Setelah menyelesaikan pekerjaannya di Uzbekistan, Basta berkunjung lagi ke Malaysia. Melewati Orion lagi tepat setelah kembali dengan Ega menuju Negeri Jiran. Untuk apa lagi kalau bukan menemui Aura dan Yusuf. Kondisi Aura yang memang tidak bisa melihat membuat komunikasi Basta dengannya sedikit berbeda. Mereka hanya bisa melakukan panggilan telepon itupun sangat jarang karena mereka berdua sangat sibuk.
Pandemi yang ganas menyerang ini kabarnya juga sudah sampai di Malaysia bahkan penjualan bunga Aura terpaksa berhenti karena tidak ada lagi yang membeli bunganya. Tempatnya berjualan di pusat kota Kuala Lumpur pun terpaksa harus ditutup sementara oleh pemerintah pusat untuk membatasi penyebaran virus. Terakhir yang dia dengar, dia masih berdiam diri dirumah karena Yusuf pun sementara harus libur.
Berbekal alamat yang diberikan pada Basta sebelumnya, tiba juga dia di depan di sebuah tempat tinggal yang rupanya adalah sebuah rumah kos. Berbeda dari yang disampaikan Aura sebelumnya karena ini jelas bukan apartemen. Entah apakah sang pemilik kos menipunya dengan menyebut ini apartemen. Sepertinya Aura yang sudah menyadari kehadirannya meminta Yusuf menjemputnya karena bocah kecil itu nampak girang berlari menatapnya.
"Paman datang?" Tanya Yusuf senang.
"Iya paman ingin bertemu kau dan ibumu." Ucap Basta dengan senyum terbaiknya.
"Masuk paman." Ajak Yusuf sudah menggandeng tangannya.
Kamar itu ternyata cukup besar walau sebenarnya hanya satu ruangan besar dengan kamar mandi di ujungnya. Sedikit di modifikasi saja dengan sekat untuk memisahkan alas untuk duduk dan ranjang untuk tidur. Nampak dapur kecil juga di samping kamar mandi.
"Hai Aura." Sapa Basta.
"Hai juga. Masuklah." Ajak Aura.
"Sebenarnya aku sudah masuk. Hehehe. Maaf barusan Yusuf yang mengajakku masuk." Ucap Basta sudah berdiri di dalam kamar.
"Ah tidak apa-apa. Duduklah kalau begitu." Ucap Aura mendekat ke arah karpet dan sigap sang putra Yusuf membantunya.
"Aku kira kau menyebut tinggal di apartemen terakhir kali, tapi bukankah ini nampak seperti kos? Hm maaf aku bukan bermaksud merendahkan." Tanya Basta.
"Hahaha. Iya tidak apa. Ini memang kamar kos tapi aku rasa fasilitasnya cukup baik kan? Itu kenapa aku menyebutnya apartemen lagipula Yusuf selalu menyebutnya begitu. Maaf kalau kau terganggu." Ucap Aura.
"Hahaha. Tentu tidak. Aku hanya sedikit bingung saja tadi waktu datang. Mungkin aku saja yang salah mengartikan. Jadi bagaimana kabarmu?" Tanya Basta langsung sambil bergerak duduk.
"Seperti yang kau lihat." Senyum Aura masih nampak mengembang.
"Lalu apa kegiatan kalian sehari-hari?" Tanya Basta benar-benar khawatir.
"Mama membantuku mengerjakan tugas sekolah setiap pagi. Lalu kami hanya bermain sepanjang hari. Makan tidur bermain makan lagi bermain lagi tidur lagi. Terus saja seperti itu." Cerita Yusuf dengan wajah polosnya membuat mereka berdua tertawa saja.
"Yususf, bisa bantu mama buat minum untuk paman?" Tanya Aura.
"Ah iya. Aku akan membuatnya." Ucap Yusuf segera pergi ke dapur kecil itu.
"Sebenarnya aku benar-benar tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku hanya bertahan hidup dengan sisa tabungan yang kumiliki. Aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan sementara waktu hingga toko bunga bisa buka lagi. Itupun aku juga tidak tahu apakah aku bisa menjual bunga seperti dulu." Ucap Aura lagi.
"Sejujurnya aku tidak tahu ini akan membantu atau tidak. Aku memiliki satu buah ponel pintar yang mungkin belum bisa kau temui disini. Ponsel ini akan bekerja sesuai perintahmu hanya menggunakan suaramu. Ponsel ini akan terkoneksi pada semua alat elektronik yang ada di sekitarmu tapi mungkin itu tidak akan terlalu banyak kau gunakan untuk saat ini. Paling penting saat ini ponsel ini bisa mengakses seluruh aplikasi yang ada di ponsel termasuk e commerce. Kamu hanya perlu memberi perintah dan ponsel ini yang akan mengerjakannya." Cerita Basta panjang lebar.
"Ah begitu. Tapi lalu untuk apa semua ini? Apa yang harus ku lakukan dengan ini?" Tanya Aura masih bingung.
"Kau bisa kembali berjualan melalui aplikasi jual beli yang ada di dalam ponsel ini. Kau bisa memasang foto semua bunga yang kau jual, mengatur stok, memilih pengiriman, berkomunikasi dengan kurir dan pembeli semua dari satu ponsel pintar ini. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya." Ucap Basta.
"Hm ah tapi apa ini tidak berlebihan? Maksudku ponsel ini pasti sangat mahal." Ucap Aura.
"Ya kau tidak perlu memikirkan itu. Aku benar-benar hanya ingin membantumu saja." Ucap Basta benar-benar tulus.
Aura sebenarnya masih ragu perlu menerimanya atau tidak tapi Basta terus mendorongnya.
"Sudahlah terima saja. Kau memerlukannya." Tutup Basta akhirnya dan Aura pun mengangguk.
Yusuf datang membawa minuman dan nampak menikmati saja apa yang sedang dibicarakan oleh mama dan paman Basta.
"Kau baik sekali Yusuf terima kasih." Ucap Basta.
"Aku rasa mama terima saja ponsel ini. Paman Basta sudah baik sekali dengan kita. Ponselnya juga bagus dan sepertinya memang bisa diandalkan." Yusuf coba meyakinkan mamanya. Mengedip pada Basta menunjukkan bahwa dia ada disisi pria itu. Basta hanya bisa membalas senyum dan kedipan lagi.
Atas bujukan Yusuf, Aura mau menerima hadiah dari Basta. Hari itu berlalu dengan Basta mengajari Aura cara menggunakan ponsel yang sepenuhnya terintegrasi dengan suaranya itu. Basta memang harus merogoh kocek cukup dalam untuk ponsel itu tapi dia merasa itu sepadan untuk Aura dan Yusuf.
Para Xanders tidak pernah kekurangan uang. Para Xander dengan mudah mendapatkan uang dari para dewa. Ya, mereka mendapat sejumlah koin emas setiap mereka menyelesaikan sebuah kasus. Ada seorang demigod yang diutus para dewa untuk mengantarkan koin emas itu pada mereka. Alvo kemudian bertugas untuk menjual koin emas tersebut dan menukarnya dengan berbagai mata uang di seluruh dunia terutama dolar dan euro. Tidak selalu mengerjakannya sendiri, Alvo kadang meminta bantuan pada seorang demigod yang berada di bumi. Demigod bernama Afro seorang pria berkulit hitam yang memang bekerja di sebuah tempat penukaran uang di Washington DC.
"Aku rasa cukup untuk hari ini. Aku akan datang lagi kapan-kapan kalau ada yang ingin kau tanyakan." Ucap Basta dengan senyum tulusnya.
"Aku tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa." Ucap Aura.
"Hanya perlu hidup bahagia dengan Yusuf. Kondisi saat ini memang berat tapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Pun tidak bisa diatasi maka kita yang harus beradaptasi." Ucap Basta optimis.
"Paman Basta hebat." Ucap Yusuf memuji dengan senyum lebarnya.
"Hebat? Kalian itu manusia hebat sesungguhnya." Puji Basta kembali.
Basta kemabi ke Malghavan dengan senyum sumringah di wajahnya. Baru saja melintasi Orion, dia bertemu dengan Vaz dan Orfe yang memang baru saja kembali.
"Kenapa kau tersenyum aneh begitu?" Tanya Vaz datar dan Basta segera menata air mukanya lagi.
"Kau mencurigakan." Ucap Orfe kemudian.
"Ken-kenapa? Memangnya tidak boleh aku tersenyum?" Tanya Basta mencoba pergi dari situasi yang canggung itu.