketakutan saat melihat air mata yang mengalir dan keringat dingin di sekitar dahi dan lehernya.
"Kamu tadi makan apa?" Luna tidak bisa menjawab perutnya terasa melilit dan ia semakin mencengkram tangan Bian yang berada di atas perutnya.
"Math" panggil Bian karena Mathew seorang dokter dan Matthew pun mendekat lalu jongkok di depan perut Luna, baru saja Mathew akan menyentuh perut Luna tangan nya di cegah oleh Bian.
"Mau ngapain Lo?" Tanya Bian tidak suka saat Mathew mendekat kearah Luna .
"Mau Gue periksa Kang" ujar Mathew dan melepaskan cengkraman Bian . dikira dirinya ingin merebut Luna , padahal Mathew hanya ingin membantu sodara iparnya .
terkadang memang tipe lelaki seperti Bian harus sedikit di beri kontrol .
"Sini biar Umi aja yang periksa" ujar Umi Nazwa dengan suara lembutnya .
Umi Nazwa menekan pelan perut bagian bawah Nazwa dan menekan bagian lain nya .
"Ini kayak kontraksi" jawaban Umi membuat semua orang terkejut .
"Kamu hamil?" Tanya Umi Nazwa
Luna bingung ia sendiri tidak tahu jika ia hamil. Semua keluarga terdiam .
"Aku nggak tau" ujar Luna .
"Aku mau bawa Luna ke Rumah Sakit" ujar Bian dan membopong tubuh Luna .
"Perlu pake heli Aki, Kang?" Tanya Aki nya.
"Lah si Aki ke Rumah Sakit doang pake Heli, giliran Aku ke bandung suruh bawa motor bebek punya Ayah" ujar Renjun protes.
"Aww Mama!!" Ujar Renjun karena kena jeweran dari Mama kandungnya .
"Mulut kamu makin hari makin nggak sopan" ujar Papa nya juga .
"Aku anak tiri , buang aja Aku ke Rumah Papi sama Mami!!!"
"Siapa juga yang mau nampung kamu" ujar Mami Mita menatap wajah Renjun dengan menahan tawa
"MAMI!!!"
********
Bian sedang menunggu di luar ruangan saat Luna sedang di periksa , ia sendirian dan melarang semua keluarga nya ikut .
"Pak" ujar dokter di depan nya menyuruh masuk .
Bian duduk dan melihat Luna sedang berbaring, rasa khawatir terlihat jelas di wajah Bian.
menerka - nerka apa yang sebenarnya terjadi , sedikit ada rasa harapan jika dirinya benar akan menjadi seorang ayah
"Jadi ini kehamilan pertama si ibu, dan juga usia nya masih sangat muda . Kontrakai dini sering terjadi ketika pasangan telah melakukan hubungan, sebaik nya untuk berjaga - jaga dihindari dulu berhubungan sampai tri semester" ujar Dokter perempuan itu dan Bian hanya bisa mengangguk.
Setelah nya Luna sudah boleh pulang, saat di mobil pun Luna tertidur dan merebahkan kepalanya di bahu Bian terasa nyaman dan aman itulah yang Luna rasakan.
Sampai di apartement Bian membopong lagi tubuh lemas Luna dan merebahkan nya di kamar lelaki itu .
Drttt ponsel nya bergetar tanda pesan masuk .
Bunda: "Gimana Kang?"
Bian : "Positif"
Bian tidak lagi memperdulikan pesan yang masuk ia sedikit bingung dan kehamilan Luna begitu mengejutkan .
Ayah
Melihat itu Bian segera mengangkat panggilan dari Ayah nya .
"Nikahi dia secepetnya" perkataan mutlak yang tidak bisa Bian sangkal
"Iya yah" ujar Bian
"Ayah bingung antara bahagia dapet cucu atau sedih karena kamu rusak anak gadis orang"
"Aku juga bingung yah"ujar Bian sedikit membuat Ayah nya terkejut .
"Bingung apa?, jangan sampai kamu ngelakuin hal bodoh. Ayah buang kamu ke kandang macan punya Bang Al"
Bian menyugarkan rambutnya dan ikut berbaring bersama Luna lalu memeluk wanita nya itu .
******
Pagi harinya Luna sudah menunggu Bian bangun dan ketika pria nya itu duduk di hadapan dia, Luna mulai berbicara .
"Jadi kita mau nikah? Karena kehamilan aku?" Tanya Luna yang menatap tajam ke arah Bian yang di tatap nya hanya tersenyum kecil dan mendekat kearah Bian .
"Sayang" . Ujar Bian dan menggenggam tangan Luna
"Let's discuss this problem" .
"Nothing to discuss anymore, the final of this talk is we will get married!".
"Bastard !!!".
Setelah mengatakan itu Luna beranjak bangun lalu membantingkan pintu dengan keras.
Bian membuka pintu kamarnya dan melihat Luna sedang berbaring , Bian masuk kedalam selimut dan memeluk Luna dari belakang.
"Kamu ingat waktu dulu aku bilang kita akan tetap nikah bagaimanapun, mau kamu hamil atau nggak kamu tetap nikah sama aku"
Luna berbalik dan memeluk tubuh Bian.
"Kita nikah yah" ujar Bian dan Luna mengangguk pasrah dan menangis tersedu - sedu .
"Jujur aku belum siap untuk nikah atau punya anak, aku rasa ini terlalu cepat" ujar Luna yang terus terisak pilu .
"Me too, but it will happen when we have so much sex" Bian tertawa mendengar ucapanya sendiri sedangkan Luna semakin memeluk tubuh Bian.
Bian sedikit merendahkan tubuh nya melihat perut Luna yang masih rata mengecup pelan dan Luna menunduk melihat Bian yang sedang berbicara dengan perutnya.
"Hello Baby, sehat - sehat di perut Mommy yah. Daddy always heres" dan mengecup pelan perut Luna lalu memberikan usapan - usapan penuh kasih sayang.
Luna mengusap kepala Bian yang sedang berbicara dengan anak mereka .
"Aku harus secepetnya ke rumah kamu buat lamar kamu" ujar Bian bangun dan duduk di tepi kasur.
"Minggu depan" ujar Luna
"Oke, Kamu mau pernikahan seperti apa?" Tanya Bian dan menarik tubuh Luna agar menyandar pada tubuh nya.
"Aku pengen pernikahan sederhana , jangan undang banyak orang" Luna mengatakan itu dan jemari nya tidak henti mengusap pelan tangan Bian yang berada di perut datar nya.
"Oke"
"Mau fitting kapan?" Tanya Luna
"Kita bisa mulai dari minggu depan, semua keinginan kamu bakal aku penuhin."
"Kamu nggak malu kalau nanti kita nikah keliatan jelas aku udah hamil?" Tanya Luna .
"Kenapa harus malu, rasa malu cuman karena hal sepele . Yang terpenting kebahagian kamu dan anak kita baik - baik aja" ujar Bian dan mengecup bibir Luna.
"Oke, aku pikih hati - hati dan sesuai keinginan aku"
"Inget satu hal jangan pernah mikir kita nikah dadakan makanya aku bilang kamu pilih gaun , dekorasi , undangan dan lain nya pelan - pelan nggak usah terburu - buru atau takut perut kamu keliatan jelas lagi hamil. Thats not points , your happiness is very important to me"
"Love you" ujar Luna dan mulai melumat bibir Bian pelan .