Reiley spontan melepaskan jambakan yang kuat itu. "Astaga ... gue nggak sengaja sumpah." Meski menangis, mereka berdua tidak bisa berbica saling berbisik seperti itu. Dan hal itu membuat Elsana bingung antara mau ngakak atau nangis.
"Please ... capee!" lirih Elsana juga. Ia hampir tertawa tapi keduluan nangisnya. Alhasil mereka tertawa dan menangis campur aduk menjadi satu.
"Els... lo pasti kecewa, kan?" tanya Reiley sedikit melepaskan tubuh Sellena. Dan kini berbalik ke tubuh Elsana. Mereka teman satu jurusan. Sangat sulit untuk menerima kenyataan.
"Ley ... gue nggak bisa berbuat apa-apa. Maaf, ya." Bibir Elsana bergetar, saking terbawa perasaannya.
"Reiley ... teman-teman kamu sudah datang. Mari ... ayo semua kita kedepan. Acara akan dimulai," sela Presdir Arez. Menyusul putrinya lagi dan lagi. Pria itu malu kepada para tamu pentingnya—karena acara begitu lama dimulainya.
***
Semua orang kini berkumpul di ruang tengah. Dimana besan keluarga Arez juga berada disitu, termasuk Jay, cowok yang akan dijodohkan dengan Reiley.
Profesor Eleranda Neomu tampaknya sangat akrab dengan pejabat-pejabat tinggi itu. Sedari tadi Profesor Eleranda bercengkrama baik, saling terkekeh dan berseloroh sangat bahagia.
Reiley, dan semua orang yang tadinya berada diruang tengah, kini menuju ke ruang depan, dimana acara akan segera dimulai disana.
Presdir Arez menyambut baik kedatangan tamu penting. Tamu dari keluarganya sendiri. Kemudian tamu dari penghuni apartemen mewah Eleranda Palace ini. Orang-orang dikalangan elite itu semua tampak lengkap ikut serta merayakan momen pertunangan putri tunggal Presdir Arez.
Jay berjalan mendekati Reiley, sesuai perintah Presdir Arez. Jay tampak sangat tampan mengenakan setelan jas hitam dengan dasi pita mewah itu. Dari dasinya saja sudah terlihat bahwa setelan itu bukan sembarang setelan. Acara pertunangan ini bukan kaleng-kaleng.
Di susul Reiley yang juga berjalan ke Red Karpet yang telah di desain panjang bak catwalk. Keduanya berpas-pasan. Jay sudah menyiapkan cincin yang nantinya akan di masukkan ke jari manis Reiley.
Para circle-nya tak kuasa. Mata mereka berkaca-kaca. Karena Reiley sepertinya tertekan. Sudah terlihat jelas, teman-temannya sangat mengenalnya.
Sellena dan Elsana menepuk-nepuk punggung Ellera, yang saat ini wajahnya diselimuti kemarahan dan sedikit menimbulkan kesedihan.
"Elle ... tenang. Refleks ... tarik napas dalam-dalam," lontar Sellena sangat care ke gadis yang berada di sampingnya saat ini. Ini semua sudah terjadi. Mereka hanya berharap Reiley bisa bahagia setelah ini.
"Iya, Ell ... bukankah semestinya harus seperti ini? Kita semua diciptakan berpasang-pasangan. Jodoh itu sudah ada yang ngatur! Gue, nggak bermaksud mancing lo. Emang kenyataannya begini. Anti Romantic? Lo kali aja yang Anti Romantic. Itu semua percuma karena jodoh yang diberikan Tuhan jauh lebih awal datangnya!" hembus Elsana. Entah apa yang ia lakukan dengan berucap seperti itu. Namun untungnya Ellera tidak naik pitam, dan memilih untuk mengabaikannya.
Ting!
Satu pesan teks masuk. Nomor tidak dikenal tampak mengirimkan pesan kepada Ellera. Kemudian gadis itu iseng membukanya dari layar lock screen. ~Udah liat flashdisk-nya~ Isi pesan teks itu.
***
Reiley resah. Menggertak giginya. Jantungnya tidak bisa berdegup normal kala cincin itu akan meluncur di jari manisnya. Reiley sesak. Ekspresinya mengeras. Sakit, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah ini ia tidak akan bebas. Reiley benar-benar akan terikat ikrar tunangan. Setelah ini dirinya telah dikunci oleh keluarga cowok itu. Cowok yang sama sekali tidak dicintanya.
Tolong jangan masukin cincin itu. Harapan Reiley sedari tadi. Dirinya takut. Ini adalah detik-detik dirinya akan berstatus menjadi tunangan cowok pilihan papanya.
Ellera memejamkan matanya. Mengalihkan perasaan sakitnya yang sedikit lagi semakin sakit jika terus menerus dilihat.
Sedangkan Elend dan Esme, entah kenapa keduanya membinarkan matanya. Entah itu dibuat-buat atau gimana. Yang pastinya mereka berdua menunjukkan raut wajah normal. Beda jauh dari Ellera yang sangat susah digambarkan itu.
Di sisi lain, Sellena dan Elsana semakin was was. Sama halnya dengan Ellera. Mereka berdua takut status Reiley sebentar lagi akan berubah.
Duarr!
Suara ledakan serpihan kertas warna-warni kecil bak kembang api menghujani tubuh Reiley dan Jay, kala cincin itu telah berhasil masuk di jari manis Reiley.
Prokk ... Prokk ... Prokk ...
Suara gemuruh tepuk tangan, sorakan dan gemah kerumunan menyelimuti ruangan semegah itu. Mengartikan selamat atas keresmian ikatan pertunangan keduanya.
Detik ini, menit ini, Reiley sudah tidaklah Reiley yang dulu. Reiley bukan lagi Anti Romantic. Melainkan sudah menjadi Prospective Husband.
Pedih rasanya. Meski Ellera akhir-akhir ini tidak berhubungan baik dengan Reiley. Namun hatinya teriris saat temannya akan berstatus menjadi istri cowok itu.
Reiley menyambut baik sorakan itu. Ia mencoba tegar, dengan senyuman yang tersungging manis rata di wajahnya. Begitupula dengan Jay, cowok itu juga tersenyum mesrah. Keduanya kini bergandengan tangan layaknya sepasang pengantin. Reiley dan cowok itu berjalan maju ke arah Red Karpet panjang yang telah disediakan. Kerumunan dengan senang hati menabur-naburkan bunga cantik warna warni ke arah sepasang kekasih yang berjalan di red karpet itu.
Teman-temannya hanya bisa tersenyum bahagia saat ini.
***
"Sayang, kamu kenapa? Mama cariin kamu dari tadi. Eh rupanya kamu di atas. Teman-temanmu makan semua loh! Kok kamu sendirian di atas. Kenapa, Sayang? Coba cerita ke mama," ujar bu Ellersane, wanita itu menciutkan wajahnya kala melihat putrinya diam mematung di lantai atas. Jelas bu Ellersane risau, sebab gadis itu hanya diam terbengong memandangi kerumunan pesta dari atas.
Bu Ellersane merebut segelas minuman dengan minim alkohol dari tangan putrinya. "Ayo turun! Teman-temanmu pada cariin kamu. Ayo, Sayang," ajak bu Ellersane menarik tubuh putrinya. Namun itu tidak berhasil. Justru Ellera semakin berapi-api kala disentuh oleh bu Ellersane.
"Apaan si pegang-pegang. Kalo turun, turun aja! Maksa-maksa lagi. Turun aja sendiri," ketus gadis itu terbawa emosi. Suasana hatinya sangat memburuk saat mamanya tiba-tiba menyentuh tangannya.
Bu Ellersane mendengus lembut nan pelan. Ia heran, kenapa tiba-tiba putrinya sangat marah besar padanya. Perasaan hubungan mereka sudah membaik sejak insiden tergelincir kala itu. "Sayang, kok kamu berteriak ke mama? Mama buat salah lagi, ya?" desis bu Ellersane mencoba membesarkan kesabarannya.
Ellera menurunkan sikunya yang menempel di pagar besi sedari tadi. Matanya tertoleh ke arah bu Ellersane yang menurutnya sangat berisik. "Dengan begini, aku paham!" ketus Ellera lagi. Ucapannya sangat tidak jelas. Jujur saja, bu Ellersane tidak tahu apa yang dibicarakan putrinya.
Ellera pergi meninggalkan bu Ellersane begitu saja.
Bu Ellersane tidak bisa berbuat apa-apa. Dari awal memang dirinya yang salah. Ini akibatnya seorang anak tidak tumbuh besar dengan tangan sendiri. "Ya Tuhan ..." keluh bu Ellersane meremas dadanya. Wanita cantik itu lebih memilih menuruni anak tangga daripada mengejar putrinya.
***
"Gimana, Tante? Kok lama, ya? Udah ketemu?" tanya Elend penasaran. Ia juga ikut serta mencari keberadaan Ellera sedari tadi. Namun karena Esme mendesaknya untuk kembali, Elend pun menurut. Karena tahu juga bahwa bu Ellersane sudah menemukan Ellera di lantai atas.
Sellena dan Elsana bersulang. Mereka bersulang menggambarkan suasana hati masing-masing.
Ting!
Satu tegukan pertama yang di minum Elsana dan Sellena. Sedangkan semuanya sudah minum beberapa tegukan.