Kursi taman berwarna putih itu disusun rapi satu paket dengan bunga bermekaran dibelakangnya. Yang membuat taman sudut kota itu tampak mencolok, yang tak lain karena rerumputan hijau segar dan air mancur raksasa terbentang ditengahnya.
Berhiaskan berbagai macam lampion dan lampu LED berbagai bentuk dan warna, membuat pesona Taman Sudut Kota mampu memukau segala kalangan. Terdapat pula spot yang bernama Dancing Water Fountain yaitu pertunjukan air mancur menari yang diiringi dengan cahaya lampu, yang mampu menyihir mata setiap orang yang menyaksikannya.
Taman Sudut Kota bernuansa gemerlap perkotaan itu juga kerap dijadikan kencan buta oleh para remaja berusia 20 tahun. Biasanya kencan buta berlangsung setiap malam minggu. Namun, para gadis yang tinggal di apartemen mewah Eleranda Palace, sama sekali tidak pernah tertarik dengan tempat seindah sudut kota itu.
***
"Mmm... Gue lihat dia tampak murung semaleman. Lo sadar, nggak?" lirih Elsana berbisik kecil ke gadis cantik yang membelakanginya itu. Tampak kepanikan diwajahnya. Hari ini mungkin adalah hari yang sangat berat untuk Elsana.
Ellera mengernyitkan dahinya, yang ada di benaknya saat ini. "Kenapa lagi sih tuh anak?"
Karena Elsana sudah terlanjur membeberkan, Ellera pun membalikkan tubuhnya—kedua bola matanya membulat sengit. "Kenapa lagi, sih tuh anak? Takut? Takut ketahuan kita kalo mau pergi kencan buta? Gue perjelas! Kalo emang dia mau pacaran, ya terserah! Tapi jangan harap gue mau temenan lagi sama dia. Nggak ada ya temenan-temenan, yang ada hancur karena cowok!"
Memekik keras adalah kebiasaan Ellera. Gadis itu tetap pada pendiriannya, yaitu tidak akan tergoda dengan pria mana pun. Mau setampan apa pria itu. Bahkan parahnya lagi, temannya sendiri pun tidak boleh sampai menjalin hubungan asmara.
Elsana melirik Ellera sengit juga, sepertinya ia menyadari kalau ucapannya tidak diterima oleh Ellera.
"Elle... Iya-iya, gue paham apa maksud lo. Please ... jangan bertindak terlalu jauh lagi, ya? Mungkin Reiley cuma becanda kali. Haha ... yakali Reiley mau pergi kencan buta? Dibayangkan saja sudah tidak mungkin. Cehhh ... ada-ada saja, haha." Elsana mencoba mendinginkan suasana. Ia datang sepagi ini ke apartemen Ellera, tujuannya yang tak lain, tentu untuk mengajak Ellera nongkrong. Nahas, dirinya malah mengungkit kejadian malam hari tadi yang begitu mencengkam suasana hati Ellera hingga kini.
Tak ingin memperlama, Elsana dengan gesit menyiapkan semua pakaian dan barang-barang yang akan dikenakan oleh bestienya nanti. Tak lupa tas brand Mejiwoo kesayangan Ellera. Semua benar-benar telah Elsana siapkan. Apa, sih yang enggak buat Ellera?
Ellera menghela napas panjang, kala melihat tingkah bestienya itu. "Heuuhh... Sellena, Elend, Esme, di mana mereka? Gue dua hari ini nggak lihat batang hidung mereka! Apa jangan-jangan mereka liburan tanpa kita?"
Ellera kemudian meraih ponselnya yang tergeletak di atas ranjang king of size-nya. Jari jemarinya sibuk mencari daftar nama kontak para circle.
"Makanya lo tuh, ya. Sekali-kali turun kek! Mereka tuh lagi sibuk mengerjakan tugas sekolah Esme, si maknae kita, yang ngga tau diri itu. Astaga ... gue nggak habis pikir sama si, Esme tuh, ya. Gilaaa! Masa setiap tugasnya di lempar ke Elend sama Sellena? Gue mah ogah kalo jadi mereka berdua, haha," beber Elsana menarik tawanya.
Ellera akhir-akhir ini memang jarang turun apartemen. Gadis itu lebih sering menghabiskan waktu dengan bermeditasi di dalam apartemen seorang diri, karena mendapat kecaman dari kedua orang tuanya.
***
Elend, gadis yang mempunyai pemikiran sangat dewasa diantara para sahabatnya. Ia juga tegas, cerdas, nan bijaksana. Selain menyukai pemotretan, ia juga sangat menyukai Matematika, bahkan Matematika adalah jurusan kuliahnya saat ini.
Elend berkecimpung memiliki daya tarik kuat untuk menjadi fotografer di waktu senggang. Hasil potretnya sudah dibuktikan sendiri oleh kelima circle yang saat ini tinggal satu apartemen dengannya. Semua circle-nya begitu suka dengan pemotretan. Apa lagi bakat model mereka yang sudah tertanam sejak dini.
Kali ini Elend akan pergi ke Griya Tawang, atau lobinya sultan. Griya Tawang itu mempunyai nama lain yaitu, (Eleranda Penthouse), atau unit apartemen termewah, dan paling luas di lantai 100.
Elend akan mencoba melakukan pemotretan dengan kucing kecilnya di Eleranda Penthouse lantai 100. Tak ada rasa takut sama sekali, meski Griya Tawang adalah tempat yang sangat dihindari seisi penghuni Eleranda Palace. Dalam arti, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menginjakan kakinya di Eleranda Penthouse sultan itu. Dan meski Griya Tawang elite itu sangat privasi, terlebih banyaknya aturan ketat untuk bisa menginjakkan kaki di unit lantai 100 itu, namun aturan itu semua tak berlaku untuk keenam para gadis penghuni Eleranda Palace. Eleranda Neomu, atau yang kerap dipanggil Profesor Eleranda oleh semua orang, adalah sang pemilik gedung apartemen yang bernama Eleranda Palace ini. Jelas Griya Tawang unit teratas itu juga miliknya.
Elend tampak menaiki lift dengan tangan kiri untuk mengampit kucingnya. Gadis itu menekan tombol naik ke lantai 100 Eleranda Penthouse, sedangkan tangan kanannya tampak sibuk menekan tombol panggilan seluler—menghubungi penghuni apart bawah. Selang beberapa menit... Akhirnya berhasil, meski kamera yang dibawanya bergelantungan.
"Apa, Lend? Jadi naik lo?" tanya Sellena dengan nada manly-nya di seberang sana. Ia cewek namun sangat tomboy.
"Iya gue di dalam lift sekarang. Lagian nggak ada kelas kuliah. Nanti siang-siang dikit aja berangkatnya," ucap Elend kedadapan.
"Ehh ... loh sini dong, Sell. Gue kualahan sumpah. Ini gimana... Aaaah, si Mocy pake loncat lagi. Pusshh ... pusshh...."
Elend Terpaksa menjongkok, dan barang bawahannya kini keteteran di pelataran lantai lift. Elend tidak habis pikir, bahwa si Mocy akan rewel seperti ini.
"Eh lo gapapa, Lend? Siall, pasti barang bawaan lo banyak nih pasti. Yaudah gue nyusul."
Sellena langsung mengiyakan. Ia adalah tipikal cewek yang sangat tidak tegaan dengan siapapun. Apa lagi jika sudah menyangkut sahabatnya sendiri.
Panggilan kini terputus, karena Elend sibuk menangkap, si Mocy yang enggan di sentuh olehnya. Keadaan di dalam lift saat ini tampak kacau akibat ulah kucing kecilnya itu. Namun sukur-sukur ia di dalam lift seorang diri, sehingga tidak begitu malu karena harus menjongkok bahkan tiarap di pelataran lift.
***
"Eh mau ke mana, Kak? Buru-buru amat. Gue sendirian di rumah ihh ... ntar aja pulangnya."
Esme menghentikan langkah Sellena. Ia paling tidak bisa jika sudah di apartemen seorang diri. Itu karena Esme sangatlah penakut, dan seharian ini rencananya orang tuanya tidak pulang—dikarenakan ke luar kota untuk urusan bisnis, dan dirinya dipasrahkan ke Elend, Sellena, Elsana, Reiley dan Ellera, selaku sahabatnya.
"Astaga ... Esme ... woyy! Lihat tuh, ini jam berapa? Masih pagi woy! Mana ada setan kelayapan pagi-pagi gini? Eh, makin gila lo, ya. Setan mana yang mau nakutin manusia modelan kek lo? Yang ada setannya yang takut sama lo! Bener-bener nih anak." Sellena tidak habis pikir sama si maknae. "Yasudah, kalo lo ikut, ayo! Gue mau ke Griya Tawang," ajak Sellena mengampit paksa tangan Esme di lengannya.
Esme melirik sinis, ia paling malas jika sudah melihat Elend berbaur dengan dunia potretnya. "Coba aja, Kak Reiley di sini. Pasti dia sudah menghalalkan segala cara untuk menghilangkan kegabutanku. Aaahh, Kak Reiley di mana, sih," rengek Esme. Itu karena Reiley adalah paling penyabar dan penyayang diantara para circle. Dalam arti, hanya Reiley yang bisa meluluhkan Esme, si maknae.
***
Saat ekspektasi tak sesuai realita, itulah yang dirasakan Ellera saat ini. Namun, Elsana malah tersenyum sumringah saat melihat dua pria yang baru saja menghampirinya beserta Ellera di tempat tongkrongan bernuansa tepi laut itu.
Awalnya kedua pria itu ragu untuk menghampiri Ellera dan Elsana, karena dari raut wajah Ellera saja sudah terlukis, bahwasanya suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, dan penyebabnya ini masih seputar Reiley, yang dirumorkan akan berkencan buta malam minggu nanti.
Lagi-lagi, pria itu menyunggingkan senyuman ke Elsana. Tak lupa mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak Elsana berjabat tangan juga, seolah berkenalan.
"Hai, gue, Rey!" ucapnya blak-blakan tanpa rasa malu.
Padahal posisinya mereka sama sekali tidak saling mengenal, bahkan bertemu sekali pun tidak pernah. Cowok itu begitu berani, namun ia tidak berani memalingkan wajahnya menghadap Ellera. Karena incarannya dari awal memang Elsana.
Sebelum membalas jabatan tangan cowok itu, Elsana melirik Ellera dengan menyipitkan sedikit matanya, memastikan apakah gadis itu keluar tanduk. Kemudian Elsana bergumam kecil, karena dirinya tak merasa terancam sedikit pun, itu karena Ellera acuh dengan tingkahnya.
"Eum ... nama gue, Elsana," kata Elsana membalas jabatan tangan cowok itu. Elsana tersenyum miring, ia sepertinya berhasil dan lolos, karena Ellera tidak menghiraukannya.
*********Note important*********
Dukung cerita ini dengan vote dan masukan ke library kalian ya^^
Jangan lupa juga berikan ulasan review tentang cerita ini :)
Salam sayang dari Nuna. 😍
Terima kasih.