Elend memendam perasaan kecewanya. Ia mendahului berdiri dari sofa jumbo itu. Dengan begini para circle-nya juga ikut berdiri. "Benar, pasti Reiley sudah menunggu kedatangan kita," kata Elend lirih, mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Jujur dia sangat rapuh. Ini tidak bisa di terima baik oleh semuanya, terlebih lagi Ellera.
Semua berdiri mengikuti Elend. Namun tidak dengan Ellera. Ellera tidak bisa menerima semua ini. Hubungannya dengan Reiley akhir-akhir ini belum membaik, ditambah Reiley membuat masalah baru yang ada campur aduknya dengan seorang pria.
"Gue nggak ikut," tolak Ellera ketus. Itu hanya membuang-buang waktunya saja.
Sellena menarik nafas panjang. Dirinya sudah tidak terkejut lagi dengan tingkah salah satu circle-nya ini. Ellera memang paling emosional diantara para circle. "Udahlah, Ell. Kita lihat saja perkembangannya. Lo tau, kan kalo Reiley itu selalu nurut sama orang tuanya. Udahlah ... ayo!" seru Sellena mencoba mengambil hati Ellera." Semua harus ke rumah Reiley pokoknya. Pertemanan kita sudah cukup lama. Kita membangunnya dengan begitu keras. Jangan sampai hancur perkara hal seperti ini," tambahnya.
Mendengar ucapan temannya, gadis itu semakin mempererat—menggenggam flashdisk yang ada ditangannya. Dan tanpa menjawab, Sellena langsung menarik Ellera agar ikut turun ke lantai 48, dimana rumah Reiley berada.
***
"Hehehe ... putriku sudah tumbuh dewasa. Lihatlah, kau semakin cantik Reiley! Sepertinya kau saat ini benar-benar jatuh cinta," puji bu Ellersane.
"Benar ... sepertinya bukan saya saja yang merasa seperti itu. Putri kita memang sudah tumbuh dewasa. Sudah pantas sekali untuk menikah. Tidak seperti Sellena, dia susah dibilangin. Cara berpakaian dan tingkahnya sama sekali tidak melihatkan bahwa dirinya itu wanita. Astagaa ... kenapa putriku berbeda?" ujar bu Selleny. Selaku ibu kandung Sellena.
Reiley hanya menyunggingkan senyuman setelah di puji ibu kandung dari teman-temannya.
"Tante, Reiley pernah sesekali merias wajah Sellena. Tapi entah kenapa kesannya aneh! Entahlah, sejak saat itu Reiley takut merias wajah Sellena lagi," tambah Reiley membuat lelucon. Dan semuanya pun terbahak-bahak.
"Haha ... meski Sellena tidak suka merias wajah. Namun dia cantiknya sudah sangat natural," ujar bu Yuki.
"Benar, Bu Yuki haha." Bu Selleny salah tingkah saat putrinya di puji oleh bu Yuki.
"Ehh ... anak-anak kok lama, ya datangnya? Bukannya kamu sudah menyuruhnya kemari, Reiley? Soalnya tamu papa sudah banyak di depan. Pria dambaanmu juga sudah berkeringat dingin di depan sana. Ayo suruh teman-temanmu kemari cepat!" seru Presdir Arez memotong pembicaraan wanita-wanita penghuni Eleranda Palace.
Reiley menelan ludah. "Apakah mereka semua tidak mau datang kemari? Sekecewa itukah mereka?" gumam Reiley dalam hati. Ia tiba-tiba takut.
"Sebentar lagi datang kok, Pa," jawab Reiley yang meski tidak tahu pasti kedatangan teman-temannya itu. Dengan begini mungkin semua orang sedikit leluasa.
"Ohh ... baiklah. Kamu hubungi lagi. Acara sebentar lagi segera dimulai," usul Presdir Arez. Ia lelah mondar-mandir karena keputusan Reiley, acara tidak akan dimulai sebelum teman-temannya datang.
"Reiley ..." panggil bu Cendarny. Ibunda Elsana.
Reiley menoleh cepat. "Eum ... iya, Tante?" Tangan Reiley tiba-tiba berkeringat dingin.
"Kamu yakin mau dijodohkan papa kamu?" bisik bu Cendarny penasaran. Karena ia tidak percaya Reiley akan lebih dahulu seperti ini. Karena setahu dia, didalam pertemanan circle Eleranda Palace tidak ada yang terlibat dengan seorang pria. Dalam arti (Anti Romantic).
Reiley memejamkan matanya sejenak. Jari jemarinya tampak sibuk mengotak-ngatik kuku berkutek pink salemnya itu. Ini adalah gambaran orang yang sedang gugup. "Ini sudah keputusan Reiley, Tante!" tegas Reiley lirih. Seolah tak mau semua mendengar. Namun bu Ellersane mendengarnya. Bu Ellersane berpikir mungkin Reiley bersedia karena ada alasan tersendiri. Alhasil wanita itu tetap diam meski mendengar, ia tersenyum tipis.
"Yakin, Reiley? Tante Cendarny terkejut saat mendengar kabar ini dari Elsana. Tante kira Elsana berbohong waktu itu. Ternyata kamu benar-benar ingin menikah. Reiley ... dengarkan, Tante." Mengelus pundak gadis malang itu. "Kuliah kamu gimana, Nak? Bukankah impian kamu ingin menjadi seorang MUA profesional? Kamu tidak mau berkarir dulu? Tidak mau berbisnis dengan papamu? Tidak mau terjun ke dunia baru? Masih banyak hal yang belum kamu cobain." Pertanyaan berlebihan itu keluar dari mulut bu Cendarny.
Reiley tercengang—memainkan kukunya untuk pengalihan. Sedikit menantang pertanyaan ini sebenernya. Reiley tetap tersenyum. "Hehe ... Reiley bisa berkarier meski berstatus menjadi seorang istri, Tante." Reiley menjawab setelah memastikan apakah wanita-wanita yang satu ruangan dengannya itu mendengarnya atau tidak.
Jelas saja, semua diantara ibu teman-temannya itu pasti mempunyai pertanyaan yang sama. Namun, mereka semua lebih memilih memendam, karena rata-rata jawaban dari pertanyaan itu sudah diketahui sejak awal. Dalam arti, pengalihan yang dijawab Reiley barusan. Itu adalah pengalihan pada umumnya.
Reiley pasrah. Sangat pasrah. Tidak perlu mengelak, karena yang akan di hadapinya nanti adalah seorang Arez—seorang ayah yang menurutnya sangat keras kepala dan tidak mau di bantah.
Sedangkan urusan kelima circle-nya itu masih membuatnya bingung. Reiley tidak bisa memutuskan apa-apa untuk saat ini. Yang pastinya lamaran malam ini harus berjalan lancar. Dan satu persatu perintah papanya sudah terlaksana.
***
Beberapa menit kemudian...
Elend dengan kedewasaannya. Dengan sigap memeluk erat tubuh Reiley. Ia benar-benar jago dalam memendam kekecewaan. "Baby ... i miss you..."
Dekapan itu semakin erat, kala Reiley membalasnya semakin erat juga.
Syukurlah Elend masih memihaknya. Setidaknya ada satu anak yang menenangkannya saat ini. "Thanks sudah datang," ucap Reiley melepaskan dekapannya perlahan. Karena ia harus menyapa teman-temannya yang lain. Reiley menoleh kebelakang. Dirinya melihat satu persatu wajah cantik gadis-gadis itu. Terutama Ellera, gadis yang teramat dekat dengannya. Namun satu bulan terakhir ini jarang berinteraksi dengannya, hanya karena masalah yang tidak begitu jelas.
Esme tidak tahan. Ia harus memeluk Reiley terlebih dahulu. Suasana kian haru. Semua wanita-wanita penghuni Eleranda Palace, atau mama para circle pun ikut terharu dengan pertemanan putri-putri mereka selama ini. Terumata bu Yuki. Ia tahu betul watak Ellera. Pasti Ellera orang pertama yang tidak terima dengan perjodohan Reiley ini. Namun bu Yuki bungkam. Karena dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Reiley tersenyum bangga saat mendekap tubuh Esme. Gadis kecil yang sejak dahulu sudah bercengkerama baik dengannya. Benar, dia menerima apapun keputusanku. Reiley tidak kuasa. Benih bening itu keluar dari kedua bola matanya—membasahi seluruh riasan wajahnya. "Gue tau lo ngga akan marah. Gue tau, Esme. Makasih udah datang," lirih Reiley tersedu-sedu.
Kemudian Reiley melepaskan dekapannya dari Esme perlahan. Karena waktu sudah sangat mepet sekali untuk berlama-lama. Sontak Elsana dan Sellena langsung mendekap jatuh dipelukan Reiley. Mereka juga menangis atas dasar sedih dan bahagia, tidak bisa membayangkan pertemanan yang cukup lama akan hancur karena harus menikah.
"Ley ... jahat banget lo!"
Meski suara Sellena saat menangis terlihat sangat aneh dan lucu. Namun itu tidak membuat Reiley tertawa. Karena sama-sama di puncak kesedihan.
"Iya gue jahat. Tapi makasih banget udah datang. Gue bersyukur lo datang. Banget!" Air mata Reiley membanjiri tubuh Sellena.
"Ley—" lirih Sellena yang juga tersedu-sedu itu.
"Apa? Lo kecewa? Gue paham, tolong maafin gue, ya, Sell."
"Enggak, Ley...." Tangisnya semakin menjadi-jadi.
"Apa? Lo mau ngomong apa, Sell?"
"Lepasin rambut gue ajg. Lo Jambak rambut gue!" beber Sellena semakin tersedu-sedu lagi.