Chereads / You Must Die / Chapter 9 - Ghost Killer Part 2

Chapter 9 - Ghost Killer Part 2

"Ya ampun Sion, kamu tuh pengecut banget sih! Lagian kan mereka gak punya bukti nyata buat laporin kita ke polisi." Cindy terus berusaha untuk menenangkan Sion yang ketakutan jika dipenjara karena telah membantu seorang gadis yang telah membunuh Nina. Sion diam tak menanggapi ucapan Cindy, ia benar-benar tak bisa menenangkan hati dan pikiran, bayangan-bayangan tentang penjara terus melintas di benaknya.

Perasaan bersalah pun selalu menghantui. Bahkan bayangan wajah Nina pun terkadang melintas begitu saja di pikirannya. Bukan hanya itu, setiap malam Sion selalu bermimpi Nina yang meminta Sion untuk segera bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya saat itu. Sion tak berani untuk menceritakan itu semua ke Cindy. Sion yakin jika Cindy akan terus membuatnya semakin tertekan dengan apa yang ia katakan nanti. Bukannya menenangkan, Cindy malah mengucapkan hal-hal yang membuat Sion semakin merasa bersalah. Sion tahu, jika Cindy berniat untuk membuatnya tenang, namun di setiap kalimat yang selalu terlontar dari mulut Cindy malah terdengar seperti menakut-nakuti perasaan Sion. Perasaan takut dan bersalahnya yang semakin lama semakin bertambah itu membuat Sion tak bisa melupakan sosok Nina. Terlebih lagi Nina adalah mantan pacarnya yang sudah sangat lama bersama, tentu saja akan sangat sulit untuk Sion melupakan wajah Nina. Suara-suara Nina saat dulu pun selalu saja terdengar di telinga lelaki itu.

Ketika malam tiba, Sion selalu melihat bayangan tubuh Nina yang sedang berdiri di balik gorden kamarnya. Sion selalu mengira jika itu adalah khayalan belakanya, ia selalu mengabaikan bayangan itu. Namun karena rasa penasarannya yang besar, Sion memberanikan diri untuk melihat apa yang ada di balik gorden kamar itu. Perlahan ia berjalan mendekati gorden dengan ketakutan yang luar biasa. Walaupun sudah mencoba mendekat, bayangan itu tak pernah pergi. Perlahan Sion menarik gorden itu dan ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat di sana. Ia terperanjat kaget, memundurkan tubuhnya beberapa langkah, mencoba untuk menjauh dari gorden itu.

Terlihat jelas seorang gadis tengah berdiri di sana dengan wajah yang sangat pucat. Rambutnya yang panjang terurai terlihat sangat berantakan. Pakaian putih yang ia pakai terlihat kotor dan dipenuhi oleh bercak darah yang cukup banyak. Tak ada senyuman di wajah gadis itu, wajahnya begitu datar memandangi Sion yang ketakutan setengah mati. Tubuh Sion mulai melemas, ia pun terjatuh ke lantai. Ia benar-benar tak menyangka dengan apa yang ia lihat saat ini, seorang gadis yang sudah tak asing lagi di matanya. Gadis berwajah pucat itu adalah Nina. Ya, Nina, seorang gadis tak bersalah yang harus kehilangan nyawanya karena perbuatan kekasih baru lelaki yang kini berada di hadapannya. Nina berdiri tegak sembari memandangi Sion yang terduduk lesu di lantai kamar. Perlahan Nina mendekati Sion, namun Sion dengan sangat keras berteriak meminta tolong. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 12:00 malam. Masih adakah manusia yang akan menolong Sion???

Tanpa diduga, pintu kamar Sion terbuka dengan tiba-tiba. Terlihat Cindy yang tengah berdiri di ambang pintu. Ia terkejut melihat Sion yang terduduk di lantai dengan ketakutan. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah kehadiran Nina yang kini tengah menatapnya dengan tajam. Cindy mulai ketakutan dengan tatapan tajam Nina. Niatnya untuk mengunjungi Sion pun harus ia urungkan, ia kembali menutup pintu kamar Sion dan berbalik badan untuk kembali ke rumahnya. Namun belum sempat ia berlari, Nina sudah berdiri tepat di hadapannya. Cindy menjerit begitu kencang. Perlahan Nina mendekati Cindy.

"Ampun, Nina. Jangan apa-apain gue. Gue ngaku gue yang salah, gue minta maaf yang sebesar-besarnya!" mohon Cindy sembari menangis ketakutan. Ia menempelkan kedua telapak tangannya, mencoba untuk memohon kepada Nina agar tak dihantui seperti ini. Namun percuma saja, amarah Nina tak bisa mereda dengan kata maaf.

"Apa kata maaf bisa bikin gue hidup lagi?" tanya Nina dengan suara parau. Cindy terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Nina. Dengan cepat Nina menarik kerah baju Cindy dan mendorong tubuh Cindy hingga menyentuh pembatas balkon. Nina hendak mendorong tubuh Cindy agar terjatuh dari lantai dua rumah Sion. Namun tiba-tiba saja terdengar suara Sion yang menghentikan niat Nina.

"BERHENTI, NINA!" teriak Sion. Nina menolehkan kepalanya ke arah Sion tanpa melepaskan cengkeraman tangannya di kerah baju Cindy. Cindy yang ketakutan hanya bisa menangis sesenggukan.

"Tolong, Nina, jangan lakuin itu! Kita minta maaf dengan apa yang udah kita lakuin sama lo. Kita bakal ngaku ke polisi jika kita yang udah ngebunuh lo. Tolong sekarang lo lepasin Cindy," pinta Sion memohon kepada Nina. Nina membalas ucapan Sion dengan senyuman sinisnya. Tanpa menjawab dan tanpa memperdulikan ucapan Sion, Nina benar-benar mendorong tubuh Cindy dari lantai dua rumah Sion. Teriakan Cindy pun menggema di seluruh penjuru rumah, disusul dengan dentuman keras yang ikut menggema. Tubuh Cindy terjatuh tepat di atas meja kaca milik keluarga Sion. Meja itu seketika pecah dan pecahan kacanya mengenai seluruh tubuh Cindy. Darah segar pun mengalir keluar dari dalam tubuh Cindy dan seketika itu pula Cindy menghembuskan nyawanya.

Sion yang melihat kejadian itu hanya berteriak dan menangis sejadinya. Nina yang turut menyaksikan kematian Cindy pun hanya tertawa puas. Suara tertawa Nina benar-benar terdengar menakutkan. Sion merasa kesal dengan perbuatan Nina, ia pun mendekati Nina dan hendak menampar pipi Nina. Namun usahanya nihil, tubuh Nina tidak bisa ia pegang. Nina kembali tertawa cekikikan melihat ulah Sion.

"Kamu udah gak bisa pegang aku lagi, Sayang. Kita udah beda dunia. Tapi kalau kamu mau, aku aja yang pegang kamu yaa?" ucap Nina dengan suara paraunya yang terdengar menakutkan. Sion hanya diam, ia tak tahu harus berbuat apa. Perlahan Nina memegang leher Sion dan mencekiknya dengan sangat kencang. Sion mencoba untuk melepaskan tangan Nina dari lehernya, namun ia benar-benar tak dapat memegang tangan Nina. Semakin lama, Nina semakin memperkuat cekikannya di leher Sion. Hal itu membuat Sion tak bisa bernafas dan ia harus kehilangan nyawanya. Nina kembali tertawa puas dengan apa yang baru saja ia lakukan. Ia melepaskan cengkeramannya di leher Sion dan tubuh Sion pun terjatuh. Nina pun pergi meninggalkan dunia manusia itu. Ia sudah berhasil membalaskan dendamnya. Ia sudah merasa puas dengan apa yang ia lakukan tadi. Manusia-manusia jahat itu telah berhasil dibunuhnya, walaupun begitu banyak tenaga yang harus di keluarkan oleh Nina. Namun karena keinginannya untuk membalas dendam terlalu kuat, ia rela mengeluarkan semua tenaganya. Semua tenaga yang ia keluarkan kini sudah digantikan dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia tak menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan. Ia sudah sangat merasa bahagia di alam sana.

SELESAI!!!

***

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.