Chereads / Circle : Anti Romantic / Chapter 12 - Insiden Kursi

Chapter 12 - Insiden Kursi

"Jadi bener?" Elsana, gadis itu langsung menangkap tubuh Ellera agar tidak jatuh. Kemudian ponselnya dilemparnya ke ranjang. Mendesis pelan, karena sangat susah dibilangin.

"Nggak lucu banget tau, nggak! Sudahlah, mending kita makan-makan. Tante Ellersane udah berapa kali nawarin? Ayo dong hargai, udah masak banyak lo, si, Tante," ujar Elend sangat memaksa.

Setelah menyuruh para circle-nya untuk pergi makan, Elend berniat ke kamar mandi pribadi Ellera terlebih dahulu. Mencoba menghubungi Reiley yang konon katanya sedang pergi berkencan buta.

***

Panggilan berlangsung...

"Halo, Lend?" Suara Reiley terputus-putus di seberang sana.

"Ley ... Ley ... di mana lo? Hallo? Reiley?" cecar Elend tidak bisa santai. Sepertinya ia menyadari bahwa Reiley tampaknya di luar.

"Halo, Lend? Hallo....?"

"Ley ... nggak kedengeran! Lo kenapa, lo di mana?" heboh Elend dikamar mandi itu. Rambutnya terurai panjang sampai nyangkut ke gantungan handuk. "Siall," umpatnya geram. Elend meletakkan ponselnya dan segera melepaskan rambutnya yang menurutnya sangat sakit itu.

Tokk ... Tokk ... Tokk ...

"Lend? Lo kenapa? Lama banget, ngapain?" sahut Ellera dari balik pintu, semua teman-temannya sudah makan bersama. Sedangkan Elend masih di kamar mandi cukup lama. Itu membuat Ellera sangat khawatir terhadapnya.

***

"Baiklah ... jika tidak ada yang dipertanyakan lagi, kelas hari ini saya akhiri. Terima kasih kerja samanya dan selamat siang."

Dosen pria itu berdiri dari kursi duduknya. Tak lupa mengemasi buku-buku besar yang baru saja dibuatnya untuk memberikan materi ke mahasiswa mahasiswi di depannya. "Permisi," tambahnya, lalu melangkah pergi.

Sellena dan Ellera menarik nafas lega setelah kelas selesai. Kini mereka berdua saling tatap satu sama lain. Mengingat pembahasan sebelum masuk mata kuliah tadi.

"Elle ... lo bisa nggak sih, jangan becanda gitu. Engga ... engga, gini-gini ... apa lo bilang tadi? Sialannn lo, Ell. Tanggung jawab gue nangis!" Mata Sellena sudah berkaca-kaca sejak kelas dimulai tadi, menandakan dirinya benar-benar kecewa.

Ellera menumpuk buku-buku tebalnya. Ia siap untuk keluar dari ruangan itu dengan kaki sedikit pincang. "Gue cabut duluan!" ucap Ellera dengan suara datar. Bahkan wajahnya tidak berekspresi.

"Hehh ... tapi kaki lo belum sepenuhnya sembuh! Lo gilaa apa gimana? Ellee ... heih, lo yakin jalan sendiri pincang-pincang kek gitu woy?" pekik Sellena diam di tempat. Meski ia berteriak, namun tak mengejar Ellera yang berjalan tidak seimbang itu.

Ellera tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan Sellena. Ia tetap pada pendiriannya, yaitu tidak mau di ganggu oleh siapa pun. Hari ini adalah hari yang lebih buruk dari hari-hari sebelumnya. Tidak bisa dimungkiri, Ellera akan kecewa berkepanjangan seperti ini.

Ellera berniat menuju ke taman kampus yang saat ini tak ada satu mahasiswa pun yang berada disana. Suasana kini sangat cocok untuk suasana hatinya.

Gantungan kunci, Ellera melirik gantungan kunci yang menempel di tas selempangnya itu. Dan yang ada dibenaknya saat ini. ~Elle ni buat lo. Kalo lo sedih, pantengin aja tuh gantungan. Karena bias lo Jungkook, jadi gue sengaja beli coocky warna pink haha. Lucu, kan?~

Dua bulan yang lalu Reiley sempat memberikan hadiah untuk Ellera—oleh-oleh dari luar negeri. Berupa merch Official BTS. Ellera cukup senang saat itu. Meski koleksinya juga sudah banyak, namun entah kenapa yang digantung adalah pemberian dari Reiley. Hal itu sungguh menyenangkan, pikirnya.

Akan tetapi, kini Ellera menarik gantungan merch itu dari tasnya. Kekecewaan yang sungguh mendalam, penyebab dirinya terpaksa membuang merch official pemberian Reiley itu.

Ellera mendongak keatas, menatap bunga-bunga yang tumbuh merambat di atap taman kampus. "Huuuuhh...." Membuang nafasnya perlahan.

Mungkin seseorang akan mengira bahwa Ellera saat ini telah patah hati dan berujung galau di bawah pepohonan hijau. Padahal kenyataannya tidak! Hanya saja ...

TING!

Ringtone notifikasi pesan group tampak menggema. Ellera dengan malas membukanya.

Circle 🌹

[Reiley] : Guys ... acara berlangsung nanti malam pukul 19:00. Jika berkenan, kalian semua kemarilah setelah kuliah selesai.

[Reiley] : Oh ya ... untuk Esme. Karena lo pastinya jam segini udah pulang, lo bisa kesini sekarang. Kakak tunggu!

Isi pesan teks yang dikirimkan Reiley, membuat Ellera tak segan-segan langsung membanting ponselnya.

Ponselnya terpental di rerumputan taman kampus. Tangan Ellera mengepal keras kala membaca pesan dari Reiley yang menurutnya kurang ajar dan tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.

"Orang kaya, ya, Kak?" ucap seorang cowok yang baru saja meraih ponsel Ellera, terpental di rerumputan.

Ellera menggertak giginya kala melihat cowok yang baru saja meraih ponselnya itu. Ellera memalingkan wajahnya, tak menatap. Terukir kebencian di wajahnya.

"Kayanya, Kakak emang orang kaya deh. Buat aku aja, ya, Kak? Hapenya?" kata pria itu ingin membawa kabur begitu saja. Cowok itu melangkah pergi membawa ponsel Ellera.

"Sialan lo," teriak Ellera keras. Jari jemarinya hampir melayang melemparkan sepatu yang dikenakannya.

Cowok itu heran. "Kan, kan ... gimana, sih, Kakaknya? Heuuuhh...." Berjalan kembali menghampiri Ellera yang duduk di taman seorang diri itu. "Marah-marah mulu, sih. Eh tapi lumayan kalo dijual nih hape," usul cowok itu memainkan ponsel mahal Ellera. Cowok itu benar-benar memutar-mutar ponselnya Ellera bak komedi putar.

Cowok itu semakin berani juga. Tanpa seijin Ellera, cowok itu spontan duduk begitu saja disamping Ellera. Seolah sudah kenal lama dan berbubungan cukup dekat.

"Balikin," tariknya berucap ketus. Ellera gesit menarik ponsel yang kuat diremas cowok itu.

"Engga, Kakak, kan orang kaya. Kenapa nggak beli baru aja, Kak? Lagian kalau udah di buang, kenapa di ambil lagi, Kak? Ini rejeki saya loh, Kak." Cowok itu tidak bisa berhenti melantur.

Ellera sontak menghadapkan wajahnya ke cowok yang ngelunjak itu di sampingnya.

Plak!

Tamparan dahsyat melayang membentuk rahang kanan cowok itu. "Balikin." Ellera merebut ponselnya kembali dari cowok itu. Sehingga menimbulkan permainan tarik tambang. "Awas lo," bentak Ellera kesal. Ia tidak punya tenaga cukup kuat untuk menarik ponselnya dari cowok yang lebih kuat darinya itu.

Cowok itu tertawa getir melihat Ellera yang jelas kalah darinya. "Kakak kenapa? Aku nggak pake tenaga dalam lo, Kak. Napsu amat ih, Kakaknya," kata cowok itu dengan nada sengaja genit yang agak dipaksa. Sudah terlihat dari nada bicaranya bahwa cowok itu tidak bisa menjadi pria genit.

"Geli tau, ngga? Balikan, ngga? Gue tonjok muka lo." Semua itu percuma, karena cowok itu terlalu iseng.

Ellera kehabisan kesabaran, ia segera mengenakan sepatunya kembali dan mencoba pergi meninggalkan cowok tidak jelas itu.

"Ehh ... Kak? Tungguin, Kak." Menarik pergelangan tangan Ellera.

Ellera menoleh kebelakang kala tangannya disentuh cowok itu.

"Apa? Ngga terima tangan lo gue pegang?" Menarik tubuh Ellera hingga terjatuh bertimpa di tubuhnya.

"Lo ngelawak?" pekik Ellera mendorong tubuh cowok itu. Ellera cukup risih dan mengibatkan pakaian yang baru saja bersentuhan dengan pakaian cowok itu.

Kemudian Adinata berdiri dari kursi taman itu.