"Apa kau menginginkan yang lebih, Sayang?!" tanya Altea pada Bobi dengan lirih sembari memasukkan jarinya ke dalam mulut Bobi.
Bobi terlihat sangat menginginkan yang lebih tetapi wanita itu tidak akan dengan mudah memberikan apa yang diinginkannya. Dalam benaknya Altea kembali muncul ide nakal lalu dia tersenyum nakal.
Altea mencium bibir Bobi dengan liar, sehingga pria itu tidak bisa menahan rasa ingin menikmati yang lebih panas lagi. Seperti api yang dapat menghanguskan seluruh hasrat yang ada dalam jiwanya.
Dia melepaskan ciumannya lalu mengatakan apa misinya telah berhasil. Bobi mengangguk, dia mengatakan jika semua yang telah mereka lakukan berhasil. Buktinya saja tadi, wanita yang ingin dibuangnya sudah terlihat marah dan pergi begitu saja.
"Mengapa kau ingin membuangnya? Padahal dia wanita yang sangat cantik?!" tanya Altea kembali dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
"Karena dia berniat membunuhku!" jawab Bobi sembari melihat ke arah bibir yang terasa manis milik Altea.
Bobi pun menceritakan semuanya pada Altea, jika wanita itu bersama dengan sang paman ingin menghabisi dirinya. Altea pun kembali bertanya pada Bobi dari mana tahu jika wanita itu ingin menghabisinya.
Bobi mengatakan dia melihat wanitanya berjalan dengan sang paman. Dia pun mengikutinya, ke sebuah restoran yang berada di hotel bintang lima. Dan dia pun mendengar rencana wanitanya dengan sang paman. Yaitu pernikahannya harus dipercepat, setelah itu barulah mereka bisa melancarkan serangan untuk menghabisinya.
Setelah mengatakan itu, dia menatap wanita yang ada di hadapannya itu dengan lekat. Altea tahu dengan pasti tatapan seperti itu yang artinya pria itu menginginkan hal yang lebih dari sekedar ciuman agresif saja.
"Kau menginginkannya—tetapi dengan satu syarat, kau harus membayarku empat kali lipat dari perjanjian sebelumnya," Altea berbisik pada Bobi lalu menggigit daun telinganya.
Tanpa basa-basi Bobi menyerang Altea dengan ciuman yang agresif. Itu artinya pria itu setuju dengan syarat yang diberikan oleh Altea, dia berharap setelah hari ini tidak akan bertemu dengan pria itu lagi. Sebab misinya telah berakhir, sehingga dia akan pindah dari apartemen yang sedang ditempatinya sekarang. Dan tidak ada seorang pun mantan dari klien yang tahu keberadaannya.
Sentuhan lembut Bobi membuat Altea larut di dalamnya, dia menghentikan setiap sentuhannya lalu mengangkat tubuh Altea. Dia menatap wajah wanita yang sudah membuatnya bergairah lalu dia pun tersenyum sembari berjalan menuju sofa.
"Aku sangat menyukaimu, Sayang. Apakah kita bisa selamanya bersama?" tanya Bobi pada Altea.
"Tidak bisa karena hari ini adalah pertemuan terakhir kita dan perjanjian pun sudah berakhir," jawab Altea sembari tersenyum menggoda.
Terlihat ada guratan kekecewaan dari wajah Bobi tetapi semua itu bisa hilang dengan cepat saat wanita itu mencium ceruk lehernya. Dia tersenyum lalu menghempaskan tubuh Altea dengan lembut ke atas sofa.
Bobi melepaskan dasi yang melingkar di lehernya, membuka satu per satu kancing kemeja yang dikenakannya. Altea tidak menampik jika pria yang ada di depannya itu begitu menggoda, sehingga membuat hasratnya meningkat dan ingin menikmatinya.
"Apa kau menginginkannya, Sayang?" Bobi bertanya dengan lirih lalu mencium ceruk leher Altea dengan lembut.
Tanpa Altea sadari kedua tangan Bobi berjalan di setiap inci tubuhnya dan berhenti tepat di kedua puncak kenikmatan miliknya. Bobi meremas kedua puncak kenikmatan milik Altea dan sesekali menyesap salah satu ujung dari puncak kenikmatan Altea. Sehingga tubuh Altea menggeliat dan melenguh.
"Aku menyukai suara lembut ini—sehingga aku ingin terus mendengarnya," bisik Bobi sembari menggigit daun telinga Altea dengan lembut.
Dia mengetahui jika bagian itu bisa membuat Altea semakin menginginkan yang lebih dan lebih. Dengan lembut Bobi melepaskan pakaian yang melekat di tubuh Altea. Menatap tubuhnya dengan lekat, terlihat jika dia sudah tidak bisa menahan untuk memakannya.
"Apa kau menginginkannya? Ayo kita lakukan, Sayang," Aku berkata dengan nada menggoda.
Bobi mencium bibir Altea dengan begitu lembut, tangannya bermain dengan lihat di area sensitifnya. Sehingga membuat tubuh wanita itu menggeliat, ciumannya tidak hanya di bibir saja. Namun, menjalar ke setiap inci tubuh Altea.
Altea kembali melenguh, dia menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh Bobi. Dia memejamkan kedua matanya untuk menikmati apa yang masih dilakukan oleh pria yang sudah membuat gairahnya meningkat.
"Sepertinya kau sudah siap? Aku akan memulainya," Bobi berkata dengan lirih.
Bobi tersenyum dan dia pun sudah tidak bisa lagi menahan semua gairahnya yang sudah memuncak. Dia memasukkan kejantananya ke dalam area kewanitaan Altea dengan perlahan, setelah itu dia pun bergerak perlahan maju dan mundur dengan ritme yang pelan.
Semakin lama gerakan tubuh Bobi semakin cepat dan sehingga membuat Altea kembali melenguh dan mencengkeram kain yang ada di atas sofa. Dia memejamkan kedua matanya untuk menikmati setiap gerakan yang di lakukan oleh Bibi.
Bulir-bulir keringat sudah membasahi kedua tubuh mereka dan akhirnya Bobi menghentikan gerakkannya karena dia sudah mencapai klimaksnya. Begitu juga dengan Altea yang sudah mencapai klimaksnya.
Bobi masih saja mengatakan ingin memiliki Altea seutuhnya karena dia sudah mulai merasakan getaran di dalam hatinya. Dan dia juga berpikir jika Altea tidak mungkin berbuat jahat padanya. Namun, Altea tidak bisa memenuhi keinginannya, bagi Altea pria yang ada di depannya itu hanya seorang klien saja tidak lebih dari itu.
"Kau bisa menghentikan pekerjaanmu itu karena aku sanggup untuk memerikan apa yang kau inginkan," Bobi kembali berkata pada Altea.
Dia masih berusaha untuk menarik Altea ke sisinya dan dia juga tidak akan mempermasalahkan perkerjaan Altea saat ini. Yang dia inginkan saat ini adalah wanita yang ada di depannya itu menjadi miliknya seutuhnya.
Namun, semua yang dikatakan dan yang akan dilakukan oleh Bobi sama sekali tidak akan bisa mengubah keputusan Altea. Baginya Bobi bukan pria yang pantas untuknya dan juga masih ada hal yang harus dia lakukan sebelum dia memutuskan untuk ke luar dari dunia wanita bayaran.
Altea pun menghela napasnya karena dia tidak akan berkata-kata lagi dan akhirnya dia beranjak dan berjalan menuju kamarnya. Dia berniat untuk membersihkan dirinya tetapi Bobi mengikuti langkah Altea hingga masuk ke dalam kamar dan memeluknya dari belakang.
"Aku menginginkan sekali lagi," bisiknya sembari mencium tengkuk leher Altea.
"Apa tadi belum cukup?" Altea bertanya pada pria yang begitu agresif hari ini.
"Tidak ada kata cukup jika denganmu," jawab Bobi dan kembali menggigit daun telinga Altra.
Sebenarnya Altea ingin menolak keinginan Bobi tetapi tubuhnya terlihat tidak ingin menolak pria yang tersu membuatnya kembali bergairah. Bobi pun membalikkan tubuh Altea lalu mencium bibirnya kembali.
Bobi menghentikan ciumannya lalu berkata pada Altea, " Kita mandi bersama saja."