"Diam kau!" bentak Zalina kesal terhadap sekretaris Eysia yang selalu ingin tahu masalahnya.
"Em ... maafkan saya Nyonya!" sekretaris Ey tertunduk.
Reinard hanya tersenyum melihat tingkah Zalina yang merasa malu karena telah jadi sumber tatapan semua hadirin di dalam ruang rapat tersebut.
"Tolong segera di mulai rapatnya!" pinta Zalina terhadap Darwin selaku Presdir di perusahaan Mahardika Group, menggantikan mendiang sang kakak.
"Baiklah ... mari kita mulai sekarang!" Darwin memimpin rapat guna membahas kelanjutan gedung teater yang telah di dedikasikan oleh mendiang Mahardika. Dia juga tidak segan meminta anggaran pengelolaan gedung itu di naikkan dua kali lipat dari anggaran sebelumnya.
