Chereads / Malghavan - The Magic Shop / Chapter 28 - Dinner with Emma

Chapter 28 - Dinner with Emma

Tanpa sepengetahuan Ega, Dion turun ke Paris beberapa hari yang lalu. Mencoba kembali ke Gedung Kesenian Perancis dan berniat mencari secuil informasi mengenai Emma. Suatu kebetulan yang luar biasa, Emma sedang ada penampilan malam itu walau pertunjukan sudah mulai 30 menit sebelumnya. Ragu tapi akhirnya dia memilih untuk membeli tiket saja mencoba peruntungan. Benar saja Dion masuk persis ketika Emma sedang menari. Pemandangan yang selalu bisa menyita perhatiannya.

Dirinya tak tahu sudah sejauh apa hubungan antara Ega dan Emma melalui telepon. Tapi Dion sudah berjanji pada diri sendiri untuk berusaha juga mendapatkan hati Emma. Tidak perduli apa yang mungkin akan terjadi pada hubungannya dengan Ega nantinya. Mata mereka sempat bertemu dan sedikit senyum Emma nampak terbit disana. Dion mencari bangku kosong untuk menikmati ujung pertunjukan malam itu.

Begitu usai, Dion segera menyusul Emma di pintu keluar khusus artis. Cukup lama dia menunggu bahkan sempat membeli satu gelas kopi panas untuknya dan satu es cappucino untuk Emma. Hingga gadis itu keluar dan terlihat terkejut karena Dion sudah menunggunya.

"Aku tidak tahu apa yang kau suka jadi aku asal pilih saja." Ucap Dion dengan senyum manisnya.

Tanpa ragu Emma menerima dan mencicipinya. "Ah, es cappucino? Aku menyukainya."

"Ah begitu? Baguslah kalau begitu. Hm, setelah ini kau mau kemana?" Ucap Dion akhirnya.

"Tidak ada. Aku hanya ingin pulang saja. Kenapa?" Tanya Emma yang cantik masih dengan sisa riasan di wajahnya.

"Bagaimana kalau kita makan malam dulu? Kalau kau tidak keberatan." Ajak Dion akhirnya.

Emma mengatakan bahwa tempatnya tinggal tak jauh dari sana jadi Dion mencoba mencari tempat makan yang searah saja dengan apartemennya. Gadis itu hanya mengangguk saja dan membiarkan Dion membawanya ke manapun yang dia inginkan dengan berjalan menyusuri Kota Paris yang romantis. Hingga Dion melihat sebuah restoran yang ternyata cukup terkenal di Paris. Sebuah restoran bintang empat yang nampak cukup ramai. Emilie Bistro namanya.

"Kau yakin mau makan disini? Bukankah tempat ini cukup mahal?" Emma tak yakin.

"Apa itu berarti kau meragukan aku?" Tanya Dion masih dengan senyum manisnya.

"Ah, bukan. Bukan seperti itu. Aku hanya merasa merepotkan." Ucap Emma ragu karena pria ini mengatakan dia hanya bekerja di sebuah magic shop.

"Ya ya aku mengerti. Kau merasa aku tidak cukup mampu membayar di restoran semahal ini karena aku hanya bekerja di sebuah magic shop? Hm, percayalah Emma, bekerja di magic shop itu tidak seburuk yang kau bayangkan. Aku menghasilkan cukup banyak uang dari sana. Jangan khawatir." Ucap Dion lagi.

"Bukan itu maksudku, tapi ak-" Ucapan Emma terhenti.

"Tenang saja. Itu biasa terjadi." Ucap Dion lagi memintanya masuk.

Restoran ini sebenarnya bukan restoran biasa yang siapa saja bisa makan disana. Tamu harus membuat janji sebelumnya agar pelayan bisa memastikan ada tempat yang kosong dan menyiapkan tempat. Lagi-lagi Dion beruntung malam ini karena seorang tamu baru saja membatalkan janjinya untuk datang dan ada dua kursi kosong yang cukup strategis untuk dirinya dan Emma. Dion memesan makanan untuk keduanya. Emma bilang karena Dion yang membawanya kemari, dia akan makan apa saja yang Dion pilihkan untuknya.

Seorang pelayan datang dan memberikan mereka anggur merah juga hidangan pembuka malam ini yang dimulai dengan Vol Au Vent yang merupakan pastry dengan isian daging ayam dan saus Madeira.

"Sebenarnya aku datang karena ingin mencari tahu tentang dirimu. Aku malu sekali karena waktu itu meninggalkanmu dalam keadaan mabuk. Aku jadi belum sempat berpamitan dengan layak." Ucap Dion membuka percakapan malam itu.

"Hehe. Ya tidak masalah. Aku jadi merasa bersalah juga malam itu karena aku kamu jadi harus mabuk seperti itu. Aku sudah titip salam padamu melalui Ega. Aku yakin dia sudah menyampaikannya." Ucapnya kemudian.

"Titip salam padaku?" Dion tak yakin.

"Iya. Aku sudah titip salam saat berbalas pesan dengannya. Dia sudah mengatakannya padamu kan?" Tanya Emma lagi.

"Ah ya itu. Sudah sudah. Dia sudah mengatakannya padaku. Aku hanya sedikit lupa. Hehe." Ucap Dion akhirnya.

Mereka tersenyum saat seorang pelayan mengantarkan makanan utama mereka malam itu. Dua piring Foei Gras yang menjadi andalan di restoran ini. Makanan yang berasal dari hati angsa itu diharapkan bisa menghangatkan malam mereka.

"Jadi kau sering berkomunikasi dengan Ega?" Tanya Dion hanya memastikan.

"Ah iya. Tidak terlalu sering hanya beberapa kali saja." Ucap Emma saat itu.

"Hm, kalau kau tidak keberatan, aku juga ingin punya nomormu." Senyum Dion lagi.

"Kenapa tidak bertanya saja pada Ega? Kalian saudara kan?" Tanya Emma akhirnya.

"Ah ya tentu kita saudara. Aku hanya merasa lancang kalau langsung memintanya pada Ega. Lebih baik aku meminta sendiri padamu." Alasan Dion yang tentu membuat Emma percaya.

"Apa kalian sudah pernah bertemu lagi setelah malam itu?" Dion penasaran.

"Ah kalau itu belum. Sepertinya dia sedang sibuk. Aku kira suadara itu selalu membicarakan banyak hal bersama." Jawab Emma ramah tapi bingung juga.

"Ahahaha. Tidak semua hal harus kau bicarakan pada orang dekat Emma. Kadang ada hal-hal yang ingin kau simpan sendiri untuk menjaga apa yang sudah ada." Jawab Dion.

"Ah begitu. Benar juga." Ucap Emma akhirnya.

Menyambut hidangan penutup malam itu, Mix Berry Crème Brulee dengan kombinasi rasa manis dan asam yang sempurna untuk keduanya. Seorang pelayan pergi setelah mengantarkan makanan terakhir mereka malam itu.

"Bon Appetit." Ucap Dion dengan wajah ucunya nampak girang dengan hidangan penutup di depan matanya.

Mereka berdua menghabiskan semua menu makan malam itu dan Dion memutuskan untuk mengantar Emma menuju apartemennya. Tidak banyak yang mereka bicarakan hanya obrolan-obrolan receh saja mengenai kehidupan sehari-hari. Emma saat ini sebenarnya juga merupakan seorang balerina yang cukup sukses dan memiliki nama. Tapi memang dia masih memilih transportasi umum daripada membeli kendaraan entah mobil atau motor karena alasan sederhana, yaitu dia belum bisa mengendarainya.

Emma juga tinggal sendiri tapi dia punya rekan sesama balerina di apartemen yang sama walau di kamar yang berbeda. Dion tahu Emma tinggal di kamar 203 sedangkan temannya berada di sisi lain gedung tersebut di kamar 305. Gadis itu bernama Clara dan mereka beberapa kali juga cukup sering pergi bersama. Dion cukup lega karena ternyata gadis itu tidak benar-benar sendirian. Hingga tak terasa mereka tiba juga di seberang apartemen Emma. Sebuah apartemen yang cukup lumayan bersih dan nyaman juga walau tidak terlalu banyak tingkat mungkin hanya 10 saja. Memutuskan berpisah setelah Dion kali ini tidak lupa untuk meminta nomor telepon Emma.