Alvo ternyata rindu pergi lagi mengendarai sepeda sewaan menikmati Sungai Han di Korea Selatan. Sebenarnya dia sedang mencari lokasi lainnya di muka bumi ini yang dia yakini ada, dia hanya belum sempat saja mencari. Masih sendirian dia menyewa lagi sebuah sepeda di tempat yang sama seperti sebelumnya. Bapak penyewaan sepeda yang biasa disebut Tuan Park itu nampak masih mengingat wajah Alvo dengan baik. Dua buah buku sudah dibawanya sebagai bekal malam ini. Dia ingin mencari satu spot tepat untuk dibacanya di sela-sela berkendara.
"Ada apa Tuan Park? Kau nampaknya sedikit murung?" Tanya Alvo yang bisa melihat sedikit raut kesedihan itu.
"Kau salah. Justru aku senang akhirnya ada yang datang menyewa sepedaku. Sudah sesore ini dan kau orang ketiga yang menyewanya. Aku sangat bersyukur." Tuan Park yang nampak berusia sekitar 60 tahunan itu nampak tersenyum.
"Ah, kau pasti juga kesulitan karena pandemi ini ya?" Tanya Alvo.
"Iya. Itu sudah pasti. Aku masih beruntung pemerintah tidak menutup usahaku untuk sementara, walau kau bisa lihat sendiri cukup sepi hari ini." Ucap Tuan Han lagi.
"Aku akan lebih sering datang kalau begitu. Aku bahkan akan membawa teman lain kali. Kau tenang saja ya." Ucap Alvo dengan senyum manisnya.
Penyakit semacam ini tentu saja tidak akan bisa membuat para Xander tertular. Mereka memiliki kekuatan fisik yang luar biasa yang membuat mereka kebal terhadap segala penyakit kecuali menua atau segala jenis kekuatan para dewa. Tapi tentu saja kemanapun mereka pergi, mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi di sekitar mereka. Sehari-hari mereka memang menggunakan pakaian normal layaknya manusia biasa hanya saja para Xander memang menyukai segala sesuatu yang berbau mahal dan mewah walau tentu sesuai dengan selera masing-masing. Seperti saat ini untuk mengayuh sepeda sewaan saja, Alvo mengenakan celana, kaos, juga long coat keluaran brand high-end ternama yang terkenal di seluruh penjuru Bumi.
Alvo mulai mengayuh sepedanya perlahan. Mampir ke sebuah minimarket dan membeli dua kaleng bir untuk menemaninya membeli buku. Kembali mengayuh merasakan terpaan angin sore hari di musim gugur yang indah itu. Daun-daun nampak jatuh berguguran memenuhi taman dan jalan. Sedangkan langit menunjukkan semburat senja yang cantik dan menghanyutkan. Alvo memiih sebuah bangku yang nampak kosong kali ini persis menghadap ke Sungai Han. Mulai dengan membuka kaleng bird an membuka salah satu bukunya.
Membaca adalah cara Alvo untuk berisitirahat. Aneh memang karena saat yang lain beristirahat degan melakukan apa yang bisa membuat orang merasa rileks, dia justru membaca buku yang memaksamu berpikir. Entah sudah berapa lama dia berada di sana. Langit nampak semakin gelap dan angin juga terasa semakin kencang berhembus. Alvo melirik jam tangannya dan menyadari bahwa dia harus kembali sekarang. Sudah dua jam dia duduk sendirian di sana.
Alvo kembali menuju tempat persewaan sepeda sebelumnya. Setelah mengembalikannya, dia berjalan sekitar 200 meter tentu menuju gerbang Orion yang dia tinggalkan dekat dengan tiang jembatan. Tapi betapa terkejutnya ketika bahkan matanya memicing, tapi gerbang itu tidak ada. Alvo sampai harus memastikan kesana dan kemari untuk melihat keberadaan Orion.
"Bagaimana mungkin? Tadi jelas ada di sini. Tidak mungkin bisa menghilang sendiri, kecuali…" Pikiran Alvo melayang tapi untuk saat ini tujuan pertamanya adalah kembali ke Malghavan.
Menimbang-nimbang siapa yang harus dia hubungi di Malghavan karena kalau dugaannya benar, mereka bisa mendapat masalah yang serius. Akhirnya dia meminta Ega menjemputnya melalui telepon, dengan catatan dia tidak akan membocorkan pada siapapun apa yang terjadi. Tidak menunggu lama, Ega nampak terburu-buru menghampirinya.
"Akhirnya kau datang juga." Tepuk Alvo di pundak Ega merasa lega.
"Kenapa? Apa yang terjadi? Kemana gerbang Orionnya?" Tanya Ega.
"Jujur aku juga tidak tahu tapi kita harus segera kembali ke Althea. Kita harus memastikan satu hal disana." Ajak Alvo segera.
Menurut saja dan mereka kembali ke Malghavan dengan gerbang milik Ega yang berjarak sekitar 100 meter dari gerbang yang hilang. Begitu tiba di Althea, melihat kondisi sekeliling yang aman alias tidak ada Xander lainnya. Sedikit mengetik saja pada komputer canggih yang memang selalu ada di ruangan itu dan melihat siapa yang menggunakannya. "Ah itu."
Alvo dan Ega saling pandang. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Ya apa lagi selain mencarinya. Tapi untuk saat ini kita tidak boleh membiarkan Xander lain mengetahui ini. Kau bisa membantuku kan?" Pasti Alvo.
"Ya ya tentu aku akan membantumu." Ucap Ega.
"Kalau begitu kita harus keluar sekarang." Ajak Alvo yang segera diangguki oleh Ega.
Bagi Alvo memang Ega adalah sosok yang sangat dapat dipercaya dan memang berhati tulus. Ega sangat suka membantu orang lain dan memang bisa diandalkan dalam kondisi seperti ini. Dia tidak akan mengingkari janji yang sudah dia buat sendiri. Contohnya saat ini, dia rela membantunya tanpa banyak bertanya.
Mereka berpencar, Alvo menuju area depan kastil dan Ega menuju area belakang kastil. Tidak menyangka hari semacam ini akan datang juga. Area kastil memang tidak seluas itu tapi berbeda lagi kalau kita bicara mengenai Malghavan. Meskipun juga tidak terlalu besar, tapi tentu saja memakan banyak waktu untuk mencari ke segala sudut. Malghavan terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu kastil para Xander di Utara, hutan Bolinus, dan pemukiman demigod. Memang nampaknya timpang karena kastil dan pemukiman terpisah tapi itu semua diciptakan untuk keamanan kastil itu sendiri dan semua yang ada di dalamnya. Xander sendiri memang adalah kalangan demigod elit yang memang merupakan keturunan dari para dewa utama.
Alvo dan Ega bertemu lagi di area belakang kastil yang memang lebih luas. Tempat yang sama seperti tempat melukis Juno biasanya. Sebuah danau bening tak bertepi dengan beberapa pohon besar disekitarnya. Mereka memastikan tidak ada tanda-tanda mahkluk tercebur di danau atau bersembunyi di balik pohon.
"Dia tidak ada disini." Ucap Alvo.
"Apa kau yakin?" Tanya Ega.
"Sepertinya begitu. Kita harus mencoba mencari ke Hutan Bolinus dan kalau terpaksa kita harus ke pemukiman demigod. Ah, aku benar-benar takut sekarang. Semoga kekhawatiranku ini salah." Ucap Alvo akhirnya.
"Tenanglah. Aku akan membantumu sebisaku. Untunglah waktu disini berjalan dengan lebih lambat. Aku yakin kita akan bisa menemukannya." Ucap Ega.
"Semoga. Dia pasti merasa bingung dan tersesat. Aku takut ada seseorang di Bumi yang saat ini sedang mencarinya." Ucap Alvo akhirnya.
"Apa kau merasa kita peru meminta bantuan Xander lainnya?" Tanya Ega.
"Entahah untuk saat ini aku masih bingung." Ucap Alvo.
Ya untuk pertama kalinya setelah sekian lama Alvo merasa bimbang dengan langkah yang harus dia ambil. Alvo yang biasa menjadi tangan kanan Basta dan selalu menjadi Xander yang dapat diandalkan kali ini merasa gamang.